[5] TAWURAN

7 1 0
                                    

"Mencari musuh lebih mudah tertimbang mencari teman. Karena berbuat usil lebih sering di lakukan daripada berbuat kebaikkan"
~Hatta Ahsanan~

Letta bangun pagi-pagi sekali. Ia tidak mau merepotkan Anesh kembali untuk memaksanya bangun. Ya, setidaknya di umur sekarang ia sudah mengerti, hidup mandiri adalah hal yang memang tidak mudah.

Sebelum itu, Letta memulai dengan membersihkan tempat tidurnya. Memilih buku pelajaran sesuai mata pelajaran untuk hari ini. Dan yang terakhir, mandi dengan air dingin yang benar-benar sejuk.

Ada keraguan untuk Letta mendekati air tersebut. Dirinya yang masih mengenakan pakaian, mendengus nafas berat untuk terjun merelakan tubuh hangatnya ke air tersebut.

Letta sudah selesai melakukan semuanya. Sekarang, ia hanya harus memberi beberapa polesan bedak ke wajahnya. Walaupun tidak sehebat Wanita-Wanita lainnya, setidaknya ia mampu membedakan mana yang menor dan mana yang tipis.

Wanita berambut terurai itu berjalan keluar dari rumahnya. Mengenakan seragam lengkap, bertujuan untuk berangkat sekolah.

Musim gugur membuat jalan di penuhi oleh dedaunan kering. Embun pagi yang begitu sejuk, menambah suasana pagi terasa segar.

Drttt...

Letta mendengar ponselnya berdering, dengan segera ia menyerogoh ke dalam tasnya. Ia menemukan notifikasi panggilan dari Ika, tiba-tiba saja anak itu menelponnya di pagi hari ini.

"Halo!" sapa Letta sebelumnya.

"Bentar Ta, gue sambungin ke Icha dulu!" ujar Ika terdengar di speaker ponsel Letta.

Seiring ia berjalan, sambungan telepon itu menemaninya untuk melangkah ke sekolah. Entah ada apa gerangan, tiba-tiba saja Ika menelpon.

"Gue udah gak sabar tau, gimana aksi tawuran nanti!" ucap Ika terdengar mendesis.

"Dari malam tadi, lo bilang itu-itu mulu," celetuk Icha yang juga bersuara di telepon.

"Lumayan kan buat cuci mata, lagian lo gak bosan apa lihat sekolah yang di dalamnya cuma itu-itu aja. Seenggaknya kalo ada yang tawuran, kan seru!" ujar Ika terkekeh senang.

Letta hanya menjawab dengan kekehan kecil. Sepertinya tidak ada yang lebih penting kecuali mendengar celotehan keduanya.

Sesampainya Letta, ia segera masuk ke gerbang sekolahan. Tidak ada yang aneh, seperti ucapan Ika tentang tawuran itu.

Letta memutuskan sambungan ponselnya, ketika ia melihat Pria itu lagi berada di depan. Dengan maksud berpaling, Letta berbalik ke belakang berharap Pria itu tidak melihatnya.

Tidak semudah itu ferguso!

Pria itu berdiri tepat di belakang Letta.

"Nama lo Arletta Vilove, 'kan?" tanya Pria itu dari arah belakang.

Letta tidak mau memikirkan darimana Pria itu tau namanya. Yang sekarang Letta harapkan, ia bisa kabur lagi dari hadapannya.

Wanita itu mempersiapkan kuda-kuda berlari di atas tanahnya. Kekuatan abal-abal yang sebenarnya tidak akan berhasil. Seperti dugaan sebelumnya, Pria itu lebih dulu-dulu menarik tas Letta untuk kedua kalinya.

Jangan bilang aksi jatuh di tanah akan terjadi untuk kedua kalinya lagi. Letta lebih baik jungkir balik, tertimbang harus menindih tubuh Pria itu, apalagi jika ia ingat tentang hal jorok kemarin hari.

"Tolong! Jangan ganggu gue," pinta Letta yang masih membelakangi Pria itu.

"Gue gak gangguin lo. Gue cuma mau kenalan, bisa kan?" tanya Pria itu semakin menarik tas Letta.

"I-i-iya iya-iya, gue paham-gue paham. Pliss lepasin tas gue, ini satu-satunya tas yang gue punya!" ujar Letta meminta perhatian kepada Pria itu untuk melepaskan tas berharganya.

Pria itu melepaskan keinginan Letta. Namun, berbalik menggenggam bahu Letta hingga ia berbalik menghadap ke arahnya.

Letta hanya menutup mata, ketika kepalanya sedikit membentur dada bidang Pria itu.

"Nama gue, Hatta Ahsanan!" ucap Pria itu menunduk melirik Letta.

"Ooo,,, gue paham-gue paham. Sekarang gue mau ke kelas, hehe ...." Letta berlari dengan sekuat tenaga. Sekali lagi, tidak penting untuk ketahui siapa dia dan siapa namanya. Letta hanya berharap jangan lagi Pria itu muncul di hadapannya.

###

Di dalam kelas yang ramai, Letta merebahkan kepalanya ke atas meja. Seketika ia menjadi lesu, apalagi memperhatikan Ika yang sedari tadi mengisi teka-teki di buku nya.

"Letta Letta, kapan sih lo ceria lagi? Murung aja mulu biar ngelihat dedemit sekolah," ujar Icha menghela nafasnya ketika melihat Letta.

"Ih tau darimana lo kalo ada dedemit di sini? Jangan ngadi-ngadi, huh!" celetuk Ika mengerutkan dahinya.

"Iya ada, coba deh lo liat cermin," kata Icha mencoba membodohi Ika.

Benar saja, Ika mengambil cermin di saku kemejanya. Namun, ia hanya melihat wajahnya dan tidak menemukan sejenis dedemit di sekitarnya.

"Gak ada, lo ngasal!" timpal Ika menyengir ke arah Icha.

"Cek lagi kalo gak percaya," ujar Icha lagi-lagi membodohi Ika.

"Diam sejenak. Terus lihat siapa yang ada di cermin!" kata Icha lagi.

"Gue doang," jawab Ika tetap menahan cermin itu menampilkan wajahnya.

"Ya itu, dedemitnya lo sendiri. Mau aja di bodohin, di suruh nyium lantai juga pasti mau sih lo," ledek Icha penuh tawa mengejek Ika.

"Ishh,,, gak lucu. Ika cantik-cantik gini, masa di bilang dedemit!" rengek Ika kesal pada kelakuan Icha terhadapnya.

Berbalik dengan Letta. Moodnya yang tiba-tiba buruk malah semakin buruk. Ia mendengus nafasnya berulang-ulang kali.

Hingga beberapa menit kemudian, suara hentakkan menghantam dinding yang berada di sebelah Letta. Berbagai orang beranjak dari kelas, mencari tau apa yang sedang terjadi dengan suara tersebut.

"Inilah dia yang gue maksud!"

Ika berlari keluar kelas tanpa memberitahu Icha dan Letta yang terkejut. Karena tidak mau ketinggalan info, keduanya mengikuti Ika yang sudah berlari keluar dari kelas.

Gerombolan siswa maupun siswi membuat sesuatu di tengah mereka menjadi tertutupi. Letta yang sedari mendapatkan mood buruk, memilih untuk tidak mau ikut campur.

Suara bising itu semakin terdengar keras. Hingga akhirnya suatu hal yang berada di tengah gerombolan itu terlihat jelas. Perkelahian!

Mungkin, ini yang Ika maksud dengan tawuran di sekolah. Tapi, siapa yang sedang berkelahi di pagi hari begini.

Rasa ingin tahu di benak Letta menjadi meningkat. Ia berjalan mencoba masuk di gerombolan tersebut, dan perkelahian itu sudah tertampak sangat jelas.

Anhar?

Pria itu lagi?

Ada apa dengan keduanya? Kenapa harus mereka yang berkelahi di pagi-pagi seperti ini.


○○○
BERSAMBUNG
(see you^^)

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang