PART 36

1.1K 78 15
                                    

VOTE VOTE VOTE~


**


Dear diary,

Hari ini aku melihat Agung berpenampilan kacau sekali. Wajahnya sangat pucat dan kantung mata itu membuktikan kalau dia sedang depresi saat ini. Agung dihukum gara-gara kesiangan pas upacara. Hal yang paling menyakitkan hati adalah ketika dia pingsan di tengah lapang. Sakit sekali rasanya. Aku tidak kuat lagi.

Saat di kantin, teman-temanku menjelaskan kepadaku segala hal yang tidak aku ketahui selama ini. Mengejutkan saat ternyata dugaanku benar kalau Agung menyukaiku, bahkan mencintaiku. Aku senang? Sangat! Bodohnya aku adalah terlambat menyadari kalau aku pun sangat mencintainya. Aku pikir rasaku itu hanya sebatas kagum. Ternyata lebih dari itu hahaha.

Alief, sobat karib Agung itu memberitauku kalau... segala perubahan yang terjadi pada diri Agung akhir-akhir ini penyebabnya karena aku. Siapa yang tidak kaget? Aku tidak bisa berpikir lagi. Perasaannya kepadaku sangatlah besar.

Secepatnya, aku harus memberitau tentang perasaanku ini kepada Kak Fadly. Aku tidak boleh menggantungkan perasaannya. Aku ingin semuanya selesai. Ya Tuhan beri aku kekuatan semoga bisa menyelesaikan masalah yang menyangkut hati dan perasaan ini. Aku tidak ingin berbohong lagi. Biarkan kejujuran yang menjawab.

Mungkin halaman ini adalah halaman terakhir yang aku tulis. Terima kasih kepada buku diari yang telah bersedia menampung segala pengalamanku saat hidup di kota ini. Hei buku diari! Jangan kangen aku ya! Selamat tinggal!:)

-Natasya Carollina Wijaya.


**

-Agung POV-


Kututup buku diari ini. Selesai sudah hasil ukiran-ukiran indah tangan Natasya aku baca. Aku lihat ke atas langit, berusaha meyakinkan kalau ini adalah nyata. Bukan mimpi ataupun imajinasi belaka. Aku awalnya takut sekali ketika ingin membaca buku diari ini sampai selesai. Tapi nyatanya sekarang, aku bahagia.

Bibirku melengkung indah bagai pelangi setelah hujan. Sinar cerah seakan menghangatkan hati dan jiwaku sekarang. Aku peluk erat buku diari ini. Di bawah langit senja yang mulai menjingga, tentramnya hati semakin mengundang air mataku untuk keluar. Aku memejamkan mata menikmati kicauan burung yang merdu di telinga. Hingga air mataku turun perlahan, menandakan kalau aku sedang tersentuh sekarang.

Siapa yang tidak menduga? Wanita yang sangat aku cintai ternyata mencintaiku juga. Tidak habis pikir memang, selama ini dia merasakan kalau aku mempunyai perasaan kepadanya. Semua kesalahpahaman yang aku dapatkan akhirnya berakhir indah. Mengetahui kejujuran ini membuatku tersadar kalau.. cinta diam-diam itu tidak selamanya berakhir tumbang. Awalnya memang sangat menyakitkan. Saking menyakitkannya membuat kita jadi depresi, bahkan merubah diri kita menjadi sesuatu yang agresif, yang tidak dikenal oleh orang lain.

Itulah yang terjadi padaku. Cinta yang menyeramkan mulai membuatku kehilangan orang-orang yang selalu ada. Mulai dari keluarga sampai sahabat. Sungguh hebat cinta itu. Sesuatu yang tampak indah, tapi jika salah langkah akan memutar balikkan fakta. Jangan harap akan bahagia kalau sudah begitu.

Aku berdiri dari bangku taman yang aku duduki. Senyum di bibirku tidak bisa surut begitu saja. Kalian tau kan, bagaimana bahagianya aku sekarang? Bagaimana cerahnya hatiku sekarang? Bagaimana gembiranya kita terbebas dari jurang? Itulah sekiranya diriku detik ini. Surga dunia sekali.

Biasanya aku selalu berteriak jika mengetahui kabar indah secara tiba-tiba. Tapi sekarang tidak. Kabar ini membuatku menjadi tenang, santai, dan tentram. Aku sangat lega. Ibaratnya telah berjalan berkilo-kilo jauhnya di padang pasir, lalu menemukan mata air yang jernih dan menyegarkan.

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang