Bagian 3

1.9K 152 6
                                    

Ekhem! Holla teman teman, disini aku sebagai author mau mengucapkan

selamat membaca di ceritaku yang baru

selain itu aku juga mau mau kasih tahu kalian kalau di cerita ku aku nggak kasih cast atau apapun karena menurut aku khayalan kalian tentang karakter pemain di ceritaku mungkin lebih bagus karena kalian bisa membayangkan sesuka kemauan kalian sendiri.

udah sih itu aja

eh masih ada!
sebenarnya ini cerita keduaku. Kalau kalian bertanya tanya kemana cerita pertamaku. Udah aku unpublish teman teman karena menurut aku ceritanya kurang menarik jadi mungkin akan aku rombak lagi cerita itu dan aku publish di lain waktu.

Kalau gitu sampai di sini aja teman teman
selamat membaca

0o0


"kalian semua! Berhenti!" seru Davi namun tak di hiraukan dengan mereka. Terpaksa Davi menarik tubuh Anin yang di dekap kasar oleh Sarah.

Bugh!

Sarah yang memang tidak suka dengan Davi. Apalagi Davi mengganggu dirinya yang sedang menghabisi Anin menjadi geram, hingga ia memukul rahang Davi dengan tangan menggengam.

Davi yang terkena pukulan terdiam sebentar. Dalam hati ia merutuki dirinya. Seharusnya ia tidak perlu melerai mereka saja, kalau begini dirinya bisa apa?.

Di lain sisi para murid yang menonton sedari tadi sudah memegang pipi mereka masing masing. Seolah mereka juga merasakan betapa sakitnya bogeman mentah Sarah.

Begitupun kegiatan jambak jambakan teman Sarah dan kedua sahabat Davi mereka berhenti dan melihat kejadian yang tak terduga.

"rasain itu! Mau tambah lagi?!" seru Sarah yang mengangkat sudut bibirnya sebelah.

Davi menatap Sarah dalam diam. Ia tak tahu harus melakukan apa. Dirinya tidak ingin bertengkar dengan Sarah lalu diseret ke ruang BK.

"Sarah gue nggak mau berantem sama lo, biarkan kita pergi tanpa adu fisik" Sarah tertawa remeh mendengarkan permintaan Davi.

"lo emang dasarnya pengecut! udah deh pergi sana! Gue muak lo dan kedua mak lampir ada di sini. Merusak pemandangan" Sarah menggerak-gerakan kedua tangannya bermaksud mengusir keberadaan Davi dan kedua sahabatnya.

Davi menghela nafas kasar. Sebenarnya sedari tadi kedua tangannya sudah gatal ingin membalas perbuatan nenek jablay itu. Tapi ia juga tidak mau namanya yang bersih dari tinta merah menjadi ternodai.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang