VOTE VOTE VOTE~
**
-Natasya POV-
"Lo hadir ke kehidupannya. Layaknya pensil warna, lo warnain hidupnya. Lo buat hatinya terbuka. Lo mengenalkan dia ke rasa cinta yang pertama kali ia rasakan. Lo pasti ngerasa itu, kan? Tapi asal lo tau juga. Kak Fadly suka sama lo. Hal itu ngebuat Agung jadi sangat sangat sangat down dari dulu sampai sekarang. Satu sisi dia ingin ngejauh dari lo karena gaenak sama kakaknya. Tapi sisi lain dia makin cinta sama lo. Gue bisa liat, rasa cintanya sama lo itu besar banget. Lo beneran berarti buat dia. Lo beneran ngerubah seluruh hidup dia. Lo adalah cewek yang sangat sukses membuat dia menjadi penggalau, perindu, dan sebagainya. Panjaaaang banget kalo mau diceritain dari awal sampe akhir. Tapi gue hanya ingin kasih tau intinya aja. Agung cinta sama lo, Nat. Parah banget cintanya bisa dibilang."
Di suasana kantin sekolah yang entah kenapa tidak seramai biasanya. Aku menangis sendu mendengar ucapan Alief yang semakin membuka hati dan mataku, kalau perasaan Agung kepadaku lebih dari yang aku bayangkan. Aku tidak menyangka kalau ternyata aku lah penyebab dari semua sikap Agung akhir-akhir ini.'Akulah Sang Pencabut jiwanya sekarang.
Baru aku sadari, beberapa minggu yang lalu Agung meminta aku untuk menjauhinya. Sekarang aku tau kalau itu bukan karena dia benci padaku dan semacamnya. Tapi dia tidak ingin membuat kakaknya kecewa. Dia juga tidak ingin membuat masalah yang rumit dengan kakaknya. Dia rela mengorbankan perasaannya walaupun itu membuat dia sakit sekarang. Ya Tuhan sebegitunya kah perasaannya? Asalkan dia tau, kalau aku pun mempunyai rasa yang sama.
Perkataan Alief juga semakin membawa aku ke sebuah kenyataan besar kalau aku pun mencintainya. Yang asalnya selalu aku anggap sebagai rasa kagum biasa, tapi ternyata lebih jauh dari itu. Aku mencintainya dengan segenap perasaan yang aku punya. Kenapa sih aku baru sadar sekarang? Kenapa aku tidak bisa menilai perasaanku sendiri?
"Kalian jangan salah paham. Gue... gue belum ngasih jawaban ke Kak Fadly." Kataku sambil berusaha menghentikan air mata yang semakin jatuh. Pedih.
Seperti dugaanku, mereka tersontak kaget. Berbagai ekspresi mereka keluarkan di depan wajahku sekarang. Tapi toh aku berkata jujur, kan? Aku belum menerimanya menjadi kekasihku. Bahkan asalkan mereka tau kalau aku sebenarnya ingin menolak Kak Fadly.
"SERIUS, NAT?" teriak mereka bebarengan.
Aku mengangguk pelan sambil mengelap tangisku dengan tangan.
"Gue kira.. lo sama Kak Fadly jadian..." Khansa melotot tak percaya.
"Ngga. Gue belum ngasih jawaban."
"Kenapa?"
"Karena gue selama ini nganggap Kak Fadly itu kakak buat gue. Gue emang sayang sama dia. Tapi perasaan gue yang sesungguhnya bukan ke dia, tapi ke adiknya." Akhirnya kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku perhatikan reaksi mereka satu-satu. Tidak ada yang terkejut. Mereka malah biasa-biasa saja. Loh, kenapa mereka tidak kaget?
"Hmm, Nat. Tuhkan bener dugaan gue." Kata Alief sambil menopang dagunya dengan telapak tangan yang ia simpan di atas meja.
Bener dugaan katanya? Emangnya dia menduga apa?
"Gue udah ngeduga kalo ini akan terjadi. Lo tau, Nat? Gue kepikiran kalo lo suka ke Agung."
Tunggu... apa katanya? Dia kepikiran aku suka sama Agung? Wah wah wah dapet pikiran dari mana dia hah?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS: The Same Girl
Teen Fiction-Story Completed- (prev tittle; Aku atau Kakakku?) Bagaimana rasanya ketika kita harus menerima kenyataan kalau cinta pertama kita, adalah cinta pertama kakak kandung kita juga? Miris sekali bukan? Kehidupan cinta masa abu-abu yang seharusnya meny...