[21] CEMBURU

1 0 0
                                    

"Cemburu memang semua orang bisa merasakannya. Tapi, tidak banyak orang yang mampu menahan rasa cemburu mereka. Termasuk aku,"
~Hatta Ahsanan~


Setelah melewati hari minggu yang benar-benar melelahkan, Letta berangkat sekolah di hari seninnya secara pagi sekali. Awalnya ia berkehendak sebelum matahari terbit, tau-taunya ia bangun kesiangan.

Langkah sepatu Letta yang terdengar pelan, membuat Wanita itu terkekeh pada suasana.

"Letta! Lo gila apa berangkat awal kek gini?"

Wanita itu bertanya pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak, bukan cuma suasana sekolah yang sepi, bahkan pintu kelas juga belum di buka.

Ini bukan mencari sensasi untuk menjadi murid yang teladan, tapi ini benar-benar menggelikan. Mungkin hal yang seperti ini adalah hal yang biasa bagi orang-orang, bahkan juga untuk Paman sekolah.

Letta yang merasa aneh dengan hal itu, segera bergegas menyusuri koridor. Saatnya berangan-angan menjadi model di catwalk, mundur maju syantik seperti Syahrini.

Sekolah terasa seperti penampungan orang sakit jiwa oleh Letta. Ia yang tidak pernah begitu sebelumnya, menjadi nyaman dengan dirinya yang sekarang.

Hingga saat Letta hampir sampai di dalam kelasnya, ia di kejutkan oleh Paman sekolah yang tiba-tiba keluar dari dalam.

"Huwaaaa-"

"Ngagetin saja. Kamu tumben sekali berangkat pagi, piket kelas?" tanya Pria paruh baya tersebut.

"Enggak Pak, syuting film hororr. Ya sekolah lah Pak," sewot Letta heran dengan ucapan Pria tersebut.

Paman sekolah itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian pergi meninggalkan Letta yang saat ini sudah duduk di bangkunya.

Seiring berjalannya waktu, para siswa dan siswi lainnya masuk ke dalam kelas. Bahkan Ika dan Icha yang sedari asyik mengobrol dari perjalanannya.

"Gini ya, Ka! Kalo lo ketemu sama haters bias lo, gak usah balas dan ikut komen. Itu tuh cuma bocil nyampah doang," kata Icha yang tengah serius.

"Tapi kan dia gak sopan banget. Masa bias gue di bilang oplas!"

"Yeee,,, mau bias lo oplas, gak oplas kek, itu kan urusan bias lo. Lagian, hate comment kalo di tawarin oplas gratis juga pasti nyambar."

Letta memanyunkan bibirnya mendengar percakapan kedua Wanita di depan. Beberapa menit sudah keduanya mengacuhkan keberadaan Letta, bahkan tidak menoleh ke belakang sekalipun.

"Hehh lo pada nganggep gue ada apa kagak? Lagian nyahut kek, ini gue di diemin," kata Letta mengerutkan dahinya menatap satu persatu dari keduanya.

Sontak saja dua Wanita itu refleks kaget. Untung saja salah satu dari mereka tak ada yang berpenyakit jantung, mendengar suara Letta sudah seperti teriakkan warga demo.

"Hehe- sorry ya, Ta. Lagi asyik ngomong," ucap Icha mencoba menenangkan Letta yang sudah seperti banteng.

"Oh ya, gue dapet kabar nih!" seru Ika mengalihkan pembicaraan.

"Apa?"

"Denger-denger, Maya putus sama Udin. Tau gak, gara-gara apa?"

Ika menjadi semakin menseriuskan suasana ketiganya. Padahal jika langsung to the point, tidak akan menjadi tegang seperti ini.

"Gara-gara apa, gue penasaran!" sahut Icha mempersiapkan telinganya.

"Si Cowoknya suka ngatur sana-sini ke si Cewek. Padahal, pasangan itu udah kaya Romeo sama Julianti," ucap Ika.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang