[32] APA KABAR, CINTA? ["ending"]

12 0 0
                                    

"Semenjak adanya kepergianmu. Ku dapatkan perubahan. Terima kasih telah pergi sementara, sebab jika kamu kembali nanti. Aku ingin tampil berbeda hanya untukmu"
~Arletta Vilove~



Sudah beberapa menit keduanya duduk. Jika menunggu Dokter keluar, sepertinya masih belum untuk saat ini. Sembari menunggu di depan ruang rawat Hatta. Rio mengambil nafas panjang-panjang.

"Sebenarnya Hatta punya penyakit gangguan Bipolar."

"Apa?" tanya Letta mengangkat kedua alis matanya, tak mengerti.

"Iya. Gangguan Bipolar itu gangguan yang di sebabkan oleh perubahan suasana hati."

"Sebelum Hatta kenal sama lo. Dia ketergantungan dengan obat-obatan. Itu terjadi semenjak nyokapnya meninggal, di tembak oleh musuh Hatta."

"Jadi, musuh Hatta itu Anhar?" tanya Letta mengerutkan dahinya.

"Dulu Anhar teman dekatnya Hatta. Anhar orang yang selalu dekat dengan orang tua Hatta. Hingga kejadian itu, Anhar menyalahkan Hatta yang sebenarnya juga tidak tau apa-apa."

"Anhar keluar dari geng kami. Lalu geng itu juga sudah bubar semenjak Hatta mengalami gangguan Bipolar."

Letta akhirnya ingat. Botol-botol kecil yang berada di lemari Hatta.

"Jadi. Botol yang ada di kamar Hatta itu-"

Belum selesai mengucapkan ucapannya. Letta menutup mulutnya rapat-rapat.

"Iya. Itu obat penenang Hatta."

"Selama dia kenal lo, cuman di situ dia gak ngegunain obat penenangnya. Dan kami sangat senang, Hatta hanya butuh lo jadi penenangnya!"

"Tapi entah kenapa. Waktu gue mampir kemarin, gue ngelihat Hatta make obat itu lagi."

"Gue yakin ini ada hubungannya sama lo, Letta!"

Letta mengangguk-angguk. Ya, ini memang salah Letta. Ialah yang membuat obat penenang Hatta kembali ada. Tentu saja karena ucapan putus kemarin, juga dengan Anhar yang tiba-tiba memeluk Letta.

Dokter dan juga para perawat keluar dari pintu tempat Hatta berada. Rio pun segera menanyai.

"Gimana dok?" tanya Rio.

"Pasien masih belum sadarkan diri. Luka yang di dapatkan, sepertinya cukup dalam, hingga membuat pasien kekurangan darah."

"Jadi apa yang harus kami lakukan?" tanya Rio sekali lagi.

"Beri tahu kami jika pasien sudah sadar. Setelah ini kami akan menindak-lanjuti luka yang di dapatkan."

Dokter itu pun segera pergi. Rio dan Letta tak mau tinggal diam, keduanya bergegas masuk untuk melihat keadaan Hatta.

Terlihat jelas Pria itu terkapar dalam kondisi lemah. Juga di beberapa bagian wajahnya yang memar, sehingga membuat Letta menggenggam jemari Hatta.

"Hatta,, maafin gue ya! Gue salah, lo orang yang baik kok!" ujar Letta berkali-kali mencium tangan tersebut.

Sepertinya bukan hanya Rio dan Letta yang berada di sana. Kedatangan Ika yang baru saja tiba, segera berdiri di samping Rio.

"Gue sayang sama lo! Tapi lo juga jangan bikin gue pusing. Hiks- gue juga gak nyaman mutusin lo tiba-tiba gitu."

"Lo bangun ya, hikss- gue gak mau kalo terus-menerus nangisin lo!"

"Hattaaa!!"

Ika yang semula berdiri, berpindah untuk mendekati Letta. Membelai pundak Letta dengan lembut.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang