Orang Jawa bilang 'tresno jalaran Soko kulino' yang berarti cinta datang karena sering bertemu, apakah itu berlaku untuk kau dan aku? Seringnya bertemu dan kita sudah lama bersama membuat rasa ini tumbuh tanpa diduga.
"Kau ini bagaikan segenggam pasir yang semakin erat digenggam akan semakin hilang. Nyata namun terasa semu."
~Adelia Savara Senja~
~oo0oo~
Haura mengerutkan keningnya, ia merasa sedikit pusing lalu netranya terfokus pada seseorang yang mungkin sudah menemaninya sejak lama.
"Kak!" kagetnya kemudian bangun dari tidurnya.
"Kakak kapan di sini?" tanyanya kembali sambil meneguk salivanya. Haura melihat Glen dengan pandangan datar, pria itu sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Tiba-tiba Haura teringat sesuatu, entah itu mimpi atau nyata yang jelas Haura seakan-akan pernah mengalami jika pernikahan Glen dan Haura sudah terbongkar.
"Kenapa lo, Ra? Hmm," ucap Glen sambil bergumam. Haura gugup seketika, ia mencoba memberikan senyum ke arah Glen.
Gadis itu mengatur napasnya dan menatap lekat kedua mata Glen. "Gak papa, Kak. Tadi Haura cuma mimpi kalo pernikahan kita udah kebongkar sama, Kak Adel." Sang gadis seraya tersenyum kecut.
"Mimpi tapi berasa nyata," lanjut Haura sambil mengambil segelas air putih yang disodorkan Glen untuknya. Kemudian ia meminum air itu untuk mencoba menenangkan diri.
"Adel emang udah tau pernikahan kita," ujar Glen terang-terangan.
Uhuk ... uhuk!
Haura terbatuk dan membulatkan kedua bola matanya. J-jadi ini nyata? Sungguh ia dikagetkan dengan kenyataan ini, Haura segera turun dari ranjang dan pergi meninggalkan Glen.
"Ra, lo mau ke mana?!" teriak Glen tetapi tak mendapatkan jawaban dari Haura.
Haura terbeku seketika melihat Adel tengah menangis di belakang kelas, teman-teman Glen berusaha menenangkannya tetapi Adel tetap saja menangis dan beranggapan ini hanyalah mimpi.
Raut wajah Haura berubah menjadi redup, ia tahu rasanya berada di posisinya Adel. Siapapun itu jika mengetahui pacarnya sudah memiliki hubungan dengan wanita lain pasti sakit, apalagi kalau mereka sudah menikah. Tak ada harapan untuk menjadikannya jodoh dan menyebutnya di sepertiga malam, bisa saja berhasil kalau ingin menjadi pelakor. Apa ya gak ada cowok lain sampai-sampai mau jadi pelakor?
Haura perlahan mulai mendekat, mencoba untuk meminta maaf terhadap Adel. Ia melangkah dengan ragu-ragu, Haura tertunduk bersiap-siap mendapatkan tatapan benci dari Adel.
Semua anggota Jervanos terdiam dan fokus menatap Haura. "K-kak," sapanya sambil menepuk pelan pundak Adel.
Gadis berambut lurus itu menoleh dengan kedua mata yang terlihat sembab, dapat dirasakan Haura yang ada di kedua bola mata Adel bukanlah tatapan kebencian melainkan kekecewaan.
"A-aku ... minta ma--"
"Bukan salah lo," sergahnya kemudian menghapus air matanya dan mulai mendekat ke arah Haura.
"Gua yang salah, gua pelakor di rumah tangga lo," cicit Adel dengan deraian air mata. Perasaannya kali ini hancur, retak, sakit, sedih, frustasi menjadi satu. Impiannya untuk bisa menjadi jodoh Glen kini terbuang sia-sia. Ia sadar mengapa Wira berkata tegas kepada Adel untuk segera menjauhi Glen, ternyata ini alasannya. Mereka tidak akan pernah bersatu.
"Tampr gua, Ra! Tampar, gua emang jalang," lirihnya kemudian menangis meratapi nasibnya.
"Tampar gua, pukul gua!" Adel sambil menaruh tangan kanan milik Haura ke pipi kirinya. Haura menggeleng dan memeluk Adel, air matanya juga menetes, ia benar-benar tidak tega melihat Adel seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Fiksi RemajaHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...