Budayakan vote sebelum baca:p
**
Kulangkahkan kaki ke depan.
Perlahan, namun pasti.
Ribuan mata tajam melihatku.
Hening, sunyi, mencekam.
Hanya suara langkah kaki pelanku yang terdengar.
Aku mendekat..
Mendekat..
Dan mendekat..
Jantungku sudah ingin keluar dari tempatnya. Aku tau ini semuanya hanya akting. Tapi mengapa aku membawa kisah hidupku kesini? Kenapa aku membawa seluruh keluh-kesahku sekarang dan bercampur dengan drama yang kekanak-kanakan? Kenapa aku merasa semuanya begitu nyata?
"Wajah cantik ini, membuatku tergila-gila. Bangunlah, cinta sejatiku."
Bibirku mendekat menuju pipi kirinya. Wajahku, dan wajahnya sekarang tidak lebih dari satu inci jaraknya. Aku bahkan bisa merasakan nafasnya ke wajahku. Dan mungkin begitu sebaliknya. Dengan air mata yang mengalir di pipi. Dengan segenap perasaan yang aku punya. Dengan segala hasrat yang ingin aku ungkapkan. Akhirnya, aku mencium pipinya pelan. Bibirku menyentuh pipinya yang lembut. Bibirku benar-benar menempel pada kulitnya.
Apa aku sudah gila? Di naskah, memang aku harus mencium dia. Tapi Khansa memperingatkan kalau aku hanya sekedar mendekat. Tidak harus menciumnya secara langsung. Tapi entah setan apa yang menguasai tubuhku saat ini. Aku tidak peduli lagi dengan naskah, atau dengan ucapan Khansa. Yang aku pedulikan, hanya aku melakukan apa yang ingin aku lakukan.
Tidak lebih dari lima detik aku menciumnya. Natasya membuka matanya perlahan. Menyadari itu aku sedikit menjauhi wajahnya. Jarak dari hidungku ke hidungnya mungkin hanya sejengkal. Mata bulatnya itu menatap dalam mataku. Dia tampak terkejut karena melihat pipiku yang basah oleh air mata. Dan mungkin dia juga terkejut karena aku dengan beraninya mencium dia. Berkontak mata itu cukup lama. Sampai akhirnya suara teriakkan dan tepuk tangan penonton terdengar keras.
"Akhirnya Putri bangun! Putri sudah mendapatkan cinta sejatinya! Terimakasih Pangeran!"
Para kurcaci itu bertepuk tangan dengan senyuman bahagia. Aku menarik tangan Natasya untuk bangun dari tidurnya. Aku masih tidak bisa berbicara apa-apa. Tangan Natasya meraih wajahku. Dia mengusap seluruh air mataku. Hatiku tidak menentu saat ini. Dia terus mengusap sampai air mata itu kering. Apa yang dia lakukan? Apa dia sadar sekarang? Dia pun berakting keluar dari naskah!
"Terimakasih." Katanya pelan. Nafasnya terengah-engah, dan hembusannya sampai di leherku. Serius, jarak kami benar-benar dekat.
Tidak tau apa lagi yang aku pikirkan. Ini bukan seperti saat latihan. Ini benar-benar asli kita yang melakukannya sendiri. Awalnya aku kaget juga karena berani keluar dari naskah, tapi aksiku ini membuat Natasya pun melakukan hal yang sama.
Drama Snow White dan 7 Kurcaci diakhiri dengan kekalahan Ratu Jahat yang sihirnya malah memantul ke dirinya sendiri, kemudian Snow White hidup bahagia bersama Pangeran dan 7 Kurcaci untuk selama-lamanya.
Tepuk tangan dan teriakan penonton tidak berhenti, malah semakin meriah. Sampai drama selesai dan aku bersama yang lainnya kembali ke kelas pun, tepuk tangan itu seperti tiada habisnya. Aku tersenyum karena drama kelasku disukai banyak orang. Aku tersenyum karena latihan keras ini membuahkan hasil. Walaupun ada beberapa adegan yang keluar dari naskah, tapi Khansa dan yang lainnya tidak marah. Tentu saja, karena drama ini sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS: The Same Girl
Teen Fiction-Story Completed- (prev tittle; Aku atau Kakakku?) Bagaimana rasanya ketika kita harus menerima kenyataan kalau cinta pertama kita, adalah cinta pertama kakak kandung kita juga? Miris sekali bukan? Kehidupan cinta masa abu-abu yang seharusnya meny...