07

7.6K 1.1K 18
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Semua panitia sudah sibuk sejak pagi tadi. Ceremonial pemotongan tumpeng dan pelepasan balon serta pemotongan pita telah terlaksana dengan sukses tadi pagi. Jaemin sejak tadi sibuk dengan walkie talkie nya, semua siswa terlihat memenuhi lapangan outdoor, ada yang sekedar berjalan jalan di stand bazar, menjaga stand, dan beberapa pengisi acara.

"Ada yang pingsan nih, tim kesehatan ke titik 3 tolong,"

"Sie konsumsi, tambahan air ke backstage tolong,"

"Ada Icung nggak? Bilangin suruh ke backstage donk, abis ini dia tampil."

Dan banyak lagi suara suara yang masuk di walkie talkie dari teman teman panitia. Dibalik acara yang sukses, pasti terdapat panitia panitia yang cekatan.

"Jaemin,"

Jaemin menoleh, sejak tadi ia fokus mencatat jalannya acara untuk bahan laporan kegiatan.

"Mas Lucas!" Pekik Jaemin terkejut melihat Lucas disini.

"Katanya mas nggak bisa dateng," pekik senang Jaemin,

"Ya masa kakak nggak dateng ke acara sekolah adeknya," kata Lucas merangkul Jaemin.

"Kak Lucas!" Pekik Jeongin berlari dan memeluk Lucas,

"Hey Ayen, gimana? Udah tampil apa belum?" Tanya Lucas,

"Belum, nanti jam 3." Kata Jeongin tersenyum, tak sengaja ia beralih melihat ke belakang Lucas. Ada Hyunjin disana bersama teman temannya, tawa Hyunjin mengalihkan dunia Jeongin

"Jaemin, bisa ke titik 5 bentar nggak?" Itu suara Jeno dari walkie talkie Jaemin,

"Kakak sama Jeongin dulu ya, see you." Kata Jaemin berjalan meninggalkan Lucas dan Jeongin menuju titik 5 yang berada di dekat panggung.

"Ada apa No?" Tanya Jaemin, Jeno tersenyum melihat Jaemin.

Tangan Jeno terangkat untuk menyeka bulir keringat disekitar wajah Jaemin, Jeno tau pasti Jaemin sangat lelah.

"Duduk dulu sini, lo pasti capek banget dari kemarin." Kata Jeno menepuk kursi plastik disebelahnya.

Jaemin terdiam, ia terpaku sejak tangan Jeno menyentuh pelipisnya. Jaemin hanya diam menurut saat Jeno menariknya untuk duduk disebelahnya.

"Gue tampil, lo harus liat gue ya?" Pinta Jeno, Jaemin mengangguk.

"Gimana sama pihak Tulus?" Tanya Jeno,

"Tulus? Ah ini, mereka bakalan berangkat kesini sekitar jam 2, tempat tunggu Tulus juga udah siap kok, beres pokoknya." Kata Jaemin,

"Lo mau jajan nggak? Yuk?" Ajak Jeno, Jaemin hanya mengikuti langkah Jeno yang menyeretnya menuju stand bazar.

"Lo mau apa?" Tanya Jeno, Angkasa mengulum bibirnya, pandangannya jatuh kepada stand kelas Jeno.

"Ke kelas gue, mau nggak?" Tawar Jeno, Jaemin mengangguk dan berjalan bersama Jeno menuju stand bazar kelas Jeno.

"Duh tangannya makin aktif ya buns," canda Haechan melihat tangan Jaemin dan Jeno bertautan.

"Ngapain? Iri? Bilang noh sama samping lu," Kata Jeno sewot, Mark tersenyum kecil, ia sudah sangat akrab dengan Jeno dan Haechan saat mode Tom & Jerry.

"Aku pesen Caramel coffe ya," kata Jaemin pada salah satu teman sekelas Jeno,

"Eh apa? Kopi? Enggak enggak, inget lambung." Kata Jeno menatap tajam Jaemin,

"Boba brown sugar aja," kata Jeno yang segera diangguki barista kelasnya.

"Caramel doank No, nggak mungkin buat gue tumbang,"

"Big no, gue nggak mau lo sakit."

"Posesifnya kecium sampek rumah gue," cibir Haechan,

"Bacot banget sih lu Chan, pengen ya? Minta sendiri kek, udah ada pawang juga masih kek jones lo."

"Enak aja lo ngomong ya-"

"Udah udah, lama lama gue nih yang pacaran sama Jaemin, ya ga Na?" Kata Mark,

"Yoi kak, kuy." Balas Jaemin menyeruput bobanya.

"Kak Mark/Na~" pekik Haechan dan Jeno membuat Mark dan Jaemin tertawa kecil.

"Udah yuk, gue alergi sama bucin," desis Haechan menarik Mark menjauhi stand kelas.

"Sadar diri, bucin ga modal dasar!" Sewot Jeno.

"No udah," gumam Jaemin, "Chan jangan bucin mulu ya, laporan uang masuk keluar gue tunggu besok pagi." Kata Jaemin yang diacungi jempol oleh Haechan.

"Eh, eh, itu bukannya bokap Jaemin ya? Kok dateng sama Renjun? Mana sama cewek lagi,"

"Ibu tirinya kalik,"

"Berarti Renjun itu sodara tirinya Jaemin?"

"Pantes pertama kali masuk Renjun dianter bapaknya Jaemin, mana pake jasnya Jaemin lagi,"

"Kasihan ya Jaemin. Bapaknya lebih perhatian sama anak tirinya,"

Jaemin menahan diri untuk tidak menampar bibir bibir tak berpendidikan itu, Jeno menggandeng tangan Jaemin untuk menenangkannya, tapi Jaemin menyetaknya dan pergi dari sana.

Jaemin menahan diri untuk tidak menampar bibir bibir tak berpendidikan itu, Jeno menggandeng tangan Jaemin untuk menenangkannya, tapi Jaemin menyetaknya dan pergi dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Galakasa (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang