PART 18

1.2K 94 6
                                    

Hai.

Happy reading^^

Budayakan vote sebelum baca:p

**

Aku terkejut mendengar pernyataan Alief barusan. Setengah kaget, setengah lagi tidak percaya. Rifa, gadis cantik yang berasal dari keluarga kelas atas, mempunyai pribadi yang menyenangkan, ternyata menyukaiku? Lelucon macam apa itu?

Aku menatap Alief lurus untuk mencari kebohongan di dalamnya. Aku tau, ini pasti bohong. Tapi sepertinya Alief berbicara jujur. Tidak ada gurat-gurat kebohongan yang terpancar dari wajahnya. Sudah lama aku kenal Alief, aku tau kapan dia berbohong, dan kapan dia serius.

Kali ini, dia sepertinya serius. Argh!

Aku mengingat-ingat sikap Rifa kepadaku akhir-akhir ini. Memang benar sih, dia selalu mengikutiku saat berada di sekolah. Dia sering mengajakku jajan bareng di kantin, baca buku di perpustakaan, dan yang lainnya. Tapi aku kira mungkin itu karena dia memang senang berteman denganku. Tidak kusangka sama sekali, ternyata dia menyimpan rasa kepadaku.

"Yaampun. Pantesan aja dia selalu ngikutin gua kemanapun gua pergi. Coba ceritainlah, gimana dia ngomongnya ke lo." Kataku langsung kepada Alief yang dibalas dengan anggukan sambil berpikir.

"Gini nih, ceritanya..."


*FLASHBACK ON*

-Author POV-

Tangan Alief ditarik oleh Rifa menuju dekat ke perpustakaan. Memang benar di luar perpustakaan itu ada beberapa meja dan kursi yang sering dipakai siswa untuk berkerja kelompok, atau sekedar nongkrong-nongkrong tidak jelas. Rifa memilih salah satu dari meja-meja itu.

Setelah duduk bersampingan dengan Alief, Rifa mengeluarkan laptop dan buku paket IPS ekonomi yang tebalnya luar biasa sangat. Entah siapa yang mau mengetik buku tersebut. Melihatnya saja sudah membuat siswa bergidik. "Lo yang ngetik, gue yang nyari. Oke?" sahut Rifa kepada Alief.

"Oke!" secepat kilat Alief membalas tawaran Rifa lalu menyalakan laptop. Dengan senang hati Alief akan mengetik. Daripada mencari jawaban dan membuka-buka buku sialan itu? Mengetik jauh lebih menyenangkan.

Rifa mulai membuka soal dan mendiktekannya kepada Alief. Secepat kilat Alief mulai mengetik ucapan Rifa. Setelah selesai mengetik soal, akhirnya Rifa mencari jawaban-jawaban itu satu per satu. Alief hanya berdiam-ria sambil celingukan sendiri karena menunggu jawaban soal dari Rifa.

Saat Rifa mengerti dan mengemukakan pendapat-pendapatnya, Alief melihat Rifa takjub. Pendapat-pendapat itu menurut Alief sangat tepat dan cerdas. Tidak disangka, dibalik kecantikannya ternyata terdapat emas. Otaknya memang enak diajak bekerja sama. Cantiknya nambah nih!

"Lo ngetiknya lama banget sih. Cepet dikit napa!" sungut Rifa sambil melihat ke arah layar laptop.

"Bukan gue yang kelamaan, tapi lo nya yang kecepetan. Mau kemana sih lo? Kalemin dikit napa!" jawab Alief tak mau kalah. "Yaudah, lo jangan nunggu gue ngetik. Lo tulis aja jawaban-jawaban lo di buku tulis. Entar gue ketik."

"Betul juga! Sip deh!" teriak Rifa girang. Rifa mulai mencari jawaban sendiri tanpa mendiktekannya kepada Alief. Nah begini lebih baik. Tinggal tulis, entar diserahkan kepada Alief untuk diketik. Setelah berlama-lama kemudian, akhirnya semua soal itu berhasil ditaklukan oleh Rifa. Otaknya memang sebelas dua belas dengan Arinda. "Selesai! Tugas gue selesai! Nih, tinggal diketik." Kata Rifa sambil melempar buku itu tepat di muka Alief.

"Biasa aja kali. Gausah dilempar juga!" Alief mengusap wajahnya. Rifa hanya ber-peace-ria.

Dan akhirnya, mereka berdua kalut dengan kegiatan masing-masing. Alief dengan laptop, dan Rifa dengan ponsel. Sesekali Alief mencuri pandang kepada Rifa. Entah kenapa, Rifa sekarang senyam-senyum sendiri. Apa yang dia lihat di ponselnya? Gambar lucu kah?

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang