Bagian 19

885 107 3
                                    

Happy reading

Ruang kelas kini terlihat begitu ramai seperti pasar. Beberapa menit yang lalu sang ketua kelas memberi kabar gembira pada teman kelasnya bahwa dua jam kedepan sampai istirahat guru sejarah mereka tidak akan hadir atau lebih singkatnya jamkos.

Bagi murid rajin mereka berdecak kecewa namun untuk murid yang malas mereka bersorak horei. Jika diibaratkan seratus persen, sembilan puluh persen bersorak horei dan sepuluh persen berdecak kecewa. Sangat tidak seimbang tapi begitulah kenyataannya.

Kini semua murid didalam kelas itu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tak terkecuali Davisa dan teman-temannya.

"a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m" Dira menunjuk satu persatu jari temannya dan berhenti di huruf m. Wajah ke enam orang itu sudah serius memikirkan nama hewan dengan awalan huruf m.

Kekanak kanakan memang, tapi dasarnya mereka orang gabut mau gimana lagi. Terkecuali satu orang yang dipaksa ikut bermain, ingin rasanya dia melempari satu satu orang didepannya dengan sepatu mahalnya. Wajahnya bahkan sudah tidak mendukung untuk menghebohkan permainan ini. Tapi satu satunya orang yang paling cepat menjawab ialah dirinya sendiri.

"musang" jawab Aska dengan tampang malas.

Ke lima orang tersebut berdecak sebal. Lagi-lagi Aska adalah orang pertama yang bisa menjawab dengan enteng. Sedangkan mereka berlima harus menyiksa otak dulu baru ingat. 

"marmut" Dira menjawab dengan girang. Sedangkan Anin menghela nafas berat karena ia juga akan menjawab nama hewan yang sama dengan Dira tapi kalah cepat.

Tersisa empat orang lagi dan mereka pun saling melemparkan tatapan tajam. Bertepatan Anin Dan Adi yang saling menatap, Anin jadi mengingat satu nama hewan yang belum disebutkan.

"monyet" seru Anin. Tanpa sadar tangannya menunjuk Adi begitupun matanya yang masih stay mengarah ke cowok itu. Ke empat orang yang sedang terdiam itu langsung terkejut melihat aksi Anin, terkecuali satu cowok yang hanya diam dengan tampang datarnya.

Di dalam dada Adi rasanya sudah memanas ingin sekali melenyapkan Anin dari hadapannya. Bisa-bisanya ia dikatai monyet oleh Anin.

"lo apa-apaan?! Gue bukan monyet!"

Anin menggaruk tengkuknya dan memasang wajah polos tak mengerti dengan ucapan Adi yang begitu ngengas. "bener kan? Gue jawab monyet. Depannya kan huruf M" Anin menatap Dira dan Davisa yang mengangguk angguk menyetujui.

"tapi lo nunjuk gue dan bilang monyet! Sama aja lo ngatain gue monyet" Afif sudah ingin tertawa, mungkin nanti saat istirahat ia akan mengajak Anin bertos ria sudah membuat Adi begitu kesal.

"ya-ya gue tadi reflek aja, pas lihat lo gue langsung inget monyet deh" masih dengan wajah polos dan menjawab seolah tak berdosa Anin menjelaskan dengan jujur tanpa ada sedikit kebohongan.

"bwahahahaha" sudah bisa tidak menahan lagi. Afif, Dira dan Davisa tertawa terbahak-bahak melihat kejadian ini. Aska hanya mengerutkan kening tak mengerti dengan situasi saat ini. Saat ia mendengar suara tawa bahagia mereka rasanya Aska juga ingin ikut, tapi tidak bisa. Aska tidak bisa melihat tingkah konyol mereka ataupun pergerakan mereka saat ini, yang ia lihat hanya kegelapan dan kegelapan.

"udah-udah! Lanjut!" Adi memerintah teman-temannya untuk berhenti tertawa dan melanjutkan permainan. Mereka pun patuh dan kembali memasang wajah serius memikirkan jawaban yang benar.

DAVISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang