Sudah 30 menit Jaemin memeluk Jeno di balkon lantai 3. Setelah sarapan tadi, Jaemin langsung mengajak Jeno kembali ke lantai 3 dan memeluknya.
Saat Jeno tanya apa alasannya, Jaemin hanya bergumam tidak jelas dan membenamkan wajahnya di dada Jeno.
"Na, ada apa?" Tanya Jeno mengelus rambut kecoklatan Jaemin.
Jaemin mendongakkan kepalanya, menatap mata hitam legam milik Jeno. "Aku kangen sama kamu." Gumam Jaemin. Jeno tersenyum seketika.
"Aku juga kangen banget sama kamu." Gumam Jeno mengecup hidung Jaemin.
"Aku kesini buat nebus janji aku, apa kamu siap?" Tanya Jeno.
"Don't leave me again?"
"Yes, I don't leave you again." Gumam Jeno menerjang bibir merah muda alami milik Jaemin.
Jaemin melingkarkan tangannya di leher Jeno, menikmati sesapan lembut dari Jeno.
"Rajeno!"
Jaemin dan Jeno reflek menoleh begitu mendengar suara yang tak asing bagi mereka. Jeno mengerutkan dahinya, ia tidak asing dengan wanita yang berjalan mendekat kearahnya.
"Rajeno, apa kamu ingat aku?" Tanyanya. Jeno melirik kearah Jaemin yang hanya menatap datar wanita itu.
"Sorry?"
"Aku Lia, masa kamu lupa sama aku? Aku temen satu SMA kamu."
Perlahan Jeno mengingat nama Lia di list teman teman SMA-nya. Jeno mengangguk kecil.
"Ini Jaemin, kamu ingat kan?" Tanya Jeno merangkul pundak Jaemin. Jaemin tersenyum tipis, seakan mengejek wanita yang sudah membuatnya dan Jeno berpisah dulu.
"Jaemin? Oh sekertaris Osis yang pindah gara gara bully Renjun kan?"
Wajah Jaemin mengeras seketika.
"Kamu masih pacaran sama dia?" Tanya Lia menunjuk Jaemin.
"Kamu sama siapa disini Lia?" Tanya Jeno mengalihkan pembicaraan.
"Eh? Aku sama Lami dan Yeeun." Jawab Lia,
"Biar ngobrolnya enak, gimana kalo sambil nongkrong?" Tawar Jeno, tangan yang tadinya merangkul pundak Jaemin, kini beralih mengelus punggung Jaemin.
Mereka bertiga berjalan menuju kafe terdekat. Setelah memesan, suasana canggung mulai terasa karna sejak tadi Jaemin tidak berhenti mengeluarkan aura mengintimidasi.
"Eung, kalo Lami sama Yeeun aku ajak kesini bolehkan?" Tanya Lia, Jeno mengangguk sedangkan Jaemin menatap ponselnya.
"Oh ya Jeno, gimana kehidupanmu sekarang?" Tanya Lia.
"Aku- aku bekerja di perusahaan keluargaku, bagaimana denganmu?"
"Aku sedang melanjutkan S2 di Sydney. Bagaimana denganmu Jaemin?"
Jamin menaruh ponselnya diatas meja, "aku sudah bekerja."
"Disini?"
"Chicago."
"Sebagai apa?"
"Dokter."
"Really? Rumah sakit mana? Aku punya teman dokter di Chicago. Apa kamu kenal Seo Johnny?" Tanya Lia.
"Bagaimana kamu bisa kenal Johnny?"
"A-ah aku tidak ingat bagaimana aku bisa bertemu dengannya,"
"Bagaimana kamu bisa tidak ingat?"
"Ah itu-"
"Lia." Suara Yeeun memotong ucapan gugup Lia. Lia menghembuskan nafas lega secara perlahan, Jaemin menyungging senyum tipis melihat kegugupan Lia.
"Eh? Jaemina ya, Hai!" Sapa Lami tersenyum riang melihat Jaemin.
Senyum Jaemin merekah saat Lami dan Yeeun meyapanya. Toh, Jaemin tidak memiliki masalah dengan mereka berdua.
"Aku tidak menyangka kita bertemu Jaemin disini." Kata Yeeun. Jaemin terkekeh.
"Senang bertemu kalian lagi."
"Jeno, apakah aku harus memanggilmu bos disini?" Tanya Yeeun, Jeno tertawa kecil.
"Tidak perlu."
"By the way, aku benar benar terkejut melihat Jaemin, setelah pindah dari sekolah, aku nggak pernah dengar kabarmu lagi. Kamu semakin tampan." Kata Lami membuat Jaemin terkekeh, apa wanita dihadapannya ini masih menyimpan rasa padanya?
"Kamu juga semakin cantik Lami," balas Jaemin.
Jeno meremat jemari Jaemin yang berada diatas pahanya. Merasakan rematan Jeno, Jaemin semakin senang dan berniat kembali menggoda Jeno.
"Aku ingat kamu menyukaiku Lami, apa kamu masih menyukaiku?" Tanya Jaemin, semuanya bisa melihat pipi Lami bersemu.
"A-ah itu, tentu tidak Na." Gumam Lami menunduk malu.
"Benarkah? Wah ternyata 7 tahun bisa merubah perasaanmu, aku ingat kamu pernah memberiku bekal makan siang 1 Minggu full yang kamu titipkan ke Jisung." Goda Jaemin membuat Jeno semakin marah, entahlah mungkin Jeno cemburu?
"Sudah semakin sore Na, sebaiknya kita pulang." Kata Jeno berdiri dari duduknya.
Jaemin melihat jam di pergelangan tangannya, Jaemin ikut berdiri. "Seneng bisa bertemu kalian lagi, apalagi denganmu Lam-"
"Kami duluan, permisi." Potong Jeno segera menarik tangan Jaemin menjauhi kafe.
Jaemin tersenyum senang melihat wajah datar Jeno, sangat menyenangkan mengerjai lelaki bermata sipit itu.
Jeno membuka pintu mobil yang ia bawa ke taman tadi, membawa laju mobilnya kembali ke rumah Jaemin setelah Jaemin memasang sabuk pengamannya.
"Jen, are you okay?" Tanya Jaemin mengelus lengan Jeno.
"I'm not okay."
"What's wrong?"
"You have to get punished."
"Hah? Wait! What did I do wrong?"
Jeno tidak menjawab pertanyaan Jaemin. Sedangkan dalam hati Jaemin bersorak senang, tidak sulit membuat Jeno cemburu. Jaemin menunggu hukuman yang Jeno siapkan untuknya.
Hallooo
Minal Aidzin wal Faidzin Yeorobun (≧▽≦)
See you next week \(^o^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Galakasa (Nomin)
FanfictionCompleted ✓✓ Kisah cinta klasik antara Ketua OSIS dan sekertarisnya. "Rajenong!" Pekik Jaemin, 100 meter didepannya ada Jeno yang tertawa terbahak bahak. "Iya Nana sayang." °°°°° "Lo emang pacarnya, tapi lo nggak pernah kenal Jaemin yang sebenernya...