"Rumah lo di mana? Biar gua antar," ujar wanita itu, ia sambil mengunyah permen karet. Gadis itu berjalan untuk mengambil kontak mobil di meja, kemudian keluar mengenakan kacamata hitam.
Haura hanya tersenyum dan mengangguk.
Ia melihat-lihat ke sekeliling rumah besar ini. Dia hanya tinggal sendiri? Lalu bagaimana cara dia membersihkannya? Apa ya, gak kewalahan?
"Gua boleh nanya?" tanyanya saat keduanya sudah memasuki mobil. Haura mengangkat salah satu alisnya, ia bersyukur dan berterimakasih kepada orang yang sudah menolongnya, tetapi entahlah jika di lain waktu, apakah Haura bisa meloloskan diri ketika para bodyguardnya Rizal mengejar dirinya?
"Sebelumnya makasih, kamu udah mau nolongin saya. Oh, boleh silahkan mau tanya apa?" balas Haura dengan sopan.
Gadis itu kemudian memakai eraphone di telinganya, ia masih setia mengunyah permen karet dan memakai kacamata hitamnya. Pandangannya masih lurus ke depan.
"Sans aja kali, lo ada urusan apa sama mereka?" Seketika Haura merasa gugup, baru kenal sudah bertanya seperti ini.
Haura mencoba untuk tersenyum dan menunduk. "Saya gak tau, saya masuk ke dalam kehidupan teman saya tapi malah terjerumus masalah seperti ini," lirihnya. Jujur, gadis berhijab ini sedikit bingung.
"Temen lo itu Adel 'kan?" tanya wanita itu yang membuat Haura tersentak kaget. Ia membulatkan kedua bola matanya, menatap lekat sang dewi fortuna yang menyelamatkan dirinya dari mara bahaya kemarin.
"K-kok kamu ta--"
"Tau, bahkan gua lebih tau seluk-beluk keluarganya Adel, dan dia punya Abang namanya Aldo 'kan?" Sekali lagi Haura dibuat terkejut oleh wanita yang ada di hadapannya ini. Who? Dia begitu tahu banyak tentang Adel, apa mungkin gadis ini sahabat Adel yang sudah lama tidak bertemu?
Atau dia mata-mata keluarga Adel? Tetapi untuk apa? Sangat tidak masuk akal jika dikatakan mata-mata. Otak Haura seketika macet tak mampu untuk berpikir, sebenarnya bagaimana latar belakang keluarga Adel? Dan siapa orang ini?
Untuk kesekian kalinya Haura mengangguk dengan pertanyaan orang yang ada di sampingnya.
Gadis itu tersenyum kemudian menyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi, ia sambil menggigit-gigit permen karet menggunakan gigi depannya. "Aldo ... Aldo, gua heran dan gak percaya sama lo, bisa ngelibatin cewek polos dan alim kayak gini. Hahaha, ngakak dah gua," celotehnya sambil tertawa.
Tentu Haura hanya terdiam mencerna siapa dia? Dan mengapa ia kenal dengan Aldo?
"Gua cuma mau bilang, hati-hati aja lo kalo sampe berurusan sama Aldo, apalagi sampe ke Rizal, percaya deh lo gak bakal bisa lolos dari mereka semua."
Bagai di siram air panas, jantung Haura berdetak begitu kencang. Apa benar? Jika Haura masuk ke kehidupan mereka ia tak bisa meloloskan diri? Ini gila! Haura yang tidak memiliki masalah sedikitpun dengan Aldo dan Rizal bisa terlibat dalam drama rumit ini? Padahal dia hanya ingin membantu Adel! Sungguh mengerikan.
Gadis itu tertawa kecil ketika melihat raut wajah Haura sudah menegang. "Lo kenapa? Takut?" tanyanya sambil tersenyum miring. Ia masih terlihat anggun.
"Biasa aja kali, mereka gak akan macem-macem kok kalo lo nurut sama mereka. Tapi, kalo lo ngelolosin diri kayak gini gua yakin mereka bakal bertindak lebih!" tekan sang gadis yang membuat Haura bergidik ngeri, sebenarnya dia ini dewa penolong atau dewa penakut-nakut sih?
Gak macem-macem dia bilang? Hello, apa kabar dengan Haura dan Adel yang dikunci di dalam kamar bersama Rizal, dia ingin mengambil kehormatannya, kau bilang tidak macam-macam dan masa Haura harus nurut? Ya, tidak bisa begitu dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Ficção AdolescenteHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...