Glen menatap tajam Haura, ia tak menyangka jika istrinya akan menyembunyikan hal sebesar ini. Padahal, dari awal Glen sudah mengatakan untuk menjahui Adel karena inilah sebabnya, tetapi, ah, sudahlah!
Kedua bola mata Haura mulai berkaca-kaca, ia tak tahu harus bagaimana, perasaannya kini takut, sedih, tegang, dan lain sebagainya tercampur aduk menjadi satu.
Glen menarik pergelangan tangan Haura menyeretnya untuk pergi dari keramaian sekarang juga.
"Bos, lo mau bawa Haura ke mana!" teriak Ega tak ada sahutan, anggota geng Jervanos memang terkejut dengan pengakuan Hana tetapi mereka juga tak mengerti ketika Glen menarik pergelangan tangan Haura dengan kasar.
"Glen!" panggil Adel tetapi sayangnya keduanya sudah menjauh. Adel juga tak habis pikir dengan Haura, ia menyembunyikan semua ini dari dirinya? Yang benar saja.
"Susulin yuk, gua takut Haura kenapa-napa," pinta Gara yang diangguki oleh semua orang. Lidya yang baru saja memesan bakso kini ia juga diam-diam menguntit di belakang.
Di sisi lain, Glen membawa Haura ke dalam gudang, ia menutup pintunya dan menguncinya dari dalam. Dapat dirasakan hembusan napas kasar menerpa wajah anggun milik Haura yang sudah sembab akibat air matanya.
"LO KENAPA GAK BILANG SAMA GUA, HAH?!" teriak Glen dengan emosi yang berapi-api. Kedua bola matanya memerah menahan perih akibat amarah, rahangnya mengeras, tangannya terkepal erat hingga membuat tonjolan-tonjolan urat, giginya bergemeletuk.
Haura tak kuasa menahan tangis, ia tertunduk kemudian duduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"DARI AWAL GUA UDAH BILANG SAMA LO, JAHUIN ADEL! KERAS KEPALA!" geram Glen bukan kepalang, pria ini seperti ingin menelan hidup-hidup Haura. Entah mengapa? sekali Haura berbuat kesalahan, ia merasa sangat kecewa. Helo, bagaimana dengan kekecewaan yang diderita oleh Haura selama ini?
"A-aku minta maaf, Kak," ucap Haura dengan suara parau. Haura berharap tidak akan mengecewakan Glen untuk kedua kalinya nanti bahkan sampai seterusnya, tetapi, kata 'khilaf' tetap akan ada dan merasuki diri seorang Haura, intinya semua orang memiliki kehilafan masing-masing.
"Gua gak habis pikir sama lo, sejak kapan lo nyembunyiin semua ini? Dari kapan gua tanya, Ra?!" bentak Glen, Haura semakin ketakutan. Apakah Glen benar-benar kecewa dan marah padanya? Kurasa begitu.
Haura terdiam, ia tak kuasa berkata jujur, bibirnya bergetar serta lidahnya tiba-tiba terasa kaku untuk mengatakannya. Tolong Haura, ia terbelenggu dalam ketegangan.
"Jawab gua, Ra! Lo sejak kapan tau semuanya?!" bentak pria itu sekali lagi, kali ini dibarengi dengan suara barang-barang yang melayang. Melihat tingkah Glen membuat Haura menangis sejadi-jadinya.
Tetapi Haura masih terdiam tak mampu berkata. "Gua bilang jawab, Ra!" Glen menangkup pipi Haura dengan satu tangannya, pria itu mencengkram dengan sangat erat hingga sang empu meringis kesakitan.
"Gua gak mau lo diem aja, jawab, Ra!" gertaknya seraya menatap tajam ke arah Haura. Tangan Glen basah akibat tetesan air mata istrinya.
"Gua gak butuh tangisan lo, yang gua butuh jawaban lo sekarang, Haura!"
"Jawab gua! Lo denger?!"
"A-aku, aku minta maaf, Kak," tangisnya bergitu terisak. Dada Haura terasa tersengguk-sengguk seperti susah untuk bernapas, rasanya ia ingin tumbang sekarang.
"GUA GAK BUTUH MAAF LO, HAURA!" geram Glen kemudian mencekal erat pergelangan tangan Haura. Ia lakukan agar Haura segera berkata jujur, genggaman Glen saat itu begitu erat hingga telapak tangan Haura menjadi putih pucat, darahnya berhenti mengalir karena terhalang oleh genggaman tangan Glen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Teen FictionHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...