Bagian 16

989 125 1
                                    

Happy Reading


"mang sate ayamnya dua porsi ya" seru seorang gadis kepada penjual sate di pinggir jalan. Gadis itu menuntun orang yang sedari tadi diam mengikutinya menuju tempat duduk di dekat gerobak sate.

"siap bang Davi, minumnya apa?" si penjual sate itu memasang wajah bertanya pada Davisa yang kerap kali di sapa dengan panggilan bang.

Davi mengerutkan keningnya lalu ia menolehkan kepalanya pada Aska, Davisa biasa memesan minum air putih di sini tapi ia tidak tahu selera orang disebelahnya ini.

"lo mau minum apa? Di sini ada es teh, es jeruk, air putih, air es, sama es kelapa" lawan bicara yang mendengar beberapa menu minuman mengerutkan keningnya antara bingung dan heran.

"ini beneran orangnya jual sate ayam doang?" 

Davi mengerjapkan matanya sembari menukikan alisnya. Bukannya mendapat jawaban dari Aska malahan mendapat pertanyaan. Anehnya Aska bertanya menu makanan yang di jual oleh mang Dewo sang penjual sate legendaris selama 6 tahun.

"lah gue kan tadi udah bilang kalau mau beli sate ayam terenak daerah sini, kok lo malah tanya lagi?"

"aneh"

Davi membuka mulutnya sembari mengerutkan keningnya semakin tak paham "aneh apanya?"

"minumannya aneh"

Davi sudah memutar otak memikirkan ucapan Aska yang sayangnya tak dapat di terima di otaknya. Davi sungguh tidak mengerti maksud ucapan Aska barusan. Lama lama otak cantik mulus di kepala ayunya ini bisa terguncang akibat terlalu banyak mikir ucapan ucapan pendek singkat nan nggak jelas sama sekali milik Askara sang pangeran tampan.

"ekhem! Bukannya lo belum pesen minum? Kan tadi gue baru tanya lo mau pesen apa, tapi kok lo udah komentar tentang minumannya?" 

Aska berdecak sebal. Apa yang di ucapkan Davi mengingatkan dirinya tentang otak lemot bin eror milik Davi. Mimpi apa Aska hingga dipertemukan dengan cewek aneh jadi-jadian.

"Bang Davi! Ini jadinya gimana minumannya? Mang Dewo mau bakar satenya ini"

Davi terkekeh pelan mendengar protesan mang Dewo yang terabaikan dari tadi. Ini semua karena Aska yang berbicara tidak jelas soal minuman dan sate.

"iya mang bentar! Ini pangerannya ribet banget soal minuman" Davi memberi cengirannya pada mang Dewo yang di balas gelengan pelan.

"lo jadi mau minum apa?" Davi bertanya kembali pada Aska sembari menaikkan kedua alisnya.

"es kelapa"

Davi mengangguk singkat lalu mengatakan pesanannya pada mang Dewo yang sempat tertunda tadi.

"yaudah kalau gitu bang Davi sama mas ganteng tunggu bentar ya, mang Dewo mau lanjut ngipasin satenya" ujar mang Dewo di balas anggukan oleh Davi dan Aska.

Davi menghirup wangi khas sate ayam yang ia rindukan, jelas saja karena Davi sudah hampir dua bulan tidak membeli sate mang Dewo. Setelah menanam prinsip barunya "pelit ke diri sendiri menambah kekayaan, bagi bagi dengan orang kurang mampu dapet pahala" Davi sangat jarang sekali berfoya foya atau membeli makanan di luar.

Davi sudah tidak sabar dimanjakan sate ayam kesukaannya. Sangat disayangkan sekali nasibnya ini membuat geleng geleng kepala. Davi memokuskan tatapannya pada Aska yang terdiam seperti patung tak terurus. Karena kurang seru Davi mencoba membuka pembicaraan.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang