[3] TER-ANCAM

17 1 1
                                    

"Ada kata jalan dan berhenti. Seperti ancamanmu, siapa yang memulai maka dia yang akan menghentikannya. Tunggu saja!"
~Arletta Vilove~

Hari ketiga, setelah kejadian itu tak sengaja di saksikan Letta. Dua temannya, antara lain Icha dan Ika, benar-benar tidak menyangka. Hanya karena masalah sepele, Letta jadi berbeda dari biasanya.

Ya, menurut orang ini memang masalah yang kecil. Lalu, bagaimana jika Pria itu menuntut Letta atas apa yang ia lihat.

Percayalah, memang Letta yang memulainya. Jika saja, perut sialannya tidak sakit, ia juga tidak akan membuka pintu toilet itu. Ah, yang benar saja. Lagipula, kenapa pintu itu tidak di kunci?

Pelajaran Pak Moi di mulai. Seperti biasa, akan ada praktek di lapangan. Letta membawa baju ganti bersama dua temannya.

"Menurut Mbah google yang ada di hape gue, besok sore bakalan hujan," kata Ika memfokuskan pandangannya ke arah ponselnya.

"Aduh,, kenapa gak pagi ini aja sih? Gue males praktek," ujar Icha merasa resah dengan adanya pelajaran Penjaskes.

"Jangan dong, aku mau lihat keringat Pak Moi yang seksehh!" puji Ika mulai mesum dengan pikirannya.

Di antara dua Wanita yang sedang terkecoh itu, ada Letta yang tengah kaget. Di hadapannya, Pria itu kembali muncul.

Merasa dirinya terancam, Letta menutup wajahnya dengan pakaian ganti yang ia bawa. Ini bukanlah saatnya untuk menjadi gila di depannya, Letta tidak mau mati konyol.

"Eh-eh,, lo kenapa? Eh, Ta!" ujar Icha linglung melihat kelakuan temannya.

Pria itu berhenti tepat di depan mereka.

"Gue mau bicara 4 mata!" pinta Pria itu menatap tajam ke arah tas Letta yang menutupi wajahnya.

"Sama gue ya? Ahhhaa, aseekk!" rayu Ika mulai tebar pesona.

"Ih,, tumbenan lo norak banget?" tanya Icha memperhatikan Ika yang sudah semar mesem.

Inilah kesempatan untuk Letta berlari, sebelum macan di depannya mengaung. Benar saja, Letta menjalankan keharusannya meninggalkan semuanya, termasuk Icha dan Ika.

Percayalah, Letta tidak mengorbankan dua temannya. Letta tidak egois, 'toh lagipula Ika senang atas kehadiran macan tutul itu.

###

Praktek Penjaskes bersama Pak Moi akhirnya di mulai. Icha yang terlihat tidak bersemangat, sedangkan Ika senantiasa melirik leher guru Penjaskesnya itu. Bagaimana dengan Letta? Setelah kepergiannya tadi, ia tidak memunculkan dirinya.

"Sepertinya ada satu murid yang tidak masuk kelas hari ini. Ada yang tau siapa?" tanya Pak Moi sembari melirik semua siswa dan siswi-nya.

"Letta, pak!" teriak Ika dengan penuh semangat.

"Tumben sekali anak baik itu. Baiklah, kalian pemanasan terlebih dahulu, setelah itu praktek kita mulai."

Seperti yang di perintahkan, mereka melakukan pemanasan. Ika semakin tebar pesona, ketika Pak Moi berjalan memperhatikan mereka. Di saat-saat yang seperti ini, tiada yang memikirkan dimana Letta, kecuali Icha.

"Aduh,,, Letta kemana, sih?" ujar Icha melirik ke kiri dan kanan lapangan, tidak menemukan batang hidung Letta dari tadi.

Siapa yang akan menduga jika Letta kabur dari sekolah. Tidak seburuk itu, Letta tengah berada di kamar mandi. Mengurung diri di dalam kamar kecil di sana.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang