"Go!"
Saat mendengar aba-aba tersebut keduanya langsung tancap gas. Mata elang Glen menatap fokus ke arah jalanan, sementara Lidya tersenyum miring dari balik helmnya.
'Gak akan ada yang bisa ngalahin kemampuan seorang Lidya Queenzy Pranawa. Liat aja, Glen, lo bakal jatoh.'
Yang ada di dalam pikirannya adalah rencana malam ini berhasil, selanjutnya ia akan menyusun rencana baru. Apakah tidak terlintas di otaknya jika salah satu rekannya mulai berkhianat? Dan itu karena ulah dirinya sendiri.
Jika Rizal mengetahuinya bagaimana tanggapan pria itu?
Di sisi lain, Glen sedikit menyipitkan kedua bola matanya. Rasanya seperti ada yang aneh, orang yang ada di hadapannya seperti tak asing.
"Aldo? Sejak kapan Aldo langsing gitu? Udah kayak cewek aja dandanannya," ucap Glen seraya menghembuskan napasnya. Ia kemudian mempersiapkan diri untuk menyalip Lidya.
Glen mengegas pol handle motornya, saat ia tengah menyalip Lidya, tangan kirinya tak lupa mengacungkan jari tengahnya. Selanjutnya ia sedikit berdiri dan langsung berjalan berjalan lebih dulu.
"Sialan! Kok Glen pake motornya Gara, sih?!" kagetnya. Sebenarnya Lidya sudah merasa tak enak dengan motor Aldo yang ia tunggani saat ini, terasa sangat aneh dan tidak seperti biasanya.
"Bangsat! Gagal rencana buat malam ini!" Lidya menatap jengkel Glen yang sudah lebih dulu berada di hadapannya.
"Awas aja lo Aldo, gak bilang-bilang sama gua!" geramnya. Giginya bergemeletuk menahan amarah, rasanya setelah sampai nanti, Lidya ingin menghabisi pria itu sekarang juga.
Lidya semakin mempercepat motornya. Namun, na'as saat ia tengah mengegas, motornya hilang kendali dan menabrak pohon. Akhirnya gadis itu terjatuh dari motor dan tak sadarkan diri.
Glen sempat berhenti dan menoleh ke belakang. "Aldo kenapa bisa jatoh, ya?" tanyanya Heran. Pria ini bermaksud ingin menghampiri Lidya tetapi sudah ada dua orang yang menolong gadis itu. Anehnya, Glen seperti pernah melihat dua pria bertubuh kekar tadi, tetapi di mana?
Ah, sudah lah itu dipikirkan nanti saja yang terpenting sekarang dia harus memenangkan lomba ini.
Di sisi lain Doni dan Tino segera melepas helm milik Lidya. "Waduh, gawat Bos Lidya pingsan," ujar Tino sesekali ia menepuk-nepuk pipi Lidya.
"Bos, bangun, entar kalo Bos Rizal marah bisa berabe, njir!"
"Telpon Aldo suruh bawa mobil, jangan sampe ketahuan sama temen-temennya, Glen," titah Doni. Tino mengangguk dan merogoh ponselnya dalam saku celana.
"Gak diangkat, njir," ujar Tino.
"Aldo setan!" umpat Doni.
Sementara Glen hampir sampai di garis finish, sorak para penonton begitu terdengar hingga menggemparkan gendang telinganya. Serta tepukan tangan tak lupa menghiasi kesunyiam malamnya beberapa menit lalu.
Glen sesekali berdiri ia nampak menyapa semua penonton, ia semakin mempercepat kendaraannya. Hingga matanya fokus ke arah Aldo yang sedang berdiri santai seraya melipatkan kedua tangannya di dada.
Pria itu mengernyit. 'Kalo bukan Aldo yang balapan sama gua tadi, terus siapa?' tanya Glen dari dalam hati.
Glen langsung turun dari motornya ketika sudah mencapai garis finish. Ia kemudian bergegas mendekat ke arah Aldo. Pria itu menatap Aldo dengan pandangan nyalang, seakan-akan kedua netranya berisyarat ingin membunuh pria itu sekarang juga.
Glen menghembuskan napasnya mencoba untuk mrnenangkan dirinya sendiri. "Pengecut!" cerca Glen, ia tersenyum miring dan mengacungkan jempol terbalik di hadapan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Teen FictionHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...