[8] MANIS

5 1 0
                                        

"Tak ada kata manis tanpa sebuah kepahitan. Manis dan pahit itu sudah mutlak, kamu mau yang mana?"
~Hatta Ahsanan~

Langit menjadi gelap, ketika mendung sudah menunjukkan sisi hujannya yang benar-benar deras. Ini adalah hari minggu, walaupun tidak secerah hari-hari bersekolah, setidaknya Letta dapat menikmati waktu libur ini.

Letta terduduk di hadapan jendela kamarnya. Menutup diri dengan selimut, menikmati kehangatan yang sedikit memberi kesan.

Sebuah pintu terdengar terbuka, membuat Letta melirik ke belakangnya. Kedatangan Anesh dengan segelas susu putih, Letta tidak suka susu putih!

"Minum!" ucap Anesh sembari memberikan Letta gelas berair susu putih tersebut.

"Letta gak suka susu putih, Mah!" kata Letta berusaha menolak, namun Anesh memaksa.

"Karena kamu gak suka, makanya Mamah buatin," celetuk Anesh terkekeh setelah Letta menerima gelas darinya.

Dengan berat hati, Letta pasrah dengan ucapan Anesh. Tapi, bagaimanapun ia tidak akan meminumnya. Letta hanya menggenggamnya di jemari tangan kanannya.

"Kemarin Anhar khawatir banget sama kamu," ujar Anesh duduk di kasur Letta, sembari merapikan sepray di sana.

"Khawatir? Letta tidur di kelas aja dia bangunin paksa!" Letta tetap merasa kesal walaupun Pria itu memikirkan keadaannya.

"Kamu tidur di kelas?!" Anesh terkaget mendengar pernyataan Letta yang tidak sengaja membicarakannya.

"Ups! Letta ngantuk, gak sengaja ketiduran, hehe-" kekehan Letta yang mencoba mengalih pembicaraan.

"Terus kamu beralasan. Habiskan minumanmu, Mamah ada rapat kerja."

Anesh pergi dari kamar Letta. Mungkin karena mendengar Putrinya melakukan hal konyol. Anesh tipekal Wanita yang tidak suka dengan kata malas, makanya bekerja ia selalu giat, panutan Letta!

Selang beberapa menit setelah mobil Anesh melaju keluar dari pekarangan rumah, terlihat seseorang masuk melalui pagar. Jika di lihat dari bobot tubuhnya, tidak asing.

Nah, pucuk di cinta ulam pun tiba. No! ganti kata cintanya. Siapa yang mau mencintai penguntit, kemarin sudah telepon dan sekarang menjadi tamu.

Dengan lekas Letta pergi menghampiri Pria tersebut. Entah apa yang ia harap atas kehadirannya, jangan bilang membahas Letta lagi terhadap Daud.

"Ngapain lo ke sini?" tegas Letta masih bersama gelas susu putih itu.

"Silaturahmi!" jawab Hatta dengan mengangkat kedua alis matanya, seolah-olah menganggap kata ucapannya itu mudah.

"Bokap nyokap gue gak ada di rumah, pulang!" timpal Letta menolak mentah-mentah.

"Masa gue baru datang langsung pulang? Setidaknya biarin masuk atau bikin minum kek," ucap Hatta mencoba memberlakukan sistem tamu kepada Letta.

"Nih, minum!" kata Letta menyerahkan segelas susu itu pada Hatta.

Dengan senang hati Hatta menerima gelas tersebut. Meminumnya hingga tetes terakhir, menyerukan rasa puas di akhirnya.

"U-wekk-wekkk-"

Merasa tidak senang dengan apa yang ia lihat. Letta si penolak susu putih menjadi mual. Yang benar saja, raut wajah Hatta ketika meminumnya seketika menyalur ke tenggorokkan Letta.

Rasa amis yang ia rasa, hingga membuatnya seakan-akan merasakannya.

"Lo hamil? Anak siapa?" tanya Hatta yang tiba-tiba saja membuat lelucon ledekkan yang penuh meriam.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang