PART 25

969 79 17
                                    

Haihai.

Gatau kenapa Author suka sama part ini. Karena part 25 ini Author ngetiknya pake hati(?). Ya semoga kalian juga sukaa!!

Happy Reading^^

Budayakan vote sebelum baca:p


**


"Jangan kasih tau ada gua disini!" kataku dengan suara yang teramat pelan. Plis, pokoknya aku tidak mau kalau Natasya dan Rifa mengetahui ada aku disini. Karena kalau sampai ketahuan, itu akan menimbulkan masalah.

Aku lihat seringai licik yang keluar dari wajah Khansa. Oh tunggu-tunggu, apa yang akan dia lakukan? Mengapa dia mengeluarkan ekspresi seperti itu?

"AGUNG KAMU LAGI APA?" teriak Khansa keras sampai menggema ke seluruh ruangan.


GILA! KHANSA SUDAH GILAAAA!!

APA YANG SUDAH DIA LAKUKAN!!!

SIALLL!!!!!


Mataku melotot, mulutku terbuka, dan jantungku semakin berdansa hebat. Khansa benar-benar ingin membuatku mati kutu sekarang. Telingaku mendengar suara langkah kaki. Aku tau pasti Natasya dan Rifa mendekatiku. Ini lebih menegangkan daripada lupa mengerjakan tugas Bu Elis. Habislah riwayatku.

"Agung? Mana Agung?" kata Rifa dengan nada suara yang sedikit panik.

"Tuh ngumpet. Gatau deh lagi ngapain." Jawab Khansa sambil menunjukku yang sedang jongkok di lantai, dengan keringat dingin yang membasahi tubuh. Oh God, seharusnya aku tadi pulang saja.

Rifa dan Natasya sekarang sudah berada tepat di depanku. Aku lihat wajah Khansa yang dipenuhi oleh senyuman kebahagiaan. Sumpah, akan aku balas perbuatanmu! Aku lihat wajah Rifa dan Natasya, mereka berdua terlihat sangat terkejut dan seakan tak percaya melihatku. Pelan dan hati-hati, aku mulai berdiri sambil membenarkan seragamku yang kusut.

"Kamu ngapain disini? Jangan bilang..." Rifa mulai mengeluarkan suaranya. Sedangkan Natasya masih bertahan dengan ekspresi kagetnya.

"Eh, hmm. Itu, ta-tadi, a-aku, baru keluar dari kamar mandi. Nah supaya lebih cepet, aku pulangnya lewat sini. Dan ga sengaja aku ngedenger kalian ngomong. Eh Khansa datang deh. Udah gitu aja." Kataku dengan terbata-bata. Sumpah, sulit sekali untuk bicara walaupun dihadapanku ini adalah para wanita yang hampir dua tahun sekelas denganku. Rasanya seperti maling yang tertangkap basah oleh polisi.

"Oke, tapi kamu gatau kan kita ngomongin apa?" tanya Natasya sambil melirik sekilas kepada Rifa.

Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku berpikir sebentar. Mungkin sebaiknya aku mengaku saja kalau aku sengaja mendengar percakapan mereka. Ya sepertinya itu bagus. Mulai kali ini, aku tidak akan menghindar. Aku harus menghadapi semuanya agar semuanya bisa diselesaikan. Aku diam tanpa ekspresi. Diamku memberi kode kepada mereka kalau aku tau apa yang mereka bicarakan.

"Kok pada diem sih? Kalian kenapa?" Khansa mulai mengeluarkan suaranya. Aku masih diam. Begitupun dengan Rifa dan Natasya.

Sekarang, aku mulai berani berbicara. Dengan keringat yang bercucuran, aku akan memberitau Rifa yang sebenarnya. "Rif, kalo kamu ingin tau apa yang aku rasain, oke aku kasih tau. Aku marah, benci, kecewa, dan ganyangka atas apa yang udah kamu lakukan sekarang. Bukan maksud aku buat ge-er atau semacamnya, tapi aku tau kok kalo kamu punya perasaan sama aku. Dari dulu aku udah peka. Dari dulu udah banyak orang yang ngasih tau aku tentang perasaan kamu itu. Kamu sangat peduli sama aku, dan kamu tetep peduli walaupun aku dengan sengaja cuekin kamu. Tapi, plis. Plis banget Rif bukan kayak gini caranya. Cara kamu menghasut orang untuk ngejauhin aku, justru itu akan membuat aku semakin ngejauhin kamu juga. Jangan karena aku gapernah pacaran, bukan berarti aku buta tentang cinta-cintaan. Apalagi kamu nyuruh Natasya buat jauhin aku. Udah tau aku ini suka sama.."

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang