01

17.8K 1.7K 32
                                    

Happy reading:)

~~~~

"Kak Jaemin." Panggil salah satu siswi, Jaemin yang tadinya sibuk dengan laporan kegiatan menjelang acara ulang tahun sekolah, mendongak.

"Iya?"

"Kakak dipanggil Pak Dewo diruangannya."

"Oh oke. Jen, lanjutin dulu ya." Kata Jaemin menepuk pundak Jeno yang sejak tadi fokus dengan game diponselnya.

Jaemin merapikan seragam dan jas'nya. Senyum Jaemin terus terlihat selama perjalanan, tak sedikit siswa menyapa sekertaris Osis ramah satu ini.

Jaemin mengetuk pintu ruang Wakasis dan membukanya perlahan, ia tersenyum melihat Wakasis duduk dikursinya.

"Jaemin, sini duduk." Kata Pak Dewo, Jaemin memasuki ruang Wakasis dan duduk dibangku sebrang Pak Dewo.

"Lagi sibuk ngurus acara ulang tahun sekolah ya? Maaf bapak menganggu." Kata Pak Dewo.

"Nggak apapa pak. Kalau boleh tau, ada apa bapak manggil saya?"

"Sekolah kita mendapat pujian dari dinas pendidikan karna acara baksos kemarin dan menunjuk sekolah kita untuk mengirim perwakilan siswa ke Yogyakarta untuk menghadiri acara Unicef disana,"

"Saya sudah berunding dengan pihak yayasan dan kami sepakat untuk menunjuk kamu sebagai perwakilan sekolah, karna yang saya tau kemarin kamu yang menjadi ketua panitia acara. Apa kamu bersedia?"

Jaemin tentu terkejut, ia tersenyum dan mengangguk setuju. "Iya pak, saya bersedia."

"Syukur kalau begitu. Ini undangan dari Unicef dan ini surat pengantar untuk orang tua." Kata pak Dewo menyodorkan 2 amplop untuk Jaemin dan langsung diterima Jaemin.

"Acaranya tanggal 10 Februari, jadi kamu bisa membantu teman teman untuk acara ulang tahun sekolah."

Jaemin mengangguk mendengar kata kata Dewo, acaranya masih 2 Minggu lagi, ia masih bisa mengikuti acara ulang tahun sekolah.

"Ada lagi pak?" Tanya Jaemin,

"Tidak ada, kamu bisa kembali."

"Baik pak, terima kasih." Kata Jaemin berdiri dan keluar dari ruangan Wakasis.

Jaemin kembali keruang Osis dan kembali duduk disamping Jeno. Jeno melirik kearah Jaemin, ia menaruh ponselnya seketika begitu melihat surat berlogo Unicef diatas meja.

"Lo yang berangkat?" Tanya Jeno, Jaemin mengangguk.

"Kok lo?"

"Ya mana gue tau Jen, kenapa sih?"

Jeno menatap sinis amplop itu dan kembali menyambar ponselnya. Jaemin mengerutkan dahinya bingung.

"Jen-"

"Urusin dan selesaiin tuh laporan kegiatan sebelum lo pergi." Desis Jeno beranjak dan keluar dari ruang Osis. Jaemin menggeleng kecil melihat Jeno, ia kembali melihat laporan persiapan ulang tahun sekolah.

"Susulin si Jeno sono, ini biar gue yang handle." Kata Haechan menyenggol lengan Jaemin. Jaemin menggeleng kecil.

"Biarin aja, dia butuh waktu." Kata Jaemin tersenyum kecil.

Jeno terus berjalan tak tentu arah, tak sedikit orang yang menjadi sasaran tatapan tajam Jeno yang diselimuti rasa marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno terus berjalan tak tentu arah, tak sedikit orang yang menjadi sasaran tatapan tajam Jeno yang diselimuti rasa marah. Jeno yang murah senyum berubah seketika.

Jeno bingung, bagaimana bisa Jaemin ditunjuk menjadi perwakilan sekolah untuk pergi ke Yogyakarta, padahal saat rapat kemarin pihak sekolah sepakat untuk mengambil perwakilan dari Duta sekolah bukan pengurus Osis.

"Jin, kalo lo bisa pacarin Jaemin. Mobil gue buat lo."

Jeno mendengar kata kata itu, ia menoleh dan melihat segerombol berandalan sekolah melihat foto Jaemin diponsel mereka masing masing.

"Oke, siapa takut."

Emosi Jeno terpancing begitu cepat, ia berjalan kearah berandalan itu dan mengangkat kerah si ketua Genk, Hyunjin.

Hyunjin tersenyum miring melihat wajah marah Jeno.

"Jangan sekali kali lo mainin Jaemin!" Gretak Jeno.

"Gue pastiin Jaemin yang dateng sendiri ke gue." Desis Hyunjin tersenyum miring,

Kepalan tangan Jeno sudah siap melayang menghampiri pipi Hyunjin,

"Rajeno!"

Jeno melepas cengkeramannya pada kerah seragam Hyunjin. Jaemin mendekati Jeno,

"Ada apa?" Tanya Jaemin melihat Jeno dan Hyunjin bergantian.

Mata Jaemin membola melihat Jeno malah menjauhinya, Jeno melihat kearah Hyunjin sebentar dan mengejar Jeno.

"Jen tungguin gue napa!" Pekik Jaemin mengejar langkah Jeno.

Buk! Jeno berhenti tanpa aba aba, wajah Jaemin sukses menyapa kepala belakang Jeno mengingat tinggi mereka tidak jauh berbeda.

"Kalo berhenti ngomong donk! Sakit anjir." Dengus Jaemin mengusap keningnya. Jeno tersenyum kecil.

"Sorry," Gumam Jeno mengelus lembut kening Jaemin. Jaemin tersenyum melihat wajah Jeno tidak se kaku tadi walaupun wajahnya tetap datar.

"Gue laper, makan yuk." Ajak Jaemin menjauhkan keningnya dari tangan Jeno,

"Gue udah-"

"Yaudah temenin, Ayo Jen." Rengek Jaemin, Jeno mendengus dan mengangguk.

Jaemin memekik senang dan berjalan bersama Jeno menuju kantin. Jika saja Haechan tidak mengomel dan menyuruh Jaemin menyusul Jeno, sudah dipastikan Jaemin menemui Jeno di ruang kedisiplinan, memikirkannya saja sudah membuat kepala Jaemin pusing.

Pemandangan Jeno dan Jaemin berjalan bersama, sudah menjadi makanan siswa siswi SMA Neo Culture setiap harinya. Tak sedikit dari mereka yang memekik senang dan mengambil banyak foto kebersamaan Jaemin dan Jeno.

Ada beberapa pula yang heran, bagaimana bisa Jaemin betah berlama lama dengan Jeno. Fyi, mereka sudah berteman sejak kecil. Dimana ada Jaemin, disitu pasti ada Jeno dan sebaliknya.

 Dimana ada Jaemin, disitu pasti ada Jeno dan sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam semua. Maaf sebelumnya aku unpub karna ada beberapa masalah. Semoga setelah ini kalian bisa enjoy bacanya

Jangan lupa vote comment and share cerita ini ya:)

See you next chapter \(^o^)/

Galakasa (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang