[9] SUTRA DAN CINTA

5 1 0
                                    

"Kamu boleh mengundang cinta, tapi tidak untuk di jadikan sebagai tamu lalu di biarkan pulang. Kamu tau cinta itu tulus, jadi jangan anggap tak bisa berpaling ke arah yang lain"
~Arletta Vilove\

Letta menegak ludahnya, ketika ia mendapatkan tatapan Hatta yang memperhatikan raut wajahnya. Percayalah, Letta sebenarnya tidak tertarik, tapi jiwanya meronta-ronta. Pikiran busuk yang Letta sembunyikan, ketika melihat jakun Hatta seketika muncul kembali.

"Pulang, gih!" kata Hatta menghentikan adegan tatap-tatapan keduanya.

Letta menjadi salah tingkah dan segera berlari. Merasa sudah cukup jauh, ternyata Hatta benar-benar sudah pergi dari tempat semula.

Dengan langkah kaki yang pelan, Letta mendengus dan melirik ke atas langit. Hari minggu yang melelahkan, membuat Letta berharap dapat segera berada di kasur kamarnya.

Wanita dengan kaos se-lengan itu masuk ke dalam rumahnya. Lagi-lagi kosong tak bernyawa, entah kemana perginya Daud selama Letta keluar tadi.

###

Esok hari yang sudah Letta tunggu-tunggu, akhirnya hadir dengan cahaya mentari yang cerah. Ia berjalan menyusuri jalan yang ramai. Hingga sudah mendekat gerbang sekolah, ia di berhentikan oleh dua sejoli yang tak pernah berpisah.

"LETTA!! YUHU!!"

Teriakkan cempreng dari Ika seraya menyeret Icha bersamanya. Keduanya menghampiri Letta dengan senyum di pagi hari.

"OMG! Demi apa lo cantik banget, Ta!" puji Ika mencari kata pembuka memulai obrolannya.

"Si Letta udah cantik, terus lo kapan, monyet?" celetuk Icha mengejek Ika dengan leluconnya.

"Huu,,, gue juga cantik ya keles. Cuman standarnya ada di posisi kedua setelah Letta," kata Ika mulai membangga-banggakan dirinya.

"Bangun-bangun! Jangan berkhayal tinggi-tinggi, ntar nyangkut tiang listik PLN," nasehat Icha yang sejujurnya hanya untuk menambah emosi Ika.

Letta hanya bisa terkekeh melihat komedian di depannya. Seiring waktu berlalu, mereka berjalan masuk melalui gerbang sekolah dan mengarah ke kelas.

Anhar datang dengan membawa beberapa lembar uang. Memberikannya pada Letta tiba-tiba, hingga membuat tiga Wanita itu heran.

"Nih, Ta!" kata Anhar seraya menyerahkan uang itu pada Letta.

"Omaygat Letta! Lo open BO ke An-"

"Ini dari nyokap lo, katanya gak ingat ngasih makanya nitip sama gue."

Anhar memotong ucapan Ika yang hendak menimbulkan fitnah, kemudian ia pergi setelah Letta menerimanya.

"Tau gak, Ka? Gue pengen banget rasanya nempelin lem tikus di mulut lo!" ujar Icha mengerutkan dahi pada Ika yang sudah tidak beres.

"Ya maaf, gue kan kepeclosan! Upss keceplosan hehe," kata Ika menyengir tersipu rasa malu.

Letta menyimpan uang itu ke saku kemejanya. Jarang sekali Anesh menitipkan uang jajan Letta pada Anhar. Entahlah, Letta gak mau banyak mikir.

Pelajaran di mulai setelah waktunya tiba. Letta yang sudah menyiapkan peralatan tulisnya, duduk memahami pembahasan.

Selama kelas di mulai, suasana menjadi tenang. Seperti yang di ketahui, Letta tidak suka kesunyian. Mau bagaimana lagi, ia harus menunggu materi berakhir.

R E M O R S E [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang