Vote and comment juseyojgnjdi silent readers pls :(
+++
Yemin menatap Jaemin yang dari tadi menundukkan wajahnya, bermain dengan jarinya sendiri.
Yemin melihat sekeliling rumah, tiada pula mereka di ruang tamu. Kemana yang lain?
"Jaem? Mana yang lain? " Yemin memecahkan kesunyian di antara mereka.
Jaemin mengangkat kepalanya dan memandang Yemin sekilas. "Ada misi. Tapi aku tak ikut. "
"Kenapa? " soal Yemin pelik. Jaemin sakit ke?
Jaemin menarik nafasnya dalam, mengumpul kekuatan untuk berbicara dengan Yemin.
"Yemin-ah... " dia memandang Yemin yang berada di hadapannya, plaster yang ditampal di pipi Yemin membuatkan Jaemin mengetap bibirnya perlahan.
"Mianhae. " hanya satu perkataan yang keluar dari mulut Jaemin.
Keningnya dikerutkan, tidak memahami apa yang dikatakannya. "Kenapa minta maaf? "
Jaemin menudingkan jarinya ke arah plaster di pipi dan lengan Yemin. Tidak lupa dengan segala lebam di wajah dan tubuhnya, hanya membuatkan perasaan bersalah semakin menghantuinya.
"Kau dapat semua ni, berpunca dari aku. " ujarnya lirih, menatap kedua mata Yemin dalam.
Yemin mengeluh, kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Tak apalah Jaemin, benda dah lepas. "
Jaemin menggelengkan kepalanya. "Tak apa kau cakap? Dia buat kau sampai koma dua hari, kau boleh cakap tak apa? "
Yemin hanya terdiam di situ. Yemin boleh nampak dengan jelas air muka Jaemin yang pucat, rasa sangat bersalah atas apa yang menimpa dirinya.
Yemin bangun dari duduknya dan mengambil tempat di sebelah Jaemin. Bahunya ditepuk sekilas.
"Tak apa, aku kan kuat? Ha tengok, aku tak mati lagi. " Yemin cuba melawak, namun Jaemin hanya memberikan pandangan sayu ke arahnya.
"Mianhae, semenjak kau terjebak dengan kami, kau banyak terluka. " ucap Jaemin, tangannya naik untuk mengusap pelan plaster yang berada di pipi Yemin.
