PART 20

1.1K 87 8
                                    

Hai. Ketemu lagi sama cerita ini. Jangan bosen2 ya walaupun makin gajelas heu:)

Happy reading.

Budayakan vote sebelum baca:p


**


Ini sudah dua minggu aku 'kurang' berinteraksi dengan orang-orang. Kak Fadly, Natasya, dan yang lainnya. Aku tidak tau kenapa. Tapi rasa sakit itu selalu ada. Ada apa dengan aku ini? Aku bukan siapa-siapanya. Aku juga tidak berhak cemburu. Tapi kenapa aku tidak rela kalau Natasya dimiliki orang lain?

Dan Rifa, gadis itu semakin sering mendekati. Di sekolah, dia selalu mengikuti dan mencoba mengobrol denganku. Apa dia sungguh-sungguh menyukaiku? Kadang aku berpikir, sebaiknya aku mengatakan kepada Rifa untuk tidak perlu mengikutiku lagi. Tapi sungguh aku tidak tega mengatakannya.

Dan apa kalian tau? Hubungan geng kami, Eh ralat! Maksudnya kelompok belajar kami. Udah tau lah yaa. Hubungan kami berlima sudah semakin menjauh. Entah kenapa kami jarang kumpul-kumpul lagi. Ada rumor beredar, kalau mantan Natasya si Zul itu suka ke Arinda. Masih rumor sih, tapi emang keliatan kalau Zul suka mengikuti Arinda di sekolah. Percis seperti Rifa yang selalu mengikutiku.

Dan alhasil, Khansa yang memang menyukai Zul pada padangan pertama itu, mulai menjauh dari Arinda. Khansa terlihat sangat tidak mau ber-'teman' dengan Arinda. Sesekali Arinda mencoba menjelaskan yang sebenarnya. Tapi dengan tegas Khansa pergi dan meninggalkan Arinda.

Entahlah. Semakin kesini seakan semakin buruk. Entah ini karena perasaanku saja atau memang begini takdirnya. Yang jelas aku sering terlalu larut dalam pikiran mengenai hal-hal yang terjadi belakangan ini. Sedahsyat itukah 'patah hati pada orang yang salah'? maksudku apa ini karena efek dari rasa cemburu yang selalu hadir? Tapi apa aku berhak cemburu? Aku yang tidak memiliki hubungan apa-apa, apa berhak merasakan apa-apa?

Hari sudah sore dan di sekolah sudah mulai sepi. Hanya orang-orang yang masih ada kepentingan saja yang ada disini. Termasuk aku. Aku ada jadwal latihan sepak bola. Entahlah. Hanya bermain bola satu-satunya cara untuk 'mengobati' perasaanku saat ini. Hanya itu.

Kulihat jam tangan, tepat pukul lima sore. Kegiatan latihan pun sudah selesai. Setelah istirahat dan mengelap keringat sebentar, aku putuskan untuk pulang duluan. Aku tidak mau terjebak dalam kemacetan yang luar biasa fantastis jika terlalu sore. Walaupun ini sudah sore sih. Heu. "Semakin cepat semakin baik". Ya, aku setuju dengan bahasa slogan itu. Mungkin beberapa orang lebih setuju pada bahasa slogan "Biarpun lambat asal selamat". Oh Big NO! aku lebih suka cepat daripada lambat. Karena cepat itu membuat kita semakin aktif dan kreatif(?)

Oke, tunggu! Kenapa jadi membahas bahasa slogan? Argh lupakan!


Disekolah sudah benar-benar sepi. Mungkin bisa dibilang seperti di kuburan saja. Sepiiii dan hanya anak-anak futsal saja yang masih ada. Itupun mereka masih di GOR.

Aku sampai di tempat parkir.


Eh tunggu!

Itu ada Arinda sama Khansa. Mereka seperti berdebat sesuatu di lapang parkir yang hanya terdapat beberapa kendaraan. Apa yang terjadi sama mereka? Mengapa sudah sore begini belum pulang? Hmm sepertinya aku harus menjalankan aksi detektifku. Lagi.

Aku berjalan mengendap-endap menuju pohon besar yang tidak jauh dari mereka. Perlahan-lahan tapi pasti. Aku sudah bersembunyi di balik pohon dan memasang telinga tajam-tajam. Oke guys ini tidak boleh ditiru ya. Dosa lho sengaja mendengar percakapan orang lain. Tapi aku sudah terlanjur kepo sama keadaan. Hehe.

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang