Bagian 1

5.3K 274 13
                                    

"huh! Hari ini hari yang sungguh melelahkan untuk seorang dedek manis yang terlampau unyu-unyu ini" gumam asal seorang gadis yang melemparkan tubuhnya asal hingga terduduk di sofa rumahnya.

"Davisa Oksana Anantaro! Kamu dari mana saja!" gadis yang sedang melepaskan lelah itu terlonjak kaget mendengar suara mengerikan itu.

Gadis itu Davisa dia sudah berlarian kesana kemari mencari tempat persembunyian agar sang pemilik suara tidak menemukannya. Baru saja ia merangkak hendak masuk ke kolong meja ruang tamu pantatnya sudah di tampol dengan seonggok sutil.

Davisa yang biasa di panggil Davi itu terkejut hingga kepalanya terbentuk meja bersamaan dengan mata kakinya yang terpentuk kaki sofa. Tripel kill ini mah.

Davi langsung kembali berdiri sembari menahan   sakit yang tidak biasa itu. Terlebih di bagian pantatnya yang terasa panas akibat senjata sutil dari seorang wanita paruh baya di depannya ini yang menatapnya tak bersahabat.

"bunda~ pantat Davi sakit~" Davi merengek manja pada bundanya yang kini memasang wajah macan. Nia selaku bunda tergarang di dunia bagi Davi namun satu satunya wanita yang paling di sayangi Davi.

"siapa suruh kamu masuk ke kolong meja! Mau jadi kembaran tikus kamu?!" ujar budanya dengan nada sinis.

"bunda kok sama-samain Davi sama tikus sih? Wajah Davi imut gini bukannya di samain sama kelinci malah di samain sama tikus" ujar Davi dengan nada manja tak setuju dengan olokan bundanya.

"kelakuan kamu kan sebelas dua belas sama tikus, kalau di cari langsung ngacir ilang tapi pas lagi nggak di cari tahu-tahu udah di depan kulkas ngabisin makanan" Nia menggerutu kesal mengingat kelakuan anaknya yang aneh.

"cieeee... Yang lagi cari Davi~. Iya Davi tahu Davi ngangenin makanya kalau sama Davi bunda itu harus lembut supaya Davi nggak ngilang-ngilang terus" Davi menoel-noel pipi Nia dengan telunjuknya sembari terkekeh.

Nia yang mendengar ucapan Davi langsung memasang wajah singanya, jika mereka berada di dunia komik mungkin saat ini mata sang bunda berubah menjadi kobaran api yang siap membakar seluruh tubuh Davi.

"maksud kamu bunda galak gitu?!" Nia menjewer telinga Davi dengan sadis hingga sang empu meringis kesakitan.

"aw! Bun~ maksud Davi bunda itu cantik, baik sama Davi" Davi memegangi tangan bundanya agar segera melepaskan jeweran maut itu.

Nia tak mendengarkan ucapan Davi yang tentu saja bulshit. Sudah 16 tahun Nia hidup dengan Davi dan ia sangat tahu kebiasaan Davi.

"kamu beruntung punya bunda yang sabar sama anaknya, kali ini bunda lagi nggak mood debat sama kamu" Nia melepaskan jewerannya pada Davi.

Seng empu langsung memegangi telinganya yang memerah akibat KDIDA kekerasan dalam ibu dan anak.

"sabar apanya, badan Davi rasanya mau hancur gini" gumam Davi pelan dan semoga saja sang bunda tercinta tidak mendengar gumamannya.

"oh iya! Jangan kira bunda lupa tujuan bunda marahin kamu. Dari mana kamu? Udah makan apa belum? Kenapa pulangnya malam? Kenapa nggak ngabarin bunda? Kamu ngapain aja di luar rumah?" Davi mengerjapkan matanya bingung. Ia bingung harus menjawab pertanyaan bundanya mulai dari mana. Mulutnya hanya ada satu kalau lima mungkin Davi bisa menjawab pertanyaan bundanya dengan cepat.

"mmmm..." Davi hanya bergumam tak jelas. Nia menghela nafas pelan melihat anaknya diam menundukan kepalanya.

Nia membawa Davi duduk di sofa. Nia sangat tahu kepribadian Davi, tentu saja! Karena dia adalah orang yang sudah melahirkan gadis cantik di depannya ini.

Jika saja Davi bisa mendengar suara hati seseorang mungkin Saat ini Davi sudah berjingkrak-jingkrak senang dan menggoda sang bunda yang mengakui kecantikan anaknya.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang