"Ihhh gemesin banget," ujar Haura saat ia sedang di basecamp bersama Glen dan teman-temannya. Gadis itu tersenyum merekah saat melihat foto-foto bayi di dalam ponsel Glen.
"Mau punya dedek? Yang imut kayak suamimu ini?" rayu Glen.
Seketika semuanya menatap tajam pria ini. "Terus aja terus! Uwu-uwuan aja sekalian lo bikin jomblo iri sampe mampus!" celoteh Gara merasa kesal.
"Jomblo mending mati aja kagak pantes hidup ganggu orang uwu-uwuan!" balas Glen tak kalah pedasnya.
"Njir! Congor lo, Bos. Minta gua depak!"
"Gara Dewa Bratama otw keluar dari geng jervanos!" seru Glen dengan santai. Pria bernama Gara refleks membelalakan kedua bola matanya.
"Jangan, Bos entar kagak bisa deketan lagi sama Neng Hana, hehe," cengirnya tanpa merasa malu. Kedua pipi Gara berwarna merah merona, Very sejak tadi menatapnya tajam sedangkan Hana yang baru saja sampai tersipu malu.
"Neng Hana I love y--"
Belum menyelesaikan kalimatnya, Very sudah lebih dulu menarik bibir pria itu hingga mengaduh kesakitan. "Bangsat!" umpatnya.
"Woy! Very sama Hana udah jadian!" teriak Bidin saat memasuki basecamp. Semuanya mengarahkan pandangannya ke arah dua sejoli.
"Wuidih! Congratulation, Bro!" Ega menepuk pundak sahabatnya yang dibalas anggukan oleh Very.
"Selamat ya, Ver? Moga sampe pelaminan ahay kayak si Bos," celetuk Katroy. Very terdiam sejenak begitu pun Hana yang saling berpandangan.
Mereka berdua tidak yakin jika hubungannya sampai ke pelaminan karena Hana beragama kristen sedangkan pria ini beragama islam. Ah, cinta beda agama memang sangat sulit.
"Mana bisa gitu anjir!" protes Gara tak terima. Azab bagi fakboy yang suka menggantungi hubungan jadinya kedulian orang lain?
"Kadal! Lo jangan jadi pho! Kan masih ada Tesya ama Lidya," jelas Ega.
Sesekali ia menepuk jidat Gara tanpa merasa dosa. "Kalo kagak ada Neng Hana jadi ada yang kurang njir. Ya udah gantinya Neng Haura aja." Tidak ada tobat-tobatnya! Gara membenarkan jambul rambutnya dan tersenyum manis.
"Gara, gua datengin lo, gua usap kepala lo dengan penuh kebencian, abis itu gua jedutin ke tembok!" racau Glen menatap Gara dengan tatapan mematikan.
Seketika Gara menelan salivanya dengan susah payah. "Astaghfiullah, canda doang, Bos elah baperan."
"Baperan gundulmu! Gak mau tau besok lo bersihin kamar mandi di rumah gua!" tegas Glen.
"Njir, salah gua apa, Bos?!"
"Nanya lo? Lo udah berani godain Haura!"
"Ya Allah, Bos posesif amat gua 'kan kagak ada mak--"
"Jomblo kagak usah sok nasehatin, mati aja!"
"Bidadarinya Glen, ayo pulang udah malem Ukhty gak boleh pulang larut malam," ucapnya seraya tersenyum manis. Keduanya bergandengan dan meninggalkan basecamp.
"Gua juga pulang lah, ayo Cici ikut Mama Bidin." Pria itu membopong kucing kesayangannya kemudian memeluknya dengan sangat gemas.
"Congratulation night guys!" Bidin seraya berjalan ke arah motornya.
"Apaan congratulation night? Baru denger gua," pikir Gara mengetuk-ngetuk dagunya dua kali dengan jari telunjuknya.
"Goblok semua, nih gua jelasin, congratulation itu artinya selamat sedangkan night artinya malam 'kan? Jadinya congratulation night artinya selamat malam," jelas Bidin dengan begonya yang mendarah daging.
"Njir gak gitu juga konsepnya Junaedi! Dimana-mana kalo yang namanya selamat malam Bahasa Inggrisnya good night!" terang Ega yang membuat Bidin mendengkus lelah.
"Kalian semua itu dibohongin sama pelajarannya Bu Fevrin, nih pikir pake logika jangan pikir pake dengkul!"
"Good artinya baik, night artinya malam. Good night, malam baik apaan kagak nyambung dodol! Yang bener congratulation artinya selamat sedangkan night artinya malam. Congratulation night, selamat malam." Semuanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
Ega mengangguk-angguk. "Kalo dipikir-pikir ada benarnya juga sih," ucap Ega.
"Bener palak lu!" sergah Katroy.
"Manusia terlahir karena biologis sel sp*rma manusia dengan sel indung telur. Kecuali si curut Budin yang satu ini tercipta dari serabut semp*k dan daki selangk*ngan," jelas Gara menatap sengit ke arah Bidin.
"Njir!"
"Anjay mantep Gar!"
"Bangsat!"
"Berisik!" Very kemudian mengajak Hana menjauhi teman-temannya yang haus akan akal sehat.
~oo0oo~
Haura merebahkan tubuhnya di kasur. Ngomong-ngomong ia rindu sekolah.
"Kak," panggil Gadis itu yang membuat Glen menoleh ke arahnya.
"Rizal itu siapa? Kok Kakak kayak tau semua tentang dia?" Pertanyaan gadis itu membuat Glen terdiam sejenak.
"Yang gua takutin lo temenan sama Adel ya gini, dapet masalah yang lo gak tau sama sekali akar permasalahannya. Ra, seandainya lo dengerin apa kata gua dulu, lo pasti gak akan kena masalah kayak gini. Rizal bakal terus ngejar targetnya sampe dapet dan itu lo!" Glen menatap serius ke arah istrinya. Haura hanya mengerjap beberapa kali.
Haura mati kutu dan tak bisa berkata apa-apa. Mengapa ujung-ujungnya dia yang menjadi target?
Ia mengkus lelah. "Maafin Haura, Kak," ujarnya dengan sedih. Ia menunduk tanda penyesalan.
Glen meraih Haura dan memeluknya, deguran napas pria itu terasa sekali menyentuh kulit kepalanya.
"Selama gua di sekolah lo bakal gua titipin ke Mama sama Papa," ujar Glen. Haura melepaskan pelukannya dan menatap nanar ke arah sang suami.
"T-tapi kalo Mama sama Papa kecewa gimana? A-aku udah gak--"
"Mereka udah tau, ini semua bukan salah lo kok."
Haura menghembuskan napasnya lelah, ia memutuskan untuk tidur sampai akhirnya pagi pun menjelang. Keduanya bergegas ke rumah Wira.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumssalam eh, menantunya Mama udah dateng." Vara mengelus lembut pucuk kepala Haura yang dibalas senyum simpul.
"Ra, gua berangkat sekolah dulu ya?" Haura mengangguk dan segera menyalimi Glen. Pria itu pergi meninggalkan Haura namun ia kembali lagi.
"Kak, apa yang ketinggalan?" tanya Haura.
"Sayang gua yang ketinggalan." Glen mendekat kemudian mendarat satu kecupan ke kening istrinya. Sedangkan Vara hanya menatap sinis.
"My wife, tunggu aku menjadi suami yang berbakti." Glen menekuk kakinya dan meraih tangan kanan Haura lalu menciumnya.
Haura hanya tertawa. Glen suka sekali mengumbar keromantisan. "Ana ukhibbuki fillah Ukhty."
"Udah Glen, dari tadi ada singa yang ngawasin," sindir Wira sambil berbisik. Vara menatapnya dengan tajam.
"Cieee yang iri gak bisa ikut uwu-uwuan," ledek Glen kepada Vara.
"ANAK GAK ADA AKHLAK!" histerisnya sambil melempar sandal ke arah Glen.
Astagfirullah!
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Badboy [REVISI]
Genç KurguHaura Almahya Syiffani Siapa sangka gadis berhijab yang sempat menuntut ilmu di pesantren harus menikah dengan seorang cowok tengil seperti Glen? Perjodohannya begitu klasik, dimana dilakukan saat usia keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA. N...