PB-24

104K 9.9K 596
                                    

24. JANGAN AMBIL DIA TUHAN

Eyow! Sumpah ini aku lagi males-malesnya update. Jadi mohon dimaklumi ya sahabat 😗.

Terimakasih yang kemarin udah komen+spam komen di part Q and A. Buat pertanyaan kalian nanti bakalan aku jawab diakhir part ini ya sayang...

Dan aku punya kabar gembira! Mungkin minggu ini bakalan ada double up. Atau mungkin tripel up? Kalian mau yang mana ni?!!

Jangan lupa vote dan komen ya cayangg!! Mulai sekarang boleh ga panggil aku "Nana" aja jangan kak/thor 😭. Aku belum tua astagaa...

Oke, enjoy this part sayang!!

***

16.25

Acha terbangun dari tidurnya. Mata bulat bayinya mengerjap pelan. Mengernyitkan dahinya saat tak tau tempat apa ini.

"Ini dimana?" gumam Acha dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Oh iya. Ini di markas Astagar" Acha menepuk dahinya pelan. Merasa dirinya sekarang menjadi bodoh.

Acha duduk sebentar di pinggiran ranjang. Kebiasaannya saat bangun tidur, kata Bunda agar tidak pusing saat bangun.

Sayup-sayup terdengar suara cekikikan Bulan dan Embun disamping kamar yang ditempatinya.

Cklek

"Loh Bulan sama Embun masih disini?" tanya Acha yang langsung duduk memeluk pinggang Embun dan menyandarkan kepalanya.

"Iya. Tadinya gue sama Bulan mau bocan. Tapi gue kagak bisa merem" Bulan menyetujui ucapan Embun. Karna memang dia juga tidak bisa tertidur dari tadi.

"Kita turun aja yuk? Acha pengen mam nih" ajak Acha.

Ketiga gadis itu menuruni 60 pijakan anak tangga. Betis Embun bahkan sudah menyerupai talas bogor saking besarnya. Poor Embun.

Gelak tawa menyambut pendengaran mereka. Acha tersenyum jahil.

"Kita kagetin yuk?" Memang posisi anak Astagar membelakangi tangga. Jadi tak ada yang tau ketiga gadis itu disana.

Belum sempat Acha melangkah, pendengarannya menangkap Rama sedang bergurau dengan Benua.

"Btw cocok juga Alvano mati"

"Ya kalo nggak cocok nggak bakal kita bunuh tolol"

"BUAHAHA"

"Jad-jadi kalian yang bunuh Kak Alvano?"

Tubuh mereka semua menegang ditempat. Butir-butir cairan mengalir dari kelopak indah itu.

"Jawab Acha!"

"Gue nggak nyangka kalian setega itu! Cara kalian sampah tau nggak?!" Embun berteriak keras didepan semua Astagar.

"Bukan--"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Rimba. Dari Acha. Dengan tangan gemetaran Acha meluapkan emosinya dengan menampar wajah tampan kekasihnya.

Possessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang