[28] TAK MASUK AKAL

4 0 0
                                    

"Kita hanya manusia, memang tidak luput dari kesalahan. Tapi, bukan manusia namanya jika berpura-pura untuk mencari kesalahan"
~Arletta Vilove~

Malam yang Ika nantikan pun tiba. Tak ada tiup lilin yang meriah tanpa Letta. Wanita itu hanya terlihat bayangannya saja, entahlah kemana jiwanya berada.

"Cha, Letta gak jahat kan?" tanya Ika sembari meneteskan air mata melihat ke arah cake di tangannya.

"Dia udah gak ada, Ka! Jangan panggil orang yang udah jelas-jelas bikin kita sakit hati," kata Icha saat teman di sebelahnya membicarakan Letta.

Berbeda dengan suasana Letta pada janjinya. Ia seperti tidak bernafsu untuk menikmati malam ini. Tentu saja masih terngiang-ngiang akan kesalahannya.

Mau bagaimana lagi, ia juga tidak bisa meninggalkan acara menyelamati almarhumah Ibu Hatta. Tepat malam yang sama dengan hari ulang tahun Ika.

Hingga selesainya acara di rumah Hatta, Pria itu mencermati wajah Letta yang lesuh.

"Lo kenapa? Sakit?" tanya Hatta membelai pundak Letta.

"Gue gak enakkan sama Icha, sama Ika!" ujar Letta.

"Ceritain. Masalahnya kenapa?" tanya Hatta lagi.

Letta menghapus pelan titik air di sudut matanya, lalu kembali ke pembicaraan.

"Mereka marah karena gue selalu acuhin mereka. Dan malam ini, sebenarnya Ika ulang tahun. Tapi gue gak ada di sisinya," cerita Letta dengan rasa penuh bersalah.

"Coba lo telfon. Ceritain ke mereka soal yang sebenarnya," kata Hatta.

Letta pun segera meraih ponselnya. Mula-mula ia menelpon nomor Icha, tapi di tolak. Hingga kemudian ia beralih ke Ika.

Dari kamar Ika, ternyata Wanita itu sudah tertidur lelap. Tapi, ada Icha yang masih terjaga di meja belajar. Saat ia melihat notifikasi panggilan dari Letta, ia segera menolaknya. Seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Gak di angkat, hikss-"

Hatta meraih kepala Letta, menyabarkan Wanita itu agar berhenti menangis.

"Mau gue anterin ke rumahnya mereka?" tanya Hatta sembari mengecup rambut tersebut.

"Anterin gue pulang aja!" jawab Letta, tak mau menambah kekesalan mereka apabila ada kehadirannya.

Di malam hari yang sudah larut itu, membuat Letta semakin gelisah di dalam kamarnya. Ia masih saja terpikirkan hal sebelumnya. Hingga hari sudah menjadi tengah malam, Letta masih saja terjaga-jaga di sana.

Kepalanya yang semakin pusing, alhasil membuatnya perlahan-lahan mencoba tidur.

###

Esok pagi yang berkesinambung cerahnya matahari. Menambah cahaya di jalan hadapan Letta menjadi terang. Ia yang sedang berangkat ke sekolah, tidak seperti biasanya yang di jemput Hatta.

Ya, Letta sudah mengatakan bahwa ia akan berjalan ke sekolah untuk hari ini. Hitung-hitung rasanya sudah cukup lama tidak mengandalkan otot kakinya.

Saat hendak masuk ke gerbang sekolah, ia melihat Ika yang tengah menunduk berjalan di depan. Mengingat kesalahannya di malam hari tadi, Letta mencoba menghampiri.

"Ik-"

Baru saja kaki kiri Letta bertujuan menghampirinya, tiba-tiba saja Icha datang dari dalam gerbang. Menarik lengan Ika dan membawanya masuk ke sekolah.

Serta tatapan tajam yang Icha berikan, seketika membuat Letta kembali tersentak. Sebegitu marahnya Icha pada Wanita tersebut.

Melalui koridor sekolah yang sudah ramai, Letta menyetapakkan langkah kakinya di sana. Namun, tiba-tiba saja Icha dan Ika keluar hingga tak sengaja menabrak pelan tubuh Letta.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang