BONCHAP 2!
SORE SEMUANYA, AKU GATAU CHAPTER INI BAKALAN JADI BAGUS ATAU BURUK DIMATA KALIAN. AKU UDAH LAMA BANGET GA NULIS, NYENTUH WATTPAD PUN CUMA BUAT BACA CERITA ATAU CEK NOTIF.
JADI MOHON PENGERTIANNYA YAA!
***
"Udah semua?" tanya Rimba saat berada didekat kasir pusat perbelanjaan.
"Kurang kolor nya kakak. Mau beli berapa?"
"Terserah, tapi ukurannya jangan yang kayak kemaren. Lebihin dikit."
"Sempit ya yang kemarin?" tanya Acha membuat Rimba berdeham pelan. Udah tau pake nanya lagi!
Sampailah mereka di rak berisi kolor-kolor. Berbagai warna dan ukuran.
"Itu yang warna pink kayaknya bagus deh Yang!" tunjuk Rimba pada sebuah kolor yang memikat hatinya.
Acha menarik pelan kolor yang Rimba maksud, sedikit susah sih karena berada di tumpukan paling atas.
"Ini?" tanya Acha memperlihatkan kolor berwarna dominan pink disertai gambar animasi buah peach.
"Iya."
"Oke," gadis yang baru saja genap berusia 17 tahun itu mengangguk lalu memasukkan satu lusin kolor kedalam keranjang belanja.
"Sana ngantri, Acha mau cari kinderjoy dulu."
Sebelum Acha berjalan menjauh, Rimba sudah lebih dulu berteriak,"Nitip! Jangan lama-lama!"
Dasar tak tahu malu.
***
"Bakso urat spesial nya tiga pak!" ujar Rimba sambil membuka jaket lalu memakaikannya di tubuh mungil Acha.
"Tiga? Buat siapa?" tanya sang istri yang kebingungan. Perasaan hanya ada mereka berdua disini...
"Akulah, masa buat kamu," lelaki itu mencubit pipi Acha yang memerah karena hawa dingin.
"Acha kan cuma nanya."
"Aku juga cuma ngejawab."
Suasana Jakarta di malam ini terasa lengang, hujan deras yang terus-terusan mengguyur ibukota mungkin menjadi salah satu penyebabnya.
"Silahkan dinikmati, Mas," ujar seorang pelayan perempuan sambil mengedipkan matanya kearah Rimba.
"Mata Kakaknya bintitan toh? Kedip-kedip gitu?" tanya Acha polos.
Sontak Rimba menepuk pelan tangan Acha yang sedari tadi digenggamnya,"Nggak sopan Yang!"
Entah karena perkataan Acha atau sadar diri, pelayan itu langsung pergi darisana. Ya bagus deh kalau nyadar.
"Apa?" sengak sang istri menatap Rimba tajam. Loh harusnya kan Rimba yang marah. K-kok jadi...
"Aku nggak pernah ngajarin kamu berperilaku kayak gitu sama orang lain," ucapnya dengan nada bicara dingin.
"Lah emang Kakak pernah ngajarin Acha? Kapan? Kok Acha nggak--"
"Makan! Cerewet!" lelaki itu menyumpal mulut Acha dengan potongan bakso yang lumayan besar membuat lawan bicaranya kesusahan menelan. Memang nggak ada akhlak!
"Solimi banget sama istri sendiri," cibir Acha sambil meminum teh hangat yang berada didepannya.
Rimba tak mengindahkan, ia sibuk dengan dua porsi bakso didepannya,"Ahh! Kenyang!"
Baru saja Rimba akan mengelap bibirnya dengan tisu makan, namun tangan Acha ternyata lebih cepat,"Peka banget."
"Acha gituloh."
"Pulang yuk? Angel belom dikasih mam," ajak Acha yang teringat kucing milik mertuanya.
Rimba mengangguk lalu mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah muda dan meletakkannya begitu saja di meja.
"Capek nggak Yang?" tanya Rimba saat mereka sudah berada didalam mobil.
Acha menggeleng,"Kenapa gitu?"
"Nggak papa, aku cuma nanya."
Diperjalanan tak ada yang membuka suara, baik Acha maupun Rimba keduanya sibuk pada kegiatannya masing-masing. Lima belas menit kemudian, Rimba mendengar dengkuran halus yang bisa ia yakini itu dari Acha.
Rimba terkekeh pelan,"Katanya nggak capek." lelaki itu menepikan mobilnya sejenak lalu mengambil bantal kecil yang memang selalu ada di kursi belakang untuk mengganjal kepala istrinya.
Kadang ia merasa kasian pada Acha, menjadi seorang istri diusia 17 tahun bukanlah hal yang mudah. Seringkali dirinya menemukan Acha tertidur pulas dimeja belajar saat ia pulang dari kantor. Ah tapi ini adalah jalan yang mereka pilih, maka mereka juga harus siap dengan segala resikonya. Benar?
***
Mobil Porsche keluaran terbaru itu melaju pelan saat memasuki halaman mansion. Ia melirik Acha yang masih tertidur pulas lalu keluar dari mobil. Sebenarnya, Acha sudah terbangun dari tadi tapi... ya modus dikit lah. Rimba membuka pintu mobil tempat Acha duduk, lalu dengan pelan membuka seatbelt istrinya.
"Berat juga kamu Yang," ujar Rimba pelan sambil berjalan masuk dengan Acha digendongannya.
"Nice dream," Rimba mengecup cepat kening Acha lalu berjalan keluar kamar.
Pintu tertutup, Acha pun membuka matanya,"Terus kalau gendut kenapa gitu? Acha udah nggak cantik lagi?"
Ck, masalah berat badan itu merupakan topik yang sensitif bagi sejumlah perempuan.
"Ya wajar dong kalau Acha gendut, Acha kan makan nasi bukan makan temen."
Tak mau melanjutkan tidurnya, Acha memilih masuk kekamar mandi untuk membersihkan badan. Diam-diam sesekali ia menoel bagian bawah lengannya.
"Iya ih banyak lemaknya, pantes Kak Rimba bilang Acha gendut."
Gadis itu berpikir keras tentang bagaimana caranya ia kembali kurus seperti dulu. Diet?
***
GIMANA PART INI YOROBUNDSS...
KALAU GA SESUAI SAMA HARAPAN KALIAN BOLEH KOK KOMPLAIN, TAPI PAKE BAHASA YANG SOPAN YA SOALNYA AKU BAPERAN XIXI
KALAU KALIAN SUKA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
MAAPKAN TYPO
MASI PENGEN NANA BUAT SEQUEL?
OH IYA! YANG MUTUALAN SAMA NANA DI IG, KALAU MAU MINTA FB DM AJA GAPAPA, KALAU MAU MINTA FOLLBACK AKUN WP JUGA HAYUK
SEGINI AJA YA!! BABAI!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Boy
Romance[PART LENGKAP!] Anastasya Raquinza. Gadis cantik dan lugu yang kerap kali dipanggil Acha. Mempunyai segudang kepolosan yang membuat Rimba bertekuk lutut dihadapan gadis itu. "Rimba sayang sama Acha. Mulai hari ini, Acha milik Rimba" "Loh kok gitu? K...