Part 4 [Malam pertama]

2.7K 176 4
                                    


Haura menatap dirinya di pantulan cermin. Nyata? Dia harus menikah diusia semuda ini?

Menangis? Untuk apa dia menangisi sebuah takdir? Jodoh adalah Allah yang menentukan, mana mungkin dia menolak.

"Anak Bunda cantik sekali," tutur Hilda seraya mengecup pelan pucuk kepala sang gadis.

Haura tersenyum kemudian menatap sang Bunda. "Bunda jaga diri baik-baik, ya? Pokoknya Haura janji, Haura bakal sering-sering ke sini buat jengukin Bunda." Gadis itu kemudian memeluk Hilda.

"Insya Allah, ya sudah, ayok! Glen sudah nunggu kamu loh." Haura mengangguk kemudian berdiri dari tempat duduknya dan segera menemui calon suaminya serta beberapa tamu lainnya.

Pernikahan ini sengaja tidak mengundang banyak tamu karena ini adalah pernikahan rahasia, dimana jika terlalu banyak tamu, hancurlah reputasi seorang Glen. Ia bisa di-DO dari sekolah, sedangkan Glen sengaja tidak memberitahukan kepada teman-temannya.

Sungguh anggun!

Mempelai wanita segera menuruni anak tangga satu per satu, ia tersenyum merekah memberikan sambutan kepada beberapa tamu yang hadir dalam pernikahannya.

Senang, sedih? Entahlah, hati Haura terlalu beku untuk menangisi hal seperti ini. Lagian ini tidak terlalu buruk, baginya menikah muda adalah suatu pahala yang akan terus mengalir saat dirinya tiada nanti.

Pasangan yang memutuskan untuk menikah muda adalah pasangan yang ingin memperkental imannya, bukan karena sang wanita itu hamil di luar nikah. Itu salah besar!

Tiba di ruang tamu, sang mempelai wanita langsung memposisikan diri duduk di sebelah mempelai pria. Kemudian Hilda memasangkan kain seperti selendang terhadap kedua insan tersebut.

"Baik, bisa dimulai ijab kabulnya?" tanya pak penghulu yang saat ini akan mempersiapkan dirinya untuk menikahkan kedua mempelai tersebut.

"Woiya dong, pastinya Glen selalu siap!" seru pria sengklek itu yang mendapatkan cubitan kecil dari Vara.

"Diem kamu, Glen. Malu-maluin tau gak," desis Vara sambil memelototi putra semata wayangnya.

"Dih, si Mama orang Pak penghulunya tanya ya Glen jawab dong, kalo gak dijawab itu lebih gak sopan lagi, emangnya Mama, orang ngomong dicuekin. Kata Bu Ustazah Haura Almahya Syiffani, orang yang gak menjawab pertanyaan orang lain dia suatu nanti akan digembok mulutnya terus dijahit matanya terus dibakar hidup-hidup. Ihh, ngeri 'kan Ma? Makanya orang tanya jangan dicuekin."

Ngarang kamu Glen! Kapan Haura bilang gitu?

Sedangkan gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, pasalnya Glen belum sah menjadi suaminya saja sudah seperti ini, bagaimana nanti kalau sudah sah?

Sebenarnya apa yang dikatakan Glen ada benarnya, hanya saja ya, itu adab bicaranya minta ditampol pake ulekan sambal.

"Ekhem, bisa kita mulai?" tanya penghulunya sekali lagi, disertai dengan deheman.

"Oh, iya silahkan, Pak. Lebih cepat lebih baik," tukas Hilda mempersilahkan acaranya untuk berlangsung.

Sang penghulu kemudian mengulurkan tangan kanannya yang dibalas genggaman dari Glen.

"Bismillah hirrahmanirrahim, saya nikah 'kan dan kawinkan saudara Glendara Panduarta Dillingham bin Wira Dillingham dengan saudari Haura Almahya Syiffani binti Ilham Prayoga dengan seperangkat alat salat dibayar tunai, sah?"

"Sah!" ucap seluruh tamu dengan kompak.

"Alhamdulillah." Kemudian sang penghulu mendo'akan kedua mempelai dan diamin 'kan oleh para hadirin.

Menikah Dengan Badboy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang