[4] MARI MAKAN

17 2 0
                                    

"Sesungguhnya teman itu banyak. Ada dua prinsip yang berbeda. Teman yang baik, dan teman yang pura-pura baik"
~Arletta Vilove~




Kedua insan tersebut berjalan beriringan. Letta merasa tidak nyaman, walau ini bukan kali pertamanya ia pulang bersama Anhar.

Pria itu adalah teman Letta sejak jadi tetangga. Baik atau tidak baik, Anhar orang yang sama seperti yang lainnya. Membosankan, itu yang Letta rasakan apabila berduaan dengannya. Tidak dingin, tidak bobrok. Tapi aneh, Letta sulit sekali menerima segala ucapannya.

Anhar sebenarnya menyukai Letta. Ya seperti itulah, melalui tatapan Letta saja ia tidak suka, bagaimana dengan hatinya. Dalam lingkup sekolah, Anhar duduk di kelas atas mendahului Letta. Jika secara umumnya, kakak kelas namanya.

"Tadi pagi lo kemana, Ta?" tanya Anhar sedikit melirik Letta, seperti curi-curi pandang.

"Di kelas, kenapa?" tanya Letta berbalik dengan ucapan awal Anhar.

"Gak papa kok. Oh ya, perkiraan beberapa minggu lagi sekolah bakal adain acara. Lo mau ikut, 'kan!" kata Anhar yang tiba-tiba membahas soal sekolah.

"Lomba apaan? Kok gue gak tau?" Letta mengerutkan dahinya, sembari melirik Anhar.

"Ya banyak. Malam ini, lo gak kemana-mana? Keluar sebentar yuk!" pinta Anhar menambahkan senyum di bibirnya.

"Hehe, gue ada tugas soalnya. Maaf ya!" jawab Letta dengan tolakkan yang sebenarnya hanya alasan.

"Gak papa kok. Lain kali aja ya."

Begitulah percakapan keduanya. Hingga Letta tiba di rumahnya, begitupun Anhar yang posisinya sebagai tetangga Letta.

Langkah kaki Letta memasukki sebuah rumah yang terlihat sepi. Memang tidak jarang, tapi beginilah keadaan apabila Letta pulang rumah.

Seperti cahaya, percuma terangnya membuat semua terlihat, jika terlalu berlebihan hanya akan membuatnya silau. Maksudnya, Letta tidak butuh kekayaan, jika itu terasa menyakitkan. Buktinya sekarang, ia hanya sendirian di dalam rumah, tanpa siapapun.

Jika bertanya kemana orang tuanya berada? Tentu jawabannya bekerja. Menyebalkan, tapi itu adalah keharusan dalam rumah tangga.

Drttt...

Letta mendengar ponselnya berbunyi dari dalam tas. Dengan segera ia menyerogoh tas tersebut. Letta membawanya duduk di atas kasur kamarnya, lalu mulai mengangkatnya.

"Halo!" sapa Letta.

Terlihat dari nomornya, itu bertuliskan kontaknya Icha.

"Letta, lo harus ke rumah gue. Penting!!" ucap Icha yang terdengar tidak sabaran.

"Ada apa? Ngomong langsung gih," ujar Letta yang tidak kalah terkejutnya.

"Cepetan, Ta!"

Mendengar Icha yang begitu seriusnya, Letta benar-benar berangkat untuk pergi ke rumahnya. Baru saja ia tiba dari sekolahnya, malah di minta keluar lagi menghampiri Icha.

Untungnya, Letta mendapatkan angkot yang masih kosong, sehingga ia segera memintanya mengarah ke tempat tujuan. Rumah Icha cukup jauh, melewati gerbang sekolah Letta, juga melewati berbagai bangunan besar.

Sesampainya di sana, Letta bergegas turun setelah selesai membayar. Seperti dugaan Letta sebelumnya, Wanita itu benar-benar menunggu kedatangan Letta di depan rumahnya.

"Ada apa sih? Penting banget, ya?" tanya Letta menghampiri Icha yang sudah memasang raut wajah tidak nyamannya.

"Ta ... akhirnya Idol gue COMEBACK!!" teriak Icha yang di penuhi dengan suasana bahagianya.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang