[15] PERKARA MINUMAN

3 1 0
                                    

"Jangan pernah mendekati orang yang ku anggap sebuah musuh. Karena itu, sama saja membuatku yakin bahwa kamu hendak memusuhiku"
~Hatta Ahsanan~

Regu pemain basket telah di ganti. Tim pemenang kembali bermain melawan tim yang lain. Ya, tim Anhar memenangkan permainan tersebut. Namun, yang lebih menekankan, yaitu melawan tim Hatta.

Seperti yang di ucapkannya tadi, Hatta yang semula berada di belakang Letta, berpindah ke lapangan. Terlihat jelas lirikkannya yang mengarah untuk Letta.

Anhar yang tau keberadaan Letta, tersenyum dan menambah semangatnya untuk menang kembali. Hingga perlombaan itu benar-benar di mulai.

"Widihh,,, Anhar sama Hatta dong. Lo dukung yang mana, Ta?" tanya Icha menyenggol pelan lengan kanan Letta.

"Gak mau dukung siapa-siapa. Gue mau balik ke kelas aja-"

Letta yang merasa canggung, memilih untuk tidak menyaksikan perlombaan itu. Kembali ke kelasnya yang sunyi, seakan-akan membuat Letta hendak tertidur.

Hingga saat matanya hendak tertutup, ia di kagetkan dengan beberapa siswi yang masuk ke dalam kelasnya.

"Hari ini kita gak ada pelajaran loh. Enak gak sih? Andai kalo kek gini aja tiap hari."

"Tau gitu gue pulang aja. Ngelanjutin drakor gue."

Para siswi itu melihat Letta yang berada sendirian di dalam kelas. Hingga beberapa dari mereka bertanya.

"Letta, kok gak ikut nonton? Katanya lomba basket seru loh, poinnya udah memanas," sahut salah satu siswi pada Letta.

"Iya, nanti aja."

Letta hanya menjawab seadanya. Entah itu memanas, sengit, Letta tidak khawatir. Lagipula, tidur di kelas selama pelajaran kosong lebih menyenangkan. Benar kan?

###

Beberapa menit lamanya sudah Letta tertidur di kelasnya. Hingga suasana ramai, akhirnya Wanita itu terbangun. Ia yang melihat banyak para siswa dan siswi berkumpul, tidak menyadari ada Icha dan Ika yang tengah berdandan di depannya.

"Ehh Letta, selamat siang!" sapa Ika yang terlihat mengejeknya.

"Orang pada nonton lomba, dia sendiri yang cuman tiduran di kelas. Aneh lo," celetuk Icha sesekali memperhatikan riasan wajahnya dari cermin kecil.

"Gak papa, Ta. Gue udah kumpulin beberapa berita tentang lomba, khusus buat lo," kata Ika dengan senyumnya yang terlihat semriwih.

"Berita apa?" tanya Letta sedikit penasaran.

"Lomba basket, tim Anhar menang!" jawab Ika penuh semangat bahkan melentangkan kedua tangannya.

"Terus, lomba yang lain gimana?" sambar Icha menyipitkan matanya.

"Ehheehee,,, gak tau. Gue cuman nonton yang ada cogan berkeringat doang, apalagi kalo kelihatan roti sobeknya," ucap Ika malu-malu.

"Otak lo isinya roti sobek mulu. Ehh,,, kata Pak Moi suruh Letta ke ruangannya," ujar Icha baru ingat tentang perintah guru penjas tersebut.

"Haduhh gue mulu yang di suruh. Temenin gue yok!" pinta Letta merasa malas jika bertemu dengan guru itu lagi.

"Sorry Letta, kita lagi dandan. Maaf ya, lain kali deh, suerrr!" sahut Ika menyemberutkan bibirnya, begitupun Icha yang sudah fokus pada alis matanya.

Dengan berat hati, Letta bergegas sendirian menuju ke ruangan Pak Moi. Apa lagi jika bukan perkara membersihkan ruangannya, ini pasti karena Hatta yang tidak menyelesaikan sisa miliknya.

Di perjalanan yang menyusuri koridor sekolah, Letta di berhentikan oleh dua orang siswi. Nampak dari raut wajahnya yang lugu, mereka adalah junior sekolah.

"Permisi kak. Boleh minta tolong, gak?" tanya salah satu dari kedua siswi tersebut.

"Iya, minta tolong apa?"

"Ini, tolong kasihkan ke Kak Anhar yang lagi di depan kelasnya dong Kak, pliss!" ucap siswi itu dengan keluguannya yang membuat Letta geli, hingga mengiyakan permintaan keduanya.

Letta mengambil botol minuman dari siswi tersebut. Berjalan menghampiri Anhar yang sepertinya bercucuran keringat di sekujur tubuhnya.

"Nih, buat lo-"

Pemberian Letta di terima oleh Anhar dengan segera. Anhar yang terlihat haus, segera menegak air di dalam botol tersebut perlahan-lahan.

"Makasih ya!" kata Anhar dengan senyuman.

Sesekali Letta melirik ke belakang, ke arah dua siswi tersebut. Terlihat keduanya melompat-lompat kegirangan, bahkan berteriak seperti anak kecil.

"Ngomong-ngomong, lo gak nonton lomba basket ya tadi?" tanya Anhar sedikit penasaran atas keberadaan Letta.

"Gue ngantuk, tidur di kelas deh," jawab Letta menipiskan senyumannya.

Dari kejauhan, terlihat Hatta sedang memperhatikan keduanya. Tepat di depan ruangan Pak Moi, Pria itu mendengus kesal.

Setelah merasa cukup lama berbincang-bincang dengan Anhar. Letta baru ingat bahwa dirinya ada urusan dengan Pak Moi, hingga ia bergegas kembali ke tujuannya.

Letta masuk ke dalam ruangan tersebut, tanpa ia sadari Hatta berada di hadapannya dan menghalangi jalan.

"Gue haus. Minuman gue mana?" tanya Hatta yang bersandar di tembok, melentangkan sebelah kakinya untuk menjaga jalan.

"Minuman apa sih? Gue gak punya minum, kalo mau beli di kantin sana!" tegas Letta tetap mencoba untuk ke arah tujuannya, namun Hatta menahannya lagi dengan tangan.

"Gue tau lo kasih minuman ke Anhar. Kenapa, Ta? Lo suka saman Anhar? Gak suka sama gue?"

Pertanyaan Hatta yang hanya menambah rasa kesal di hati Letta.

"Hadeh,,, itu minuman dari orang lain, yang di titipin ke gue. Kenapa sih? Minggir lo-"

Semakin Letta mencoba untuk melewati Hatta, semakin pula Pria itu menahannya.

"Owh. Kalo dia dapet minuman dari lo, gue juga mau sesuatu," kata Hatta dengan tatapan tajamnya ke arah Letta.

"Cium-"

Mendengar ucapan Hatta, seketika bulu kuduk Wanita itu berdiri. Percayalah! Jangankan mengerjakkan ucapannya, mengkhayalnya saja Letta sudah jijik.

Hatta yang sudah berpikir matang untuk mendapatkan keinginannya, seketika mendorong dan mengunci kedua tangan Letta. Bahkan, kini berada tepat di hadapan Letta.

Melihat wajah Letta dari dekat, Hatta semakin tertarik untuk memiliki Wanita tersebut. Bukan hanya cantik, cantik sekali!

Matanya yang berkilau, bulu mata yang lentik, juga hidung yang mancung. Hanya satu yang membuat Letta tidak sempurna, sifatnya. Jika saja sifat Letta selaras dengan kesempurnaan di wajahnya, mungkin ia akan sempurna seperti yang di harapkan Hatta.

Perlahan-lahan Hatta mendekatkan kepalanya, memajukan sedikit ujung bibir dan hampir menyatu ke bibir Letta.

"Selamat siang, anak-anak!"

Sial. Pak Moi berada di depan keduanya yang sedikit lagi berciuman. Benar-benar sial!


○○○
BERSAMBUNG
(see you next part^^)

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang