Hallow I'm comeback🎉
Siapa yang kangen cerita aku bilang hore~
Sekian dari author bye bye•
•
•
•
“Aska awas!”Tak!
Bersamaan dengan teriakan Dira yang menggema terdengar suara benturan. Garpu yang harusnya melukai mata Aska kini tergeletak di lantai kantin.
Siswa-siswi di sana menghela nafas lega ketika pikiran buruk mereka tidak terjadi. Andai saja tidak ada yang menghalangi mungkin garpu itu sudah menancap sempurna pada mata Aska.
“Erlang" panggilan bernada rendah itu menyadarkan Erlang dari perbuatan gilanya.
Erlang menatap sekeliling kantin, siswa-siswi di sana sedang menatapnya takut kemudian matanya bersitatap dengan pemilik netra coklat terang.
Davisa menatapnya datar tidak ada ekspresi apa-apa di wajahnya, Erlang sendiri tidak tahu apa yang Davisa pikirkan. Gadis itu benar-benar menutup mulutnya.
“Aska lo nggak pa-pa?” Dira menangkup wajah Aska memastikan sepupunya tidak terluka.
“emang gue kenapa?” Aska yang tak tahu keadaan sebenarnya mengerutkan dahi bingung.
“gila! Kita semua panik lihat Erlang ngelempar garpu ke arah lo, tapi lo malah santai kek di pantai" ujar Adi seraya menggelengkan kepala.
Aska sontak terkejut dengan ucapan Adi lalu merubah raut wajahnya kembali datar “tapi nggak kena" jawab Aska yang jujur masih di buat ling-lung.
“jelas aja nggak kena, Davi langsung sat-set ngelindungin lo pakek tangannya” balas Afif sembari mengelu-elus dadanya.
“makasih ya Dav, coba aja tadi nggak ada lo Aska sekarang...” Dira tak bisa melanjutkan ucapannya, membayangkannya saja Dira tak kuat apalagi jika ia melihat dengan matanya sendiri.
“dan lo Erlang! Bener sepupu gue buta, tapi nggak seharusnya lo berbuat kriminal. Aska juga nggak mau hidup dengan mata yang nggak sempurna kayak gini!” Dira menatap tajam Erlang lalu membawa Aska keluar kantin.
“Lang sebenci apapun lo sama seseorang nggak seharusnya lo berperilaku kayak gitu" nasihat Okta lalu laki-laki itu pergi hendak membeli gorengan di ikuti Novan si pecinta bakwan.
Di meja tersebut tersisa Anin, Afif, Adam, Erlang dan Davisa. Masing-masing dari mereka masih menetralkan jantung, kalut dengan pikiran sendiri. Hingga suara Davisa memecahkan keheningan di antara mereka.
“Erlang"
Pemilik nama langsung menatap Davisa dengan tatapan bertanya-tanya.
“ikut gue"
Davisa keluar dari kantin di ikuti Erlang. Siswa siswi yang semula menonton mereka pun mulai kembali dengan aktivitas masing-masing.
“Davi kayaknya marah deh" ucap Anin setelah melihat punggung Davisa dan Erlang yang menghilang di balik pintu kantin.
“ya iyalah nduk, itu nggak usah di ragukan lagi” balas Afif sambil menoyor kepala Anin pelan.
“ish! Mau gue jotos lo?!” Anin geram pasalnya setelah Afif menoyor kepalanya laki-laki itu mengusap rambutnya hingga berantakan.
“baperan" cibir Afif
Keduanya terus berdebat hingga Okta dan Novan datang membawa sepiring penuh dengan gorengan. Adam pun ikut mengikuti pembicaraan mereka mulai dari membahas bagaimana marahnya Davisa pada Erlang, tentang Dira yang membawa Aska ke mana dan bergosip tentang adik kelas yang bertengkar dengan kakak kelas. Tentu semua itu di pimpin oleh Anin yang hobi menyebarkan gosip.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAVISA
Novela Juvenil{ON GOING} Typoo bertebaran "lo punya mata nggak si?! Lo kira jalan gede gitu bisa se enaknya lo lewati tanpa toleh kiri kanan? Mata tuh di gunain jangan di buat pajangan doang!" Davi menutupi kegugupannya dengan mengomeli pria di depannya. "nggak" ...