Sebelum bertemu denganmu aku tidak percaya dengan cinta, bagiku cinta itu hanya sebuah omong kosong yang terlalu disanjung banyak orang namun semuanya berubah saat aku mengenal dan menatap dirimu. Debaran itu selalu menggila saat-saat mengingat dirimu. Oh shit! Aku terjebak dalam omong kosong itu.
"Kau adalah milikku. Akan kuhancurkan semua orang yang menghalangiku untuk memilikimu. Jika kau tidak bisa jadi milikku maka tidak ada seorangpun yang pantas bersanding denganmu."
~Rizal Zakarya Alfaris~
~oo0oo~
Bel masuk sudah berbunyi membuat semua penghuni sekolah memasuki kelas mereka masing-masing. Haura, gadis itu sejak tadi hanyalah membaca Al-Qur'an, ia begitu fokus sampai-sampai Hana harus menyadarkannya.
"Har," desis Hana yang membuat Haura menatapnya.
"Liat deh, gurunya ganteng banget," ujar Hana tersenyum manis sambil terus menatap seseorang yang sedang berdiri tenang di depan sana.
"Pagi anak-anak perkenalkan nama saya Rizal Zakarya Alfaris, saya wali kelas baru di kelas ini, pasti kalian tidak sabar, ya. Memulai pelajaran dengan saya, kebetulan saya mengajar matapelajaran matematika hari ini," jelas Rizal memperkenalkan dirinya sendiri.
Terkejut? Kaget? Tidak percaya? Sangat, itu sangat dirasakan oleh Haura. Bagaimana mungkin Rizal bisa masuk ke kelas ini? Kalau begini sudah sangat jelas ia mengincar Haura.
Gadis itu membulatkan kedua bola matanya. Ini mimpi atau nyata? Yang benar saja.
"Pagi, Pak. Senang bisa bertemu Bapak." Semua murid serempak menyapa Rizal. Pria itu hanya tersenyum miring kemudian duduk di tempat duduknya.
Jika diamati, Rizal seperti tengah memikirkan sesuatu. Entah apa itu, tetapi Haura sangat yakin.
"Kamu kenapa, Har?" tanya Hana yang membuat gadis itu tersadar akan tatapannya terhadap Rizal. Astagfirullah! Zina, Haura, inget zina.
"A-aku gak papa kok, Han," tuturnya sambil tersenyum manis mencoba menyembunyikan semuanya. Kedatangan Rizal di kelasnya sebagai wali kelas sungguh membuat Haura tak percaya akan semua ini.
Benar kata Adel, pria ini akan terus melakukan sesuatu sampai ia benar-benar mendapatkan targetnya. Apapun akan Rizal dapatkan, hingga bertaruh nyawa? Itu mungkin saja, akan tetapi kurasa kalau harus melibatkan nyawa diri sendiri, itu bukan Rizal namanya.
Tak berapa lama saat Rizal terduduk sebentar, pria itu kembali berdiri dan menatap semua murid-murid tetapi kini ia beralih menatap fokus ke salah satu objek, Haura.
Membuat Haura salah tingkah. Gadis seperti Haura sangat tidak suka jika ditatap lama-lama. Sedetik pun.
"Saya rasa ruang kelas ini kotor, jadi saya minta untuk anak-anak semua membersihkannya. Pelajaran saya dimulai hari kamis." Rizal menggenggam ponselnya erat. Kalau dilihat-lihat kelas ini tidak begitu kotor, heum mungkin Rizal sangat tidak nyaman jika harus berdiam diri lama di ruangan yang sedikit kotor. Ya, mungkin saja.
Semua murid berdiri dan mulai melakukan pembersihan kelas. Ada yang keluar membuang sampah, mengepel, mengelap kaca jendela dan lain sebagainya. Kebetulan Haura dan Hana mendapatkan pekerjaan mengepel lantai.
Dilihat semua murid-murid sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dengan sengaja Rizal menjatuhkan sepidolnya di dekat hingga membuat Haura tersadar kemudian segera mengambil sepidol itu untuk dikembikan kepada pemiliknya.
Secara bersamaan Rizal dengan sengaja menyentuh punggung tangan Haura. Seakan-akan mereka tak sengaja saling bersentuhan, Haura menatap Rizal sebentar kemudian segera menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Teen FictionHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...