Hana turun dari mobilnya, kemudian gadis itu menghampiri Haura yang tengah susah payah memapah Adel. Gadis berhijab itu sedang kesusahan berdiri.
"Astaga Har! Kenapa kamu bisa kayak gini?" tanya Hana tetapi Haura hanya menggeleng. Hana hendak membantu Haura berdiri tetapi pergelangan tangan Hana dicekal.
"Kamu masukin Kak Adel ke dalam mobil dulu, aku terakhir aja soalnya kaki aku sakit, digerakin dikit rasanya nyeri," jelas Haura sambil melihat ke arah telapak kakinya, darahnya tidak berhenti-berhenti mengalir.
"Har, elap dulu pake tisu." Hana sambil memberikan sebungkus tisu dan diterima oleh Haura.
Kemudian Hana segera memapah Adel dan menidurkannya di jok mobil bagian belakang dan kembali ke tempat Haura.
"Gimana ceritanya kalian sampe kayak gini? Kalian kenapa?" tanya Hana.
"Ceritanya panjang, Han," balas Haura.
Tak berapa lama kumpulan suara motor berderu, yang membuat keduanya menengok ke arah jalan.
"Syukurlah mereka dateng," ujar Hana bersyukur melihat anggota geng Jervanos berdatangan.
Glen yang begitu melihat kondisi Haura, pria itu segera turun dari motornya dan menghampiri Haura.
"Lo kenapa sampe kayak gini?" tanya Glen dengan panik, Haura terdiam sambil menerawang wajah tampan milik Glen.
Baru kali ini pria tersebut sepanik ini.
Sadar akan lamunanya, Haura hanya membalasnya dengan senyuman.
"Gak papa kok, Kak. Mending Kakak liat kondisi Kak Adel, soalnya dia pingsan tadi," pinta Haura, gadis itu sengaja berkata lain agar teman-teman Glen tidak merasa curiga.
Karena sejak tadi Glen dan Haura menjadi pusat perhatian. Tentunya akan mengundang banyak pertanyaan di benak mereka terutama Bidin yang sejak tadi terlihat kebingungan.
"Lo oon apa gimana nyuruh gua ngurusin Adel, kalo Mama tau gua kagak per--"
"Aduh!" ringis Glen yang mendapatkan cubitan dari Haura.
"Kak, liat temen-temen Kakak," bisik Haura yang membuat Glen tersadar.
Pria itu menghembuskan napasnya. "Apa lo semua ngeliatin! Mending lo bawa Adel ke rumah sakit dulu, Han. Dia pingsan," titah Glen yang membuat Hana tersenyum kecut.
"I-iya, Kak Hana ke rumah sakit dulu, ya." Ia pun segera berjalan dan akan masuk ke dalam mobil. Pandangan gadis imut itu tak lepas dari Very yang hanya terdiam, Hana mencoba memberi senyum terhadap Very tetapi pria itu sama sekali tak menanggapinya seolah-olah tak melihat.
"Hana aku ikut!" panggil Haura, kemudian Hana menoleh bingung.
"Eh!" jawab Hana.
"Gak boleh! Lo harus sama gua, Ra!" cegah Glen dengan khas suara judes.
"Kan kita bukan mahram, Kak jadi gak boleh bersentuhan," elak Haura dengan pintarnya.
Memangnya ucapan kamu kali ini bakal mempan, Haura? Tentu saja Glen tidak bisa tinggal diam.
"No! Cepet ke rumah sakit entar Adel keburu mati!" tekan Glen. Sebenarnya yang mana yang benar sih?
"Lo kenapa sih, Bos, posesif amat sama Haura? Jangan-jangan lo demen lagi sama Haura," sergah Gara yang mendapatkan tatapan horor dari Glen.
"Bacot lo! Emangnya kenapa kalo gua ngedeketin dua cewek? Sirik ae lo kagak laku!" balas Glen dengan kata-kata pedasnya.
"Nanya doang njir, gua kira jiwa fakboy lo udah ilang, eh, gak taunya cuma ngumpet doang," balas Gara.
"Bukannya kagak laku, Bos. Cuma ada pepatah mengatakan kalo cowok ganteng itu kebanyakan single, kayak Babang Gara Dewa Bratama, udah ganteng, soleh, dermawan, calon imam yang dinanti sama ukhty lagi," jelas Gara dengan pdnya sedangkan Bidin membelalakan kedua bola matanya, serta tangannya bersiap menempeleng Gara.
"Kata-kata gua goblok! Lo copas!" semprot Bidin tak terima.
"Halah! Lo sama gua masih gantengan gua, Gar," tambah Ega.
"Gantengan gua kali," sela Katroy.
Very hanya menggeleng dan menatap jengah semuanya. Mereka itu sama, sama-sama mementingkan ketampanan mereka.
"Bacot! Gua yang paling ganteng!" ujar Glen.
Kemudian Glen segera menjunjung Haura dan menggendongnya ala bridal style.
Tentunya Haura merasa terkejut. "E-eh, Kak turunin aku," ujar Haura meronta-ronta.
"Diem kagak lo, Ra? Sebelum lo gua buang ke curug," balas Glen.
Haura terdiam, sadisnya. Gadis itu sambil sesekali menatap wajah Glen serta rambutnya yang bergerak tertiup angin.
Glen membawa Haura untuk menaiki motornya dan bergegas membawa Haura pulang.
"Anjer, boleh juga tuh si Bos gendong Neng Haura, bisa gua praktekin ke Neng Hana," ujar Ega cekikikan kecil.
Tentu saja mendapat tampolan gratis dari Gara. "Gua jejek lo jadiin perkedel!" tekan Gara menatap ganas.
"Anjir, bercanda doang," balas Ega.
"Langkahi dulu mayat gua," ujar Very dengan dingin.
"Ooo ... lo naksir Neng Hana juga? Oke one by one. Satu lawan satu." Gara bersiap memasang kuda-kuda.
"Lo sekolah kagak sih, Gar? One by one itu artinya satu demi satu bukan satu lawan satu," jelas Katroy.
"Apaan, satu lawan satu bego!" balas Gara dengan ngegas.
"Lo semua salah anjir yang bener satu per satu!" teriak Bidin dan Ega secara bersamaan.
"Satu demi satu, titik!" ujar Katory menekan kata titik.
"Satu lawan satu denger kagak lo bunglon?!" tegas Gara.
"Satu per satu goblok!" Kini Ega dan Bidin menyahuti.
Very hanya mendengkus kesal, jelas sekali satu demi satu dan satu per satu itu bahasa inggrisnya one by one. dan satu lawan satu bahasa inggrisnya one on one. So, siapa yang goblok di sini?
Tak ingin ambil pusing, Very segera pergi meninggalkan para makhluk buangan neraka ini, percumah menyaksikan perdebatan mereka. Tidak akan ada habisnya.
Very memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya. Iya, hanya Very yang waras di sini lainnya setres semua.
Next Or Stop?
Huwaa kayaknya saya gak bisa up di fb hari ini soalnya abis kena masalah, sorry banget.
Salam manis dari saya author Ly😊
![](https://img.wattpad.com/cover/255702871-288-k820724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Fiksi RemajaHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...