Bagian 14

1K 117 13
                                    

Ey yoo welcome back to my story guys:)
Mari dibaca jangan lupa vote+komen+follow akunnya author kalau bisa hehehe




Gadis berambut sepunggung itu menghela nafas sedari tadi kakinya melangkah dari ujung sekolah sampai ujung lagi namun tak menemukan orang yang ia cari. Gadis itu mendudukan tubuhnya sekedar istirahat agar rasa pegal di kakinya menghilang. Seragam yang sempat ganti tadi sebelum mencari Davi sudah basah akan keringat.

"kemana sih tuh anak?!" gerutu gadis itu sambil melihat sekitarnya. Gadis itu adalah Anin yang sibuk mencari Davi. 

"kalau nanti udah ketemu gue iket dia di bawah pohon jambu! Biar tuh di temenin sama mbak kunti" tak habis habis Anin mengoceh sendirian. Ia di buat sebal dengan kelakuan Davi yang tiba tiba menghilang tanpa kabar. Anin menggoyang goyangkan kakinya yang bergelantung, jika di bilang ia tidak nyaman berada di tempat dimana ia duduk itu salah besar. Nyatanya saat ini Anin menikmati semilir angin yang menerpanya hingga rambut yang ia biarkan terurai itu ikut bergoyang.

Jika kalian bertanya tempat apa yang paling nyaman di sekolahnya Anin akan cepat menjawab tempat itu adalah taman belakang sekolah yang jarang sekali disinggahi para siswa siswi di sana. Saat ini Anin memang sedang berada di taman belakang sekolah, di taman ini terdapat pohon mangga yang sudah berbuah juga bunga bunga tumbuh menghias sekitar taman. Selain bunga dan pohon mangga di taman itu pun terdapat pohon jenis lainnya yang tentu saja Anin tidak tahu nama pohon itu karena mereka belum kenalan hanya sebatas melihat.

Tukk

"aduh!" Anin mengusap kepalanya yang terkena suatu benda. Anin jadi berpikir apakah di sini ada hujan batu? Atau emas?! Ahhh tapi itu tidak mungkin. Kalau mau hujan emas jangan di dunia nyata, sana di mimpi tapi iya kalau mimpi hujan emas. Kalau nggak ya berarti takdir berkata anda tidak beruntung, harap coba lagi. Anin menepuk kepalanya, merasa aneh dengan pemikirannya sendiri dikira lagi dapet voucher yang di gesek pakai koin apa ya?

Sementara lupakan pikiran Anin yang sangat nyeleneh itu, kita berpaling dengan apa yang terjadi barusan. Anin bangkit dari duduknya lalu melihat sekitar, apa yang sudah menimpa kepala bulatnya ini. lancang sekali benda itu. Anin mendekati suatu benda yang bisa dibilang lonjong namun masing-masing ujungnya sedikit runcing, apalagi warnanya kuning kecoklatan. Ahhh ternyata sebuah biji mangga atau bisa dikatakan dengan kata lain pelok mangga. 

Siapa yang berani melemparinya dengan sebuah biji mangga, berani beraninya orang itu apalagi makan di area sekolah, di pikiran Anin saat ini sempat sempatnya orang itu membawa pisau ke sekolah hingga maling mangga milik sekolah, kalau saja ada petugas sekolah melihat hal itu pasti orang itu akan di hukum. Eh! Tadi apa? Maling mangga? Kalau maling mangga berarti orangnya ada di sini dong secara pohon mangga berada tepat di belakangnya.

Anin membalikan tubuhnya lalu meneliti dari ujung akar sampai atas. Hingga ia menemukan monyet yang terlepas dari habitatnya di sana sedang menikmati betapa enaknya mangga berwarna orange itu.

Tapi apakah ada monyet makan mangga? Setahu Anin monyet makan pisang bukan mangga. Tapi di atas sana memang benar benar monyet. Monyet berkepala manusia.

"Davi! Apa apaan lo di atas sana ha?!" Anin berteriak pada monyet itu eh! Maksudnya Davi yang menjelma menjadi monyet. Davi duduk santai di dahan pohon mangga itu sembari mengupasi kulit mangga. Enak sekali hidupnya tinggal tidur tiduran di atas pohon, petik mangga di dekatnya terus di kupas tinggal mangap. Sedangkan sedari tadi Anin mengelilingi sekolah sampai keringat bercucuran di dahinya karena khawatir salah satu sahabatnya menghilang. Tapi yang di khawatirin kayak gini kan pengen banget bunuh orang hidup hidup.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang