[20] PASAR

3 0 0
                                    

"Kesal hal yang wajar, ketika kehendakmu di acuhkan. Tapi tolong jangan kelewatan, atau bahkan mengancam keadaan"
~Arletta Vilove~

Matahari terasa silau sampai memancar ke wajah Letta saat sedang tidur. Hingga Wanita itu terbangun, namun hampir syok saat melihat tempat ia berada.

"Bangun! Jangan tidur mulu," ujar Ika seraya membuka tirai jendela kamar.

Beralih pada Icha yang juga berada di sebelah Letta, seketika membuatnya semakin heran. Bahkan, memikirkannya saja membuat kepalanya terasa berat dan ngilu.

"Kok gue ada di sini sih?" tanya Letta dengan keras.

Icha yang sedang nyamannya tertidur, seketika bangun seolah-olah menerima sentruman dari suara Letta.

"MATI GUEE!"

Raut wajah Icha yang terlihat ketakutan, membuat Ika menambahkan kekeh ledekkannya.

"Ck- lo pada seharusnya bersyukur sama gue. Karena gue, kalian gak di marahin sama bokap nyokap kalian!" ujar Ika mulai menyombongkan dirinya.

Letta yang semakin pusing, mengacuhkan ucapan Ika dan segera keluar dari rumah tersebut. Beruntungnya mereka sebab hari ini adalah hari minggu. Karena, jika hari seperti biasanya sudah di pastikan mereka akan terlambat ke sekolah.

Langkah kaki Letta yang seketika menjadi kuat, membuatnya terasa nyaman untuk berjalan. Tatapannya yang asyik melirik sana kemari, mengacuhkan sebuah tatapan yang menatapnya dengan sedikit tajam.

"Ngapain lo di jalan pagi-pagi gini? Mau mulung?" tanya Letta menyambar Anhar yang sedari sedang menunggunya.

"Nungguin lo lah. Lama banget," balas Anhar dengan mengerutkan keningnya.

"Ehh, mau nungguin gue, tapi gak ada janjian. Ck- terus lo marah-marah, nyambung menurut lo?" kata Letta melipatkan kedua lengannya di atas dada.

"Buruan naik. Tadi nyokap lo nyuruh gue jemputin lo," perintah Anhar yang segera memberikan Letta helm.

Saat Wanita itu naik dan selesai memasang sabuk pengaman helmnya, Anhar menancapkan gas dengan perlahan-lahan.

"Udah di bilangin jangan minum, ngelak mulu. Toh, nyusahin kan jadinya!" tegur Anhar di perjalanan pada Wanita yang duduk di belakangnya.

"Iya maaf. Tapi nyokap gue tau gak tentang gue yang mabuk semalam?" tanya Letta kemudian.

"Gak tau. Kemarin gue udah bilang kalo lo nginap, itupun karena gue kasihan sama lo."

Letta melirik kepala Pria itu sejenak. Rupanya masih ada yang memperhatikannya di saat-saat yang seperti ini. Walau demikian, Letta si keras kepala tidak akan berterima kasih.

Hingga keduanya telah tiba di depan pekarangan rumah, Letta turun dan melepaskan helmnya.

"Awas ya kalo lo bohong!"

Letta segera masuk ke dalam dan membuka pintu rumahnya. Seperti biasa, kedua pasutri yang tengah menikmati segelas teh hangat, duduk sembari menonton televisi. Sampai ketika Letta mencoba melewati keduanya, namun di berhentikan oleh sapaan Anesh.

"Kamu nginap kenapa gak izin dulu?"

Letta terdiam di tempat, berusaha menampakkan senyuman agar menenangkan suasana.

"A-aa-a,, ketiduran," jawab Letta dengan alasan yang berbeda.

"Lain kali kalo mau nginap, seenggaknya telfon atau kirim pesan," ujar Daud mencoba memberi saran pada anaknya.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang