"Pagi Nana," sapa Jeno. Jaemin terkekeh melihat Jeno sepagi ini sudah didepan rumahnya.
"Bentar ya, Jeongin masih ambil jasnya ketinggalan." Kata Jaemin, Jeno mengangguk.
Jeno memegang kedua pipi Jaemin, melihat mata jernih Jaemin yang sedikit sembab,
"Na, mata kamu kok sembab? Kamu habis nangis? Ada masalah?" Tanya Jeno. Jaemin menunduk dan menggeleng.
"You can tell me, Na." Desak halus Jeno, ia sangat penasaran apa yang membuat Jaemin menangis.
"Kak Nana abis ngedrakor semalem sama gue."
Jaemin diam diam menghembuskan nafas lega mendengar suara Jeongin. Jeno dan Jaemin menoleh dan melihat Jeongin muncul dari dalam rumah.
"Nggak ada yang ketinggalan kan? Yuk." Ajak Jaemin, Jeno tak percaya dengan alibi Jeongin, ia merasa ada yang disembunyikan Jaemin darinya, tapi ia tetap berusaha untuk positif thingking.
Jeongin membuka pintu belakang mobil sedangkan Jeno membuka pintu depan untuk Jaemin, Jaemin terkekeh dan mengucapkan terima kasih pada Jeno.
"So sweet nya. Mending tadi bareng uncle deh." Sindir Jeongin. Jeno dan Jaemin terkekeh.
Alunan lagu lagu favorit Jaemin mengalun dari mp3 mobil Jeno. Sesekali Jaemin, Jeno dan Jeongin bersenandung kecil,
"Na, besok ke Jogja sama siapa?"
"Sendiri, Pak Dewo udah nyiapin tiket pesawat sama check in hotel."
"Flight jam berapa?"
"Kenapa?"
"Aku mau anter,"
"Nggak usah Jen, besok sekolah."
Jeno mengangguk, salah jika Jeno bertanya pada Jaemin. Jeongin tersenyum melihat keseriusan Dimata Jeno, mungkin setelah ini Jaemin bisa sedikit terbuka dengan Jeno.
Mobil Jeno sudah berhenti di parkiran mobil sekolah, mereka bertiga keluar dan berjalan memasuki sekolah.
"Bye kak," kata Jeongin berpisah dengan Jeno dan Jaemin dilorong.
Jeno dan Jaemin berjalan menuju kelas mereka diselingi obrolan ringan.
"Lo ke kelas dulu aja, ada yang harus gue urus." Kata Jeno, Jaemin mengerutkan dahinya,
"Masalah apa Jen?"
"Nggak aneh aneh kok."
Jaemin mengangguk, ia memilih berjalan menuju kelasnya sedangkan Jeno berbalik arah menuju ruang guru, ada sesuatu yang harus ia pastikan.
"Jeongin."
Jeongin menoleh ke belakang, ia mengerutkan dahinya melihat Jeno berlari kearahnya.
"Kak Jeno? Ada apa kak?"
"Ada yang mau gue tanyain sama lo,"
Jeongin menaikkan sebelah alisnya, "kak Jaemin?" Tebak Jeongin.
"Besok dia flight jam berapa?"
"Bukannya tadi kak Jaemin bilang kakak nggak usah anter kak Jaemin?"
"Ayolah Je,"
Jeongin menggeleng, Jeno bahkan sudah memegang kedua tangan Jeongin dengan tatapan memohon. Jeongin tetap menggeleng,
"Tanya sendiri ke kak Jaemin,"
"Nggak bakal dikasih tau Je."
"Yaudah nggak usah ngeyel kak."
"Je, please. Lo mau apa aja deh pasti gue turutin."
"Jam 10 pagi kak."
"Hah?"
"Flight kak Jaemin jam 10 pagi."
"Serius?"
"Iya kak."
"Thank you Je!"
"Gue bakalan mikirin apa imbalan gue setelah bantu lo kak."
"Oke! Ngomong aja apa yang lo mau. Thanks Je!" Seru Jeno berbalik dan berjalan menuju kelasnya.
Jeongin menggeleng kecil melihat Jeno tampak girang itu. Ponsel Jeongin berdering, itu telfon dari kakaknya, Christopher.
"Hallo Bang!" Pekik senang Jeongin.
"Hello Je, Where are you now?"
"I'm at School. Why do you call me?"
"how are Jaemin and Uncle Siwon?"
"They are fine, why?"
"I don't know if this is really or just a program error, but I met a woman who looks like Aunt Yoona."
"Are you sure? Where?"
"Sleman, Yogyakarta."
"What?!"
Aku mulai ujian awal bulan nanti, beberapa temen dan keluarga minta aku untuk hiat dan aku bingung harus gimanain cerita ini.
Menurut kalian, aku kebut cerita ini dalam minggu ini atau aku hiat dan aku fokus buat persiapan ujian?
Ayo vote dan comment jangan lupa ya, beri tahu aku kalo ada kesalahan kata.
Thank you💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Galakasa (Nomin)
FanfictionCompleted ✓✓ Kisah cinta klasik antara Ketua OSIS dan sekertarisnya. "Rajenong!" Pekik Jaemin, 100 meter didepannya ada Jeno yang tertawa terbahak bahak. "Iya Nana sayang." °°°°° "Lo emang pacarnya, tapi lo nggak pernah kenal Jaemin yang sebenernya...