Bagian 4

1.6K 160 6
                                    

Jeng!jeng!jeng! Author cutecute kembali up nihhh, kangen nggak sama aku?:)

Kini Davi dan Dira sedang menyantap semangkuk es krim. Raut wajah Davi yang tadinya jutek kini terlihat sangat ceria. Dira menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya yang satu ini.

Dira sebenarnya biasa-biasa saja dengan es krim. Ia lebih suka dengan gulali yang termasuk makanan favoritnya sejak kecil.

"oh iya! Gue baru inget, luka lo tadi belum sempet di obati kan?" Dira baru ingat bahwa tadi Davi terkena bogeman dari Sarah.

"nggak sakit kok, lagian lukanya nggak membekas. Bogeman si Sarah sama sekali nggak ada kekuatannya" ujar Davi tanpa mengalihkan perhatiannya pada es krim di depannya. Dira pun hanya mengangguk menyetujui ucapan Davi karena ucapan Davi memang benar, tidak ada bekas pukulan di sudut bibirnya.

"gimana? Seneng?" tanya Dira saat melihat Davi melahap rakus es krim rasa Vanila bercampur stroberi itu.

Davi menjawab dengan anggukan kepala. Karena mulutnya sudah penuh dengan es krim.

"berasa ngajak anak kecil gue" gumam Dira yang masih bisa di dengar Davi. Bertepatan gumaman Dira, Davi sudah menghabiskan es krimnya.

"kenapa? Lo malu punya temen kayak anak kecil?" ujar Davi sinis.

"bukan gitu Dav. Maksud gue tingkah lo kalau udah bertemu sama es krim langsung berubah kayak bayi besar" Dira menjelaskan dengan senyuman jahilnya.

"lo kali bayi dugong" Dira hendak menyauti ingin meledek Davi kembali. Tiba-tiba ponselnya berdering dan tertulis nama Tante Eka di layar ponselnya.

"bentar gue mau angkat telfon" ujar Dira kepada Davi sebelum mengangkat telfon. Davi hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil mencomot es krim milik Dira.

"halo ada apa tante?" Tanya Dira heran.

"Dira...." lirih orang di seberang sana yang bernama Eka

"kenapa tante? Dia bikin ulah lagi? " tanya Dira dengan raut penasaran.

"..........."

Dira membekap mulutnya mengunakan tangannya sendiri. setelah mendengar ucapan dari seberang sana Dira terlihat khawatir.

Davi mengerutkan dahinya melihat gerak gerik Dira seperti gelisah. Ingin sekali dirinya bertanya ada apa tapi ia hanya bisa diam takut mengganggu pembicaraan mereka.

"tante, Dira sekarang kerumah tante ya. Tante bisa cerita dengan leluasa sama Dira di rumah. Tante kirim alamat rumah tante Oke?" Dira menurunkan tangan yang membekap mulutnya. Ia tersenyum tipis saat tante Eka menyetujui.

Dira mematikan telfonnya lalu menatap Davi dengan rasa bersalahnya.

"Dav sorry banget gue ada urusan, lo nggak papa kan kalau lo pulang sendiri?" Davi menganggukan kepalanya sekaligus heran melihat temannya yang begitu khawatir.

"lo kenapa?" Davi mencekal tangan Dira yang hendak pergi

"sorry gue nggak bisa jelasin sekarang. Bye" Davi melihat kepergian Dira dengan kerutan di dahinya. Merasa tak ada yang harus di lakukan ia keluar dari kafe lalu menghentikan taksi.

¤¤¤


Davi menyuruh supir taksi berhenti di depan taman yang tak jauh dari rumahnya lebih tepatnya di luar komplek perumahannya. Davi mendudukan dirinya di kursi taman menatap sekitar yang terlihat sepi.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang