Bagian 2

2.3K 181 1
                                    

Davi, Dira dan Anin baru saja keluar dari kelas mereka 11 IPA-3. Mereka bertiga sedang menuju ke kantin dengan di temani lelucon yang sangat tidak berbobot.

Sesampainya di kantin mereka duduk dengan menyuruh Anin menjadi pembantu mereka memesan makanan.

"oi buba, gue pesen bakso satu sama es teh" Davi bersuara membuat Anin berdecak kesal.

"mmm....gue mau nasi goreng aja deh sama air mineral satu" kini Dira yang menyerukan pesanannya setelah melihat beberapa makanan di kantin..

Anin mengangguk lalu tanpa berbicara ia lekas pergi untuk memesan makanan. Anin masih kesal dengan satu mahkluk yang berjenis perempuan itu siapa lagi jika bukan Davi.

"Dav lo punya nomor para cogan nggak?" Dira memasang wajah berharap pada temannya ini. Sedangkan Davi sudah bosan mendengar pertanyaan itu-itu lagi.

Jangan kira Dira adalah gadis yang lemah lembut. Big No! seratus persen Davi menjamin itu. Bayangkan saja isi kontak di ponsel Dira penuh dengan nomor laki laki atau mungkin sudah ratusan.

Davi sudah menduga jika Dira bertanya seperti itu padanya maka kumpulan nomor-nomor ponsel itu sudah Dira babat habis atau bisa di bilang Dira sudah mendekati mereka semua. Satu kata untuk temannya ini. Play Girl.

"gue nggak punya Bonter!" jawab Davi ketus. Jika kalian bertanya-tanya apa itu Bonter maka itu adalah singkatan dari Boy Hunter. Davi dan Anin memang sudah sepakat memanggil Dira seperti itu jika penyakitnya kumat. Supaya si Bonter itu sadar diri atau berubah gitu, tapi sekalinya Bonter ya bonter.

"ish! Gue bosen tahu lo ngatain gue bonter mulu" ujar Dira yang menyentil tangan Davi di meja kantin.

"lo bisa ngomong bosen pas gue ngatain lo. Giliran cowok aja nggak pernah lo bilang bosen" Desis Davi sembari melirik kesal temannya yang satu ini.

"eits! Kalau itu nggak boleh bosen. Itu ke.wa.ji.ban. di dalam hidup Dira cantik" ucap Dira percaya diri sampai menepuk pelan dadanya seolah bangga dengan dirinya sendiri.

Davi yang sangat jelas melihat tingkah Dira hanya menatap datar. Seketika ekspresi bangga Dira buyar dengan toyoran tak berperikemanusiaan dari Anin yang baru saja datang.

"ih dateng-dateng noyor gue. Lo kira gue bel rumah apa?!" Dira mengerucutkan bibirnya menatap sebal orang biadap itu.

"ya jelas lah! Gue baru aja sampai di sini eh bukannya di sambut dengan wajah senyum tanda terima kasih, gue malah di suguhi wajah norak lo" ujar Anin yang sengaja memasang wajah jijik.

"wih wajah cantik gini di bilang norak. Wajah lo kali banyak bukitnya" Dira tak mau kalah dengan Anin yang se enaknya mengatai wajah cantiknya ini.

"apa lo bilang?! Gue nggak jerawatan ya. Mata lo mana? Ketinggalan di wc?!"

"mata gue sehat ya! Mulut lo kali nggak punya rem!"

"ram rem ram rem! Mulut gue bukan kendaraan umum. Tuh tangan lo nggak pernah berhenti stalker cowok"

"ini tangan-tangan gue. Dari pada ngurusin tangan gue lihat tuh rambut lo bau banget nggak pernah keramas lo"

"gue keramas dua hari sekali ya! Wangi ni rambut gue. Kaki lo tuh boresan"

"STOP"

Anin dan Dira berhenti dengan acara perang mulut. Davi yang sedari tadi menjadi penonton menjadi resah sendiri.

"kau mencuri hatiku hatikuuuu~"

Owh author sepertinya lupa dengan Davi yang juga sama gilanya. Baru saja Davi melerai mereka dengan berteriak eh ujung-ujungnya Davi meneruskan ucapannya dengan bernyanyi dan berjoget.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang