PART 2

5.9K 339 61
                                    


Haii!

Vote dan komen pliss yaa.
Thx.

***


Seminggu sudah aku mengenal Natasya. Dia benar-benar gadis yang menyenangkan. Sedikit cuek tapi ramah. Walaupun masih seminggu dia bersekolah. Tapi dia sudah menjadi bunga sekolah. Teman laki-laki dari berbagai kelas setiap istirahat datang ke kelasku. Untuk apa? Yap, untuk menggoda Natasya. Kakak kelas pun banyak yang datang. Jadi, setiap istirahat kelasku lah yang paling rame. Layaknya pasar tradisional, sangat berisik.

Tetapi Natasya tidak mempedulikan ocehan dan godaan laki-laki yang mendekatinya. Dia hanya memberikan senyuman setiap kali ada laki-laki yang berniat mengobrol dengannya.

Hari ini, hari sabtu.

Aku pulang terlambat ke rumah. Mama sudah tau kalo hari sabtu aku sering latihan sepak bola sepulang dari sekolah.

Huihhhh..

Tepar sekali. Aku membuka sepatuku di ruang tamu. Lalu menuju kamar. Aku berbaring di kasur. Mengistirahatkan tubuhku sebentar.

Entahlah, hari ini sangat tidak menyenangkan. Kenapa? Aku terjatuh saat bermain bola. Kakiku tergelincir ketika aku hendak melakukan tendangan bebas. Lututku merah dan terasa ngilu.

Untung saja aku tidak terjatuh saat menaiki motor. Ah yasudahlah. Aku ganti baju dan pergi menuju lantai satu. Saat menuruni tangga pun aku hati-hati.

Aku pergi ke ruang makan. Di sana ada mama, Kak Fadly dan Nabila.

"Hai semua". Aku berbicara sambil duduk di kursi makan.

"Lututnya kenapa, Kak?" tanya Nabila sambil melihat ke kolong meja untuk melihat lututku yang merah.

"Tergelincir saat bermain bola. Sudahlah, tidak apa-apa." jawabku berbohong. Ini sakit sekali. Tapi aku harus terlihat kuat di depan keluargaku.

"Maka nya hati-hati jika bermain bola. Yasudah sini, kakak obati lukamu. Kakak punya obat untukmu." ucap Kak Fadly. Tumben sekali dia perhatian padaku.

"Tidak usah, Kak. Nanti juga sembuh. Ayo kita makan" jawabku mengalihkan perhatian. Sekali lagi, aku tidak mau terlihat lemah oleh keluargaku.

"Yasudah makan dulu, nanti sudah makan, kamu Fad, obati luka adikmu ya." jawab mama sambil memasang wajah khawatir ke arahku.

Aku paling tidak suka melihat mama memasang wajah seperti itu. Aku tidak mau membuat mama khawatir. Sejak papa dipanggil Tuhan, mama sering sakit. Aku tidak mau jika mama terlalu memikirkan papa. Mama jadi sering perhatian kepada kami. Aku sering kasihan melihat mama sendirian mengurus kami. Maka dari itu, jika aku mempunyai masalah, aku jarang memberitaunya. Tau kan alasannya kenapa? Takut menambah beban mama.

"Tidak usah mah. Bentar lagi sembuh kok." jawabku tersenyum bangga.

Kak Fadly melihatku sinis.

"Ah bohong. Kakak tau kalo kamu itu orangnya so kuat! Sudah jangan banyak bicara. Habiskan makanmu dan temui kakak di ruang tamu." tegas Kak Fadly.

Dia memang selalu tau tentang aku. Sebagai pengganti papa, dia selalu membantu aku dan Nabila jika ada masalah.  Dia memang seperti papa, mempunyai sikap tegas dan rajin dalam melakukan sesuatu. Walaupun masih kelas 3 SMA, tapi Kak Fadly sudah bersikap dewasa. Oh iya, Kak Fadly juga sesekolah denganku. Jadi, jika aku kehabisan jajan, aku sering ke kelas Kak Fadly untuk minta uang. Hehe.

Selesai makan, aku pergi ke ruang tamu. Jika bukan dipaksa mama, aku tidak mau melakukan ini. Tapi biarlah, aku juga tidak mau merasakan sakit seperti ini.

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang