Happy Reading
•
•
•
•Suara ketukan sepatu menggema di ujung koridor yang begitu panjang dan terlihat suram. Dinding-dinding dengan ukiran bunga mawar mengiringi langkah orang itu. Ada sedikit ketakutan di dalam hatinya saat tak menemukan ujung lorong ini. Lampu dinding dengan kapasitas cahaya yang begitu remang-remang membuat pandangannya terganggu.
Kriiieeett….
Langkah kaki orang itu seketika berhenti ketika indra pendengarnya menangkap suara pintu yang terbuka didepan sana. Keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya. Bulu kuduknya seketika langsung menegak. Jantung yang awalnya berdegup tak normal kini bertambah cepat. Hingga sosok itu menampakan diri tepat didepan matanya
"WAAA! BUNDAA! HANTUNYA NGGAK ADA AKHLAK!"
"bisa diem nggak sih?! Gue lempar ke empang tau rasa lo!" Adi melempar bantal sofa tepat kemuka Davisa.
"dari tadi jerat jerit mulu kaya mau diperawanin aja lo!" Afif ikut melempari Davisa dengan bungkus permen yang sudah kosong dan mendarat tepat dikepala gadis itu.
"mulut lo belum disekolahin?!" dengan paksa Dira memasukan kue cubit ke dalam mulut Afif tanpa belas kasih.
"Davi juga aneh nih! Mana ada hantu punya akhlak?" ujar Anin memasang wajah garang yang ditujukan pada Davisa.
"udahlah gue nyerah…..badan gue udah lemes nih dikagetin mulu sama tuh setan!" Davisa menyandarkan tubuhnya pasrah di sandaran sofa tak lupa menutup mata agar netranya tak melihat adegan film horor yang tayang di layar televisi.
"cupu loo" cibir Afif
Davisa berdecak sebal mendengar cibiran Afif. Lihat saja kalau Davisa tahu apa kelemahan Afif ia tak akan melepaskan Afif sekalipun. Otak gadis itu sudah terpikir pikiran jahat untuk membalas Afif biar tahu rasa itu anak!
"pokoknya gue mau makannn…..Adiii ambilin minum di kulkas doong sekalian kalau dimeja makannya Anin ada makanan lo bawa kesini aja" ke empat temannya memutar bola mata jengah mendengar rengekan manja yang begitu menjijikan didengar.
"he! Lo kira gue babu?! Sana ambil sendiri, punya kaki juga" Adi melihat kembali layar televisi yang menayangkan seorang gadis sedang bersembunyi dari kejaran hantu mengerikan.
"ini juga salah kalian juga kali! Kalian pakek acara matiin lampu serumah segala! Gue kan takut kalau ke dapur gelap-gelapan, sendirian lagi" ocehan Davisa mampu mengganggu konsentrasi teman-temannya hingga mereka menggeram sebal.
"Ambilin gih Di! Ini anak dari tadi ngoceh mulu!"
Akhirnya Adi bangkit dari duduknya setelah mendapat perintah dari Dira. Saat berjalan melewati gadis penakut itu Adi langsung menendang kaki Davisa dan berlalu pergi seolah tak melakukan dosa.
Davisa mengaduh sakit lalu menatap punggung Adi dengan mata tajamnya. Coba saja tubuhnya saat ini tidak lemas mungkin ia sudah menonjok muka menyebalkan itu.
"nih! Makan tuh, sekalian sama piringnya dimakan" Adi meletakan dua piring jumbo berisi martabak dan pizza tak lupa mengambil beberapa minuman dingin hasil menjajah isi kulkas Anin.
"makasih Adi" Davisa tersenyum lebar lalu segera melahap hidangan didepannya. Keempat temannya sampai menggeleng geleng melihat kerakusan Davisa seperti tidak makan berhari-hari.
"tugas kalian udah pada beres belum?" tanya Anin pada teman-temannya. Memang tadinya mereka tiba-tiba datang bertamu kerumah Anin untuk mengerjakan tugas, lebih tepatnya numpang wifi karena di rumah Anin terpasang wifi. Dasar laknat memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVISA
Teen Fiction{ON GOING} Typoo bertebaran "lo punya mata nggak si?! Lo kira jalan gede gitu bisa se enaknya lo lewati tanpa toleh kiri kanan? Mata tuh di gunain jangan di buat pajangan doang!" Davi menutupi kegugupannya dengan mengomeli pria di depannya. "nggak" ...