"Lepas!" berontak Adel, ketika Aldo mencekal kedua tangan gadis itu ke belakang. Lidya hanya tersenyum miring lalu berjalan mendekat sambil tangannya ia istirahatkan.
"Adel, gimana perasaan lo ngeliat Abang lo lebih berpihak sama gua bukan sama lo yang jelas-jelas adeknya," ucap Lidya sambil menekan kuat kata adek.
Adel berdecih dan tersenyum remeh. "Cih, hidup gua lebih bermakna ngekost sendiri dari pada sama Abang biadab!" bantah Adel, ia menatap tajam ke arah Lidya. Gadis berlesung pipi itu tersenyum dan menepukan tangannya dua kali.
"Wow! Liat Aldo, adek lo luar biasa jadi musuh lo!" seru Lidya. Seketika Aldo mempererat genggamannya di kedua tangan Adel hingga sang gadis terus meringis.
"Adek gak guna lo bangsat!" umpat Aldo yang tak bisa menahan emosinya. Ia ingin sekali menghabisi Adel sekarang juga tetapi apa daya? Lidya mencegahnya.
"Tenang ...," ujar Lidya. Ia meraba setiap inci wajah Adel.
"Adel ... gabung dong dan nurut sama Abang lo, biar hidup lo gak terus-terusan kayak gini. Gak capek lo kesiksa terus? Kalo lo mau ikut kita, gua gak bakal libatin lo ke masalah ini, lo bebas dan gua bakal ngejar target dimana Bang Rizal, Abang gua tersayang nikahin cewek idamannya. Meski pun masalah ini dateng dari lo sih gak papa kok kalo beralih ke Haura. Gimana? Setuju?" tanya Lidya, ia mengambil permen karet di sakunya lalu memakannya.
"Cuih! Gua gak sudi!" Adel meludah di hadapan Lidya tetapi dengan cepat gadis berlesung pipi itu mendur beberapa langkah.
"Gua gak bakal jadi penghianat! Lo, cepat atau lambat kelakuan lo bakal gua kasih tau ke Haura, kalo lo itu iblis!" tekan Adel menatap nyalang ke arah Lidya.
Sontak Lidya mengepalkan kedua tangannya. "NGOMONG APA LO?!"
Plak!
Lidya menampar keras pipi Adel hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. "GUA SAMPAI KAPAN PUN GAK BAKAL MIHAK SAMA MANUSIA IBLIS KAYAK LO SEMUA!" teriak Adel lantang.
Buagh!
Tak segan-segan Lidya memberi tonjokan kepada gadis yang ada di hadapannya. Emosinya tak terkontrol, setelah menonjok, Lidya meniup tangannya.
Adel hanya meringis kesakitan. Badannya sangat lemah dan susah untuk menopang, apalagi genggaman Aldo membuat dirinya semakin tak berdaya.
Aldo melonggarkan genggamannya, ia rasa Adel sudah tidak memiliki tenaga karena menurutnya Adel hanyalah wanita lemah. Berbeda sekali dengan Lidya yang memiliki ilmu bela diri.
"Jadi, gua kasih kesempatan sama lo. Mau mihak ke kita atau nyawa lo jadi taruhannya." Senyum devil terukir di sudut bibir Lidya.
Adel mengatur napasnya dan menahan perih di bibirnya. "G-gua ... gua nyerah," balas Adel. Tentu hal mengejutkan itu membuat Lidya dan menganga tak percaya.
"Hahaha! Gak ada yang bisa ngalahin seorang Lidya!" tawanya renyah, sedangkan Aldo ikut tertawa hingga pada akhirnya ....
"Tapi bohong!"
"Argh!" teriak Aldo saat Adel menggigit tangannya, lalu Adel mendorong kuat tubuh Lidya hingga tumbang. Segera Adel berlari sekuat tenaga dan mencari taksi.
"Bangsat! Adel balik lo!" teriak Lidya yang bersusah payah bangun dari keterpurukannya. Ia melihat Aldo yang masih terbaring di jalan memegangi tangannya.
"Bangun lo supir goblok! Kejar Adel!" gertak Lidya menendang tubuh Aldo.
"Tangan gua sakit anjir, sampe berbekas gini digigit Adel," protes Aldo. Lidya memasang tatapan tajam ke arah pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Teen FictionHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...