"Satu-satunya cara untuk bisa memilikimu, yaitu mempermalukan dirimu di depan umum. Percayalah, setelah itu hanya ada aku yang peduli, yang lainnya tentu akan menjauh"
~Hatta Ahsanan~
Pagi hari yang cukup cerah, Letta bangun lebih awal dari dua sejoli yang tengah berada di atas kasur. Siapa lagi jika bukan Ika dan Icha, entah mimpi apa mereka malam tadi.
Letta yang sudah selesai mandi, segera mengenakan pakaian seragam sekolahnya. Menambah beberapa polesan bedak untuk mencerahkan kulit wajahnya.
"Bangun! Woy Ika,,, Icha,,," teriak Letta dengan suara yang keras.
Tepat sekali. Kedua Wanita itu terbangun, namun dengan perasaan hati yang tidak nyaman. Icha yang masih berkedip-kedip, melirik ke kiri dan kanan.
"Anjritt! Gue mimpi di cium bencong," ucap Icha membuka besar-besar mulutnya.
Ika yang berada di sampingnya menguap dengan keras, tidak menghiraukan bagaimana nasib dunia setelah toa di mulutnya bersuara.
"HOOAAYAAAAMM-"
Tentu saja itu mengagetkan Letta dan Icha. Bahkan, hampir membuat bingkai foto di atas meja kamarnya terjatuh.
"Buset, lo nguap apa ngerocker?" pertanyaan dari Letta yang sebenarnya hanya alasan untuk mengejeknya.
"Tau tuh! Udah kaya Mak Comblang nagih uang kontrakkan aja," sindir Icha sembari mengecek telinganya yang berdengung.
Drttttrtt...
Tiba-tiba saja ponsel Letta bergetar dari dalam tasnya. Mendengar hal itu, sontak suasana menjadi diam dan bertumpu pada panggilan yang ternyata dari Anesh. Ibu Letta.
"Halo, Mah-" sapa Letta setelah menerima panggilan tersebut.
"Lo dimana? Biar gue jemput," ucap seseorang yang terdengar tidak asing.
Sontak, Icha dan Ika menjadi terkaget-kaget mendengar siapa yang menelpon Letta. Pikiran mereka benar-benar tidak menyangka, awalnya yang adalah Anesh, tapi berubah menjadi seorang Pria.
Okey! Jika itu suara Ayah Letta, tidak mungkin berubah menjadi srek dan masih muda begitu. Percayalah, Ayah Letta atau Daud itu hampir seumur dengan Ayah Icha dan Ika. Jadi, 'tak mungkin jika mereka tidak dapat membedakannya.
"Omaygat Letta! Nyokap lo masih demen ama brondong?" tanya Ika yang keceplosan dengan opini gila-nya.
"Ish lo mah! Gak boleh ngomong gitu, siapa tau itu calon Ayah baru Letta. Doain yang terbaik aja!"
Bukannya membenarkan kalimat Ika, Icha malah semakin berantusias juga tentang pendapatnya. Ya begitulah rasanya memiliki teman yang tidak bisa berbicara baik-baik. Tapi, kebanyakannya yang baik-baik malah munafik!
Letta buru-buru memutuskan panggilan dengan ponsel Anesh yang berada di tangan Hatta. Ya, siapa lagi jika bukan kelakuan dari Pria sinting itu.
"Lah kok lo matiin sih, Ta? Lumayan ngurangin ongkos ojek ke sekolah," celetuk Ika yang selalu saja menyambar Letta.
"Diem lo! Sejak kapan pula gue naik ojek ke sekolah, pala lo tuh yang naik ojek!" timpal Letta membuat Ika kebingungan sambil memegang kepalanya.
"Ika-Ika,,, lo tuh kaya burung Kakatua tau gak? Hinggap di jendela, makan tuh jendela!" ledek Icha segera pergi membawa handuknya.
"Ish tungguin gue kalo mau mandi! Gue penasaran mau ngelihat bentukkan lo, Icha!"
Letta menggeleng-gelengkan kepalanya. Untung saja ini adalah hari akhir ia menginap di rumah ini, jika untuk selamanya mungkin Letta bisa gila.

KAMU SEDANG MEMBACA
R E M O R S E [COMPLETED]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ THANK YOU Semua orang ingin memiliki hal yang baik di dalam hidupnya. Salah satu dari semua itu, termasuk Arletta Vilove. Hidupnya yang semula damai, berubah drastis ketika menemukan peristiwa Pria di dalam toilet. Perubahan...