BAB 28

105 54 102
                                    

Halo, apa kabar? Sudah di suntik vaksin, kah? Yang belum ayo-ayo suntik, setidaknya kita sudah berusaha agar bumi cepat pulih.

Btw, yang lagi sibuk sama tugas dan pekerjaan. Semangat, ya! Walau capek tapi pingin kaya mendadak aja rasanya.

Aku mau nanya, kalian pernah gak mau komen tapi gak bisa? Aku udah dua hari gitu, susah komen, gak bisa. Tadi bisa tapi cuma beberapa kali, seterusnya gak bisa lagi. Kalau ada yang tahu tolong ya, ini kenapa. Aku aneh banget gak bisa komen cerita gitu. Sad kan :")

Breaking Down - Ailee

Semesta benar-benar sudah menggila. Hyema tidak mengerti kenapa hal ini benar-benar terjadi. Rasa bersalah kepada In Yeop semakin membesar, setelah mantan kekasihnya menahan semua kesakitan sendirian. Sekarang Ibunya juga yang membawa kebahagiaan In Yeop. Mungkin bisa disebut In Yeop pun memang tidak menyukai pernikahan Moon Hanwang dengan Ibunya. Tetapi, Ibunya yang menjalani pernikahan, Ibunya yang diceraikan. Dalam waktu satu tahun pun belum.

Keluarga yang harmonis? Rasanya tidak akan pernah ada. Hyema tersenyum asimetris. Pemandangan di depannya sangat lelucon. Ibunya yang sedang tertawa dengan calon suami barunya. Memilih perhiasan, saling memakaikan cincin di jari mereka.

Mereka semua tertawa. Sangat bahagia, sampai tidak tahu ada dua pasangan yang tersiksa menahan diri. Sejin melihat Hyema berjalan akan masuk ke pintu. Menghampiri anak kecilnya, tidak lupa dengan senyuman yang harus menguatkan mereka. "Ahjussi, kau sejak tadi disini?"

"Sejak awal, aku pun terkejut ketika selesai bertemu klien, mereka menghampiriku." Tangan Hyema refleks langsung diulurkan untuk mengusap pipi Sejin. Pria itu menutup mata, menikmati sentuhan yang diberikan kekasihnya. Pegawai butik tentu melihat juga. Mereka pikir keduanya memang sudah seperti adik dan kakak. Tidak ada yang aneh, menguntungkan bagi Hyema dan Sejin karena pasangan yang menikah itu tidak melihatnya. Terlalu fokus dengan kebahagiaannya.

"Kakak tiri? Aku harus memanggilmu oppa?" tanya Hyema terkekeh, memecahkan keheningan mereka berdua. Tapi Sejin tidak menganggapnya sebagai lelucon. Mungkin Hyema ingin menciptakannya ditengah keheningan mereka yang saling menatap. Berbicara melalu mata. "Aku lebih suka dipanggil suami olehmu."

Hyema mengalihkan pandangannya. Asal jangan menatap mata Sejin. Menyakitkan. Harapan-harapan yang di buatnya lenyap seketika. Hyema yang ingin ketika kelulusan sekolahnya Sejin datang dengan status kekasihnya, menemani makan di luar hanya berdua, mengantar ke kampus kuliahnya, membuatkan bekal. Hyema yang sekali-sekali mungkin akan datang ke firma hukum milik Sejin jika sudah sangat rindu, membuat foto berdua dan dipajang di apartemen.

Semuanya hilang.

"Hyema? Kau sudah datang? Kenapa matamu memerah? Kau sakit," tanya Ibu Hyema yang membuat anak bungsunya malah tertawa meremehkan. Dulu saat Ibunya dengan Ayahnya berpisah, siapa yang susah? Siapa yang hidup sendiri? Siapa yang tidak di khawatirkan? Dan sekarang? Tiba-tiba menanyakan kabar. Aneh sekali.

"Iya, aku sakit." Moon Hanwang menghampiri ke arah mereka bertiga. "Halo, Hyema!" Langsung memeluk begitu saja, Hanwang seperti tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun. Seperti sudah menjadi Ayahnya saja. Tidak ingat bagaimana perlakuannya kepada istri-istri sebelumnya. Andai saja Hyema bisa mengubah takdir, pasangan berdua didepannya ini akan diubah oleh Hyema. Membuat keduanya bahagia, tapi tidak dengan bersama.

"Kau sangat cantik, seperti Ibumu." Hyema tersenyum kecil. Miris, mereka belum bersama dan menikah saja Hyema sudah menyembunyikan dirinya, apalagi ketika mereka sudah bersama. Entah berapa ratus kali Hyema harus menyembunyikan dirinya, ditempat hidupnya. Rumah.

SAGATARES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang