Happy Reading
•
•
•
•
Supermarket yang banyak dikunjungi banyak orang itu menjadi tujuan seorang gadis pemilik wajah rupawan dengan netra coklat terangnya. Gadis itu turun dari mobil mewah berwarna merah dengan menggengam ponsel ditangan kirinya."thanks ya udah anterin gue muach" ujar gadis itu memberi kecupan jauh kepada orang yang ada di dalam mobil.
"mbak di aplikasi anda harus membayar satu juta karena sudah memakai jasa pengantar" ujar pengemudi tersebut.
Gadis rupawan itu memutar bola matanya lalu menggebrak kap mobil orang itu dengan santai, sedangkan pemilik mobil tersebut sudah melotot melihat kelakuan tak beradap gadis itu.
"singkirin tangan kotor lo dari mobil gue!" teriak orang itu.
"eh tante girang, udah kaya masih aja morotin anak orang!" gadis itu menghiraukan teriakan sang lawan bicara tadi dan memberi tatapan sinis.
"Davi! Gue robek itu mulut!"
Davisa terkekeh pelan melihat reaksi temannya, ingin sekali mencubit pipi tembam Dira yang menggemaskan. Wajah temannya satu ini memang cukup imut tapi sayangnya kelakuannya tidak imut sama sekali, sangat berdosa malah.
"iya iya gue bercanda, udah sana! Hati-hati di jalan" Dira melambaikan tangannya kepada Davisa yang ikut melambaikan tangan. Davisa masih betah menatap mobil Dira yang menjauh hingga hilang di belokan depan.
Davisa membalikan tubuhnya memasuki supermarket dengan wajah tertekuk, ingin sekali Davisa menjambak rambut cowok yang sudah membuatnya kemari.
Flashback on
"Dir! Dir maju jangan kasih kendor itu musuh!" dengan ponsel di tangannya Davisa sibuk menggerakkan ibu jarinya dengan cekatan tanpa kesulitan.
"lo nggak lihat ini darah gue mau abis! Enak di lo dong nyampah lawan gue yang udah sekarat" mata Dira tetap terpaku di layar ponsel meskipun bibirnya sudah mengomel sana sini.
"jangan berisik deh! Gue lagi asik ngedrakor nih" Anin melempar boneka hello kitty ke kepala Davisa namun di hiraukan oleh sang empu.
"Dav! Lo ngekill target gue anjir! Jangan maen-maen" Dira menendang tubuh Davisa hingga gadis itu jatuh tengkurap namun hanya di balas kekehan puas oleh Davisa dan tetap fokus memainkan heronya melawan hero lain.
Drrrttt Drrrrrtt Drrrrrtt
"bangke! Ganggu aja ini someone!" Davisa berdecak sebal saat tiba tiba layarnya berganti memunculkan nomor tak dikenal menelpon ponselnya.
"hahahaha rasain lo! Kualat tuh sama gue" Dira terkikik saat melihat sekilas raut wajah Davisa yang cemberut.
"siapa?! Mau penipuan ya?! Maaf saya tidak tertarik!" baru saja Davisa hendak mematikan sambungan telepon, suara diseberang sana membuat Davisa tak jadi menekan tombol merah.
"lo matiin gue pecat!"
Ragu-ragu Davisa menempelkan kembali ponselnya di telinga kanan "ini siapa ya?"
Davisa berdoa orang diseberang sana bukanlah orang yang ada dipikirannya saat ini. Mendengar kata pecat membuat pikiran Davisa menuju pada cowok buta tampan itu.
"majikan lo"
Davisa menggigit bibirnya. Apa yang dipikirkannya tadi benar benar terjadi, Davisa bisa bernafas lega karena ia tidak memutuskan sambungannya. Kalau tidak, bisa dipecat dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVISA
Teen Fiction{ON GOING} Typoo bertebaran "lo punya mata nggak si?! Lo kira jalan gede gitu bisa se enaknya lo lewati tanpa toleh kiri kanan? Mata tuh di gunain jangan di buat pajangan doang!" Davi menutupi kegugupannya dengan mengomeli pria di depannya. "nggak" ...