Jeno benar benar mengantar Jaemin mencari barang barang yang diperlukan untuk pergi besok, tidak banyak sebenarnya, hanya perlengkapan mandi dan beberapa camilan Jaemin yang sudah hampir habis.
Setelah berbelanja mereka melangkahkan kaki menuju mobil untuk pergi kerumah Jaemin, rencananya Jeno akan membantu Jaemin packing untuk besok sebagai ganti dari tidak mengantar Jaemin ke bandara.
"Oh ya Na, kok aku nggak liat Jeongin ya?" Tanya Jeno menaruh kresek diatas meja kamar Jaemin.
"Dia diajak Hyunjin, nggak tau kemana."
Jeno mengangguk paham, sedikitnya Jeno merasa lega karna Hyunjin tidak lagi berada disekitar Jaemin. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur sedangkan Jaemin membuka kresek belanjanya dan mulai menatanya kedalam koper.
"Kenapa lo yang harus pergi sih Na?" Keluh Jeno melihat sekeliling kamar Jaemin.
Jeno bangkit dan menyusuri dinding dinding yang dipenuhi foto foto berbingkai, Jeno dapat melihat foto keluarga Siwon lengkap dengan Lucas dan Yoona dibingkai besar, disekitar bingkai foto itu ada foto foto Jaemin kecil hingga saat ini. Ada pula foto foto Jaemin bersama saudara dan teman temannya.
Jeno tidak kaget melihat banyaknya foto disini, mengingat Jaemin sangat menyukai dunia fotografi sejak dulu.
Jeno menyentuh fotonya bersama Jaemin, ia ingat foto ini diambil ketika mereka lulus dari SMP oleh Siwon,
"Na, kalo misalnya gue nyusulin lo kesana gimana?""Nggak usah ngadi ngadi ya Jen. Gue disana cuman 3 hari."
"Sehari nggak liat lo aja gue udah kangen Na."
"Geli Jen." Dengus Jaemin, Jeno terkekeh dan tersenyum kecil.
Setelah membereskan barang barang yang akan Jaemin bawa, kini 2 anak Adam itu tengah menonton Netflix di laptop Jaemin sembari menunggu delivery mereka.
Jeno juga sudah melepas seragamnya, menyisakan celana kain sekolah dan kaos putih polos yang selalu Jeno pakai dibalik seragamnya, sedangkan Jaemin menggunakan pakaian rumahan yang nyaman ia pakai.
Film Teman tapi Menikah menjadi pilihan Jeno dan Jaemin. Kisah klasik teman yang menyukai dalam diam temannya sendiri entah kenapa menjadi hiburan bagi Jeno dan Jaemin.
"Jen kalo gue mau kita putus gimana?" Tanya random Jaemin membuat Jeno menegang, reflek ia menatap tajam Jaemin.
"Nggak usah mikir aneh aneh ya Na."
"Kan kalo Jen, sensi banget."
"Pertanyaan lo random banget. Gue nggak suka." Ketus Jeno, Jaemin melirik Jeno dan terkekeh gemas.
"No, No. Kok gue mau ya sama cowo kayak lo." Heran Jaemin kembali memeluk boneka Ryan miliknya.
"Ngambekan, songong, nyebelin-"
"Semuanya aja yang jelek jelek dikeluarin." Dengus Jeno semakin menekuk wajahnya.
"Tuhkan ngambek. Nono~" Gumam Jaemin menoel pipi Jeno berulang kali.
Jeno jengah, ia menahan tangan Jaemin dan menatap sahabat- ralat, kekasihnya.
Bertapa beruntungnya Jeno mendapat pacar seperti Jaemin, manis, pintar, baik, ya walaupun dia sama randomnya dengan Jeno, tapi itulah yang membuat mereka cocok.
Jeno mendekatkan wajahnya pada Jaemin, Jaemin sudah menutup matanya siap menerima apapun yang akan Jeno lakukan-
Tok tok tok
Jaemin langsung membuka matanya dan menoleh kearah pintu kamar yang diketuk tiba tiba, Jeno mendengus kesal melihat Jaemin berjalan kearah pintu kamar, ia membanting tubuhnya ke shofa dan melihat laptop Jaemin tanpa minat.
Jaemin membuka pintu kamar, ia melihat pembantu rumah tangganya. Mbak Ijah, "Ada apa Mbak?" Tanya Jaemin.
"Ini pesenan mas." Kata Mbak Ijah memberi Jaemin kresek berisi camilan yang ia pesan.
"Oh iya mbak, terima kasih."
"Setelah ini saya pamit pulang ya mas," Pamit mbak Ijah. Mbak Ijah memang tidak tinggal dirumah Jaemin, ia akan bekerja pukul 7 pagi sampai 5 sore.
"Iya mbak, hati hati ya."
Jaemin kembali menutup pintu kamarnya, ia berbalik dan sudah menemukan Jeno dengan wajah menekuknya.
"Jen," panggil Jaemin, Jeno hanya diam.
Jaemin menaruh makanannya diatas meja belajarnya, ia duduk disebelah Jeno, mencoba menarik perhatian Jeno dengan menatap lelaki itu dalam.
"Jen," panggil Jaemin. Jeno tak bergeming.
Jaemin mendengus, ia melihat ponselnya berdering,
"Halo Hyun-"
Jaemin cukup terkejut karna Jeno merebut ponselnya yang masing tersambung telfon.
"Jeno!" Pekik Jaemin. Jeno menatap Jaemin, mendekati wajah Jaemin hingga tubuh Jaemin terhimpit antara Jeno dan sandaran Shofa.
"Can I?" Gumam Jeno menatap bibir Jaemin. Jaemin tanpa sadar mengangguk.
Setelah sewindu
5 bulan purnama
100 hari
Aku berfikirAkhirnya aku memutuskan untuk hiatus, karna aku nggak mungkin kebut ini cerita dalam semalam, aku takut cerita ini malah amburadul.
Buat para readers ku tersayang, mohon bersabar, ini ujian :)
See you again
Aku akan kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Galakasa (Nomin)
FanfictionCompleted ✓✓ Kisah cinta klasik antara Ketua OSIS dan sekertarisnya. "Rajenong!" Pekik Jaemin, 100 meter didepannya ada Jeno yang tertawa terbahak bahak. "Iya Nana sayang." °°°°° "Lo emang pacarnya, tapi lo nggak pernah kenal Jaemin yang sebenernya...