"Ke bar, gua traktir," ujar Glen tiba-tiba yang membuat semua anggotanya memelototkan kedua matanya dengan sempurna, eit! Tetapi tidak berlaku dengan Very.
"Wuidih! Baik amat lo, Bos. Tau aja kita butuh seneng-senengan," ujar Ega dengan antusias.
"Elo, Mah paling di bar pengen godain lonte," cibir Bidin yang menusuk sum-sum tulang Ega.
"Gak usah ngatain lo kampret kalo lo juga doyan ama cabe-cabean," cerca Ega tak mau kalah.
"Heran gua ama lo berdua selalu aja berantem udah kayak cicak sama kucing tau gak," kesal Gara sambil sesekali memutar kedua bola matanya.
"Anjir, sekata-kata lo Gar!" jawab Bidin dan Ega secara berjamaah.
"Btw yang bener tikus sama kucing." Katroy ikut menyahuti, tumben kagak koar-koar Troy? Udah tobat?
"Biar keliatan beda jauhnya, si Ega kucing terus si bidin cicak, cicak 'kan derajatnya rendah dari kucing, sekali injak langsung penyet," jelas Gara dengan perasaan tak berdosa.
"Gua ternistakan!" seru Bidin dengan perasaan pilu.
Tolong tenggelamkan saja Bidin di rawa-rawa. Author kasian liatnya.
Sedangkan Glen hanya bisa diam, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Karena biasanya Glen lah yang paling suka menistakan Bidin hingga kata-katanya terdengar pedas, sepedas lombok setan!
"Jadi kagak sih woy ke bar gua udah kagak sabar nih buat cuci mata!" seru Ega dengan bar-bar.
"Nih, buat cuci mata," ujar Very seraya memberikan sabun batangan, seketika Ega hanya menatapnya dengan horor.
"Lo kira mata gua kuat tahan lama seperti baja apa pake sabun segala!"
"Terima ajalah, Ga lumayan buat cholay, hahah!" sergah Bidin di serta tawa renyahnya.
Ega hanya menatap datar.
"Hahah! Olahraga lima jari anjir," tambah Gara dengan tertawa terpingkal-pingkal.
Temen setan! Semua akhlaknya ketinggalan di neraka!
Glen kemudian berdiri dari tempat duduknya dan kemudian menaiki motornya bergegas untuk pergi ke bar menenangkan pikirannya.
Cowok, satu kata untuk makhluk ini. Bukannya kalau memiliki masalah harusnya bersujud kepada sang pencipta meminta jalan petunjuk, lah ini kenapa ke bar? Sableng semua, gak ada yang waras.
Glen menyetir motornya dengan kecepatan ekstra, pikirannya kacau, hatinya panas, kurasa mentalnya benar-benar tidak sehat.
Pria itu memberhentikan motornya di sebuah tempat tongkrongan, yaitu bar. Para perkumpulannya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan bisa mengundang syahwat.
Glen melepaskan helmnya dan segera masuk. Ia memesan lima belas botol AM. Sultan mah bebas cuy. Kurang? Beli lagi buat stok di rumah.
"Wuidih! Am anjir," ujar Bidin dengan gembira, ia kemudian menyeruput langsung minuman yang ada di hadapannya.
Plak!
Ega menabok pipi pria itu kemudian merebutnya.
"Bagian gua ini anjir!" seru Ega.
"Ehh, ngerebut aja lo setan! Gua duluan yang ngambil njir!"
"Punya gua!" seru Ega
"Punya gua!" lanjut Bidin.
"Punya gua anjir!"
"Gua njir lepasin kagak lo setan!"
Memalukan! Tenggelamkan mereka berdua Ya Allah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Teen FictionHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...