[18] KESEMPATAN YANG SEMPAT

2 1 0
                                    

"Jika kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya, mengapa harus membuat kesempatan itu lenyap tak berarti. Ayolah, ini bukan game monopoli yang bisa dapat kartu kesempatan berkali-kali"
~Anhar Danendra~

Letta berjalan menghampiri Hatta yang sedang menyenderkan kepalanya di atas sofa. Dengan membawa selembar foto itu, ia mencoba tidak mempertanyakan dulu.

"Ehemm-"

Namun, Pria itu mengacuhkan Letta. Sepertinya ia lebih memilih menikmati lehernya yang pegal, tertimbang deheman Letta yang terdengar cempreng.

"Anhar pernah jadi temen lo?" tanya Letta berusaha menyimpan foto itu di saku kemejanya.

"Kenapa? Gue gak kenal." Jawaban Hatta tidaklah benar dengan adanya foto yang bersama Letta saat ini.

"Ck- ini siapa?" tanya Letta to the point mempertunjukkan foto itu.

Hatta hanya melirik sejenak, rupanya ia tau maksud perkataan Letta tentang Anhar. Dan yang paling menjengkelkan, Wanita itu bersi-keras meminta penjelasan.

"Ayoo! Sekali doang. Gue janji, gak bakalan bilang ke orang lain," rengek Letta berpindah posisi ke sebelah Hatta.

Pria itu mendengus, dan mulai menceritakan sedetail mungkin. Sebagai pendengar yang baik, Letta hanya fokus dengan suara mulut Hatta, agar tidak melewatkan satu kata pun untuk masuk ke gendang telinganya.

Kurang lebih 5 menit, Pria itu akhirnya selesai menceritakan pengalamannya bersama Anhar saat masih berteman. Rasanya memang sulit untuk mengungkapkan kenangan itu. Untungnya, Letta tidak banyak celoteh ketika di beri cerita.

"Owhh,, jadi lo berdua temenan? Baper amat sih pake berantem segala. Liat tuh, Ika sama Icha paling lama berapa menit doang," kata Letta membanding-bandingkan mereka.

"Udahlah, gue mau tidur." Hatta yang segera bangkit dan bergegas ke kamarnya.

Letta yang melihatnya jadi terkejut. Bukankah Pria itu sebelumnya tidak sanggup berjalan? Apa Letta yang di bodohi oleh Hatta?

###

Ganggang pintu sebuah rumah terbuka dengan cukup lebar. Letta yang merasa lelah, segera menuju ke kamarnya. Kembali merasakan kesunyian yang sangat terdengar keras, di kedua telinganya.

Menatap angit-langit rumah yang tak bercahaya, hanya membuat kedua bola mata Letta terasa mengantuk. Bukannya tidur, Wanita itu malah memaksakan diri untuk tetap terjaga.

Merasa bosan di dalam kamar, ia memilih keluar sejenak setelah selesai mengganti pakaiannya. Sudah jarang lagi Wanita itu berkunjung ke rumah Anhar, hingga rasanya ingin kembali.

Dengan berjalan beberapa tapak langkah, Letta sudah berada di depan rumah Anhar. Suasana rumah yang begitu ramai di bandingkan dari rumahnya, kadang kala membuat Letta lebih nyaman berada di sana.

Tidak seperti kebanyakkan orang, Letta tak pernah memberi salam ataupun memanggil orang yang berada di dalam. Ya, Letta langsung masuk asal-asalan. Pernah sekali, ia masuk ke kamar Anhar yang ternyata baru selesai mandi.

"Ehhh,,, ada Letta. Tumben baru kemari? Tante nyariin loh," sapa Ibu Anhar yang terlihat sangat senang atas kehadiran Letta.

Yura, di kenal dengan Wanita yang sangat dekat dengan Anesh. Selain menjadi Ibu dari dua anak yaitu Anhar dan Adell, Yura adalah pegawai di perkantoran Daud.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang