Aku ada rekomendasi banget lagu untuk hari ini. Semoga dapat menghibur. Dengar, ya!
Madison Beer - Reckless
Pagi yang indah. Tidak juga sih, sedikit indah. Pertamanya Hyema akan diantarkan Sejin ke sekolah, bersama berdua. Padahal Sejin juga memiliki waktu seminggu lagi untuk mengajar hukum di sekolah Hyema. Bisa bersama padahal, satu tujuan. Tetapi, kekasih kecilnya menolak. Ingin memakai motornya, sudah lama tidak membawa motornya. Padahal seingat Sejin hanya 4 hari Hyema tidak membawa motor.
"Benar bukan, jika aku bersama Ahjussi pasti belum sampai." Hyema memarkirkan motornya, merapikan sedikit rambutnya melalui kaca spion motor. Sekolahnya sudah lumayan ramai, Hyema bukan anak perempuan yang akan datang pagi dengan keadaan sekolah masih hening. Hyema bukan anak seperti itu, Hyema selalu datang di menit-menit akan masuk jam pelajaran.
Mampir dahulu ke dalam toilet wanita untuk melepaskan celana legging nya yang selesai dipakai bermotor. Mana mungkin Hyema memakai rok pendek dan membawa motor besar yang biasa dipakai anak laki-laki. Yang ada kaki jenjang putihnya terlihat dimana-mana. Tidak boleh seperti itu, aset mahal.
"Gila ya Hyema, Ayahnya meninggal masa dia gak nangis waktu aku datang ke pemakaman Ayahnya."
"Iya, kan orang tua dia udah cerai, masa gak tahu... Aku dengar aja waktu Pak Namjoon ngasih penjelasan kenapa Hyema pernah seminggu gak masuk sekolah waktu di ruang konseling," timpal satu anak perempuan lagi yang sedang memoleskan liptint merah di bibirnya.
"Kasian ya, tingkah nya aja sok kuat padahal---"
Hyema keluar, berjalan ke wastafel dengan mengikat rambutnya. Kemudian berkaca dan merapihkan rambut bagian depannya. "Apa? Lanjutkan saja, mari kita bicarakan murid perempuan yang bernama Lee Hyema itu," kata Hyema sambil melihat kedua murid yang menjadi diam membeku.
"Hyem-ma bukan begitu tapi---"
"Coba ganti dulu liptint nya, setahu aku, merk itu belum dikonfirmasi oleh lembaga kesehatan. Pakai saja yang milikku, sudah terkonfirmasi, tidak ada bahan kimia yang merusak." Hyema kemudian keluar. Masih pagi sudah diajak adu debat. Tapi---Hyema sedang mengontrol dirinya, semenjak menjadi kekasih Sejin. Ah, semenjak bertemu Sejin dia jarang meminum alkohol dan obat penenang, membuat dirinya bisa mengontrol emosi. Lagipula bukan hal aneh Hyema dibicarakan terus-menerus. Anak laki-laki saja banyak yang membicarakan Hyema karena membawa motor besar.
"Selamat pagi temanku," ucap In Yeop yang baru datang dan melempar tasnya di meja. Menghampiri Hyema yang sedang bermain game di handphonenya. Semua anak menatap Hyema, In Yeop menyadarinya. "Kenapa? Kenapa kalian melihatnya terus?"
"Sudah diamkan saja In Yeop, kau terlalu mahal untuk menanyakan sesuatu kepada mereka," kata Hyema yang masih sibuk dengan handphonenya, bagaimana jari-jarinya bermain lincah di layar handphone.
"Bajingan! Kau kan?! Kau yang menyebarkan beritanya!" Songkang menendang pintu kelas kemudian langsung menarik kerah baju ketua kelas Hyema. Matanya memerah, panas. Songkang yang mendengar bagaimana murid-murid satu sekolah membicarakan perceraian dan meninggalnya ayah Hyema. Walaupun memang pertamanya Songkang kesal karena kenapa Hyema tidak bercerita malah memendam nya sendiri. Tapi, Songkang tahu. Pertemanan bukan berarti harus terbuka dalam apapun, terkadang ada hal yang hanya ingin disimpan sendiri. Songkang memaklumi, karena dirinya juga menyimpan bagaimana rasanya kepada Hyema.
"Apa? Maksudmu?" tanya In Yeop yang melihat Songkang marah, jarang sekali Songkang marah kepada orang lain kecuali dirinya. Terutama tentang Hyema, pasti mereka selalu bertengkar. "Anak gila nilai ini yang menyebarkan hal privasi orang lain! Tidak tahu diri, seburuk apa nilai mu hingga ingin membuat Hyema di bicarakan satu sekolah dengan begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGATARES ✓
Fanfiction[ CERITA LENGKAP ] Umur 17 mungkin umur yang terkutuk bagi Lee Hyema. Kehidupannya hancur, dalam urusan keluarga, cinta dan sahabat. Namun, dia tidak serapuh itu. Dia bukan putri di negeri dongeng yang selalu dimudahkan hidupnya. Mungkin karena hidu...