[23] HAI, TANTE

2 0 0
                                    

"Hal tersedih yang pernah ku alami, ketika kamu memperkenalkan ku kepada pintu surgamu. Namun, ternyata pintu itu sudah tak lagi dapat di buka, sebab surganya telah terhambat oleh tanah suci kuburan"
~Arletta Vilove~

Tatapan Pria itu mengarah ke arah suara yang menyebut Letta adalah kekasihnya. Letta hanya melirik sejenak, lagi-lagi ia harus melihat Hatta yang sedari sepulang sekolah sebelumnya terlihat kesal.

"Santai bro, gue juga punya pacar," kata Pria itu berdiri menghadap ke depan Hatta.

"Terus kenapa masih deketin cewek orang?" tanya Hatta dengan tatapan super dinginnya.

"Cuman ngajak kenalan doang bro. Yaudah gue mau balik ke meja gue."

Pria itu pergi setelah menepuk pelan bahu Hatta. Melihat hal itu, Letta menyembunyikan tatapannya ke arah lain, seolah-olah tak ada yang terjadi.

Sesekali Letta melirik, ternyata Hatta telah menggantikan posisi Pria tadi di sampingnya. Suasana terasa canggung, bahkan Icha dan Ika menatap keduanya heran.

"Ngapain kesini? Pulang sana!" ujar Hatta mencoba berbicara dengan Letta walau masih menyimpan rasa kesalnya.

"Terserah gue dong. Emang kenapa?" kata Letta mengangkat sebelah alis matanya, walau tatapannya tidak mengarah ke Pria tersebut.

Hatta segera bangkit dari tempat duduk tersebut, pergi meninggalkan meja tempat Letta. Sontak Icha segera menghampiri Letta dengan penasaran.

"Lo berantem sama doi lo?" tanya Icha yang terlihat serius.

"Doi apaan? Gue gak kenal. Lagian siapa juga yang mau ngedoi'in dia," jawab Letta mengangkat sudut bibir bagian kirinya.

"Cihuyyy- lagi ngambek anak itik!" umpat Ika yang berusaha mengeraskan suaranya agar terdengar.

Malam yang semakin larut, membuat ketiga Wanita itu bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing. Letta yang sudah dulu merebahkan tubuhnya, seketika mengantuk hingga tertidur.

###

Esok hari pun mulai dengan cahaya matahari yang bersinar terang. Hari minggu, adalah hari untuk Letta tidur sepanjang waktu. Ia menjadwalkan hari minggu menjadi hari rebahan yang terpanjangnya. Bagaimana tidak, sudah jam 9 pagi dan Letta belum juga bangun untuk melakukan sesuatu hal.

Hingga Anesh harus berkali-kali membangunkannya. Memang selalu berhasil membuat Letta bangkit dari kasurnya. Akan tetapi, Letta masih saja berkedip-kedip akibat kelopak matanya yang terasa berat.

Letta di minta menyapu halaman rumahnya, walau sebenarnya tidak harus di suruh, melakukannya harus dengan niat. Apalagi jika Letta Wanita, hal yang wajar untuk ia kerjakan apabila kelak menjadi Ibu rumah tangga.

"Setelah selesai nyapu jangan lupa mandi, Ta!!"

Terdengar teriakkan Anesh yang cukup keras, membuat Letta mendenguskan nafasnya.

"Iya!" jawab Letta membalas dengan teriakkan pula.

Akhirnya Letta selesai, walau tidak sebersih yang di lakukan Anesh. Setidaknya Wanita itu sudah mau melakukannya tanpa membantah. (Kamu yang baca udah nyapu? Canda nyapu:V)

Setelah selesai membersihkan dirinya, Letta mencoba memberi hiasan ke wajahnya. Seperti yang di lakukan Wanita pada umumnya, menambah bedak ke wajah sudah menjadi kebiasaan turun temurun untuk Wanita seperti Letta.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang